Skip to Content

HATIKU NYUNGSEP DI COMBERAN (EMPAT)

Foto Oesman

Den Bondan bukan tidak mau kumpul bukan tidak mau  gaul, mas. Saat ini beliau sengaja membelakangi kumpul dan gaul, karena harus mengutamakan saran dan anjuran dokter yang merawatnya.  Jadi, selain harus banyak istirahat, den Bondan juga harus ikhlas dirinya dirawat. “

“ Jadi, sekarang Bondan sedang istirahat, ya, mbok?” Tanya Doni.

“ Yaa, iya lah. Masa’ orang sakit malah kelayapan, malah ke pub. Nggak masuk diakal, toh !”

Doni berusaha membujuk agar diizinkan menemui Bondan. Doni langsung mencolek bahu mbok Sinem dengan gaya yang memang sangat sok akrab. Sok supel. Doni memang tengah berusaha meluluhkan hati mbok Sinem. Doni yakin, ia bisa membujuk. Hanya, Doni tidak tahu, jika mbok Sinem tahu, Doni berusaha membujuk dan melulukannya

“ Si mbok bisa aja, deh. Sekarang, boleh dong, kalau kita masuk. Kan kalau kita bisa segera ketemu dan bisa langsung membezuk Bondan, kita bisa menghibur dan memberi semangat agar Bondan cepat sembuh dari penyakit yang dideritanya ”

“Kalau memang mau masuk, silahkan. Tapi, “ sahut mbok Sinem yang sadar tengah memainkan peran dan untuk itu ia tak melanjuitkan kalimatnya

“ Jangan pakai tapi, dong, mbok ?” Sergah Doni sambil kembali mencolek bahu mbok Si nem, dan melirik ke rekan rekannya. Doni meng isyaratkan ke teman lainnya, kalau ia akan berhasil membujuk mbok Sinem. Tentu saja dengan sangat yakin. Heri Gondrong dan yang lainnya membalas memberi isyarat sambil tersenyum.

“ Harus pakai, mas. Soalnya, yang bisa saya lakukan, cuma sebatas menyuguhkan minuman atau makanan. Saya tak bisa memanggil dan meminta den Bondan ke luar dari kamarnya “

“ Nggak apa-apa, mbok. Toh, kita tak hanya bersedia tapi juga bisa masuk ke kamarnya. Kan, mbok tahu kita juga biasa kumpul dan nginap di kamar Bondan ?” Doni semakin optimis

“ Iya, mbok. Lagi pula, si mbok nggak usah repot-repot menjamu kita. Kita, kan, kalau mau minum atau mau makan, bisa ambil sendiri. Lagipula, kita tidak mau ngerepotin si mbok, kok, “ Gito ikut mencoba meyakinkan

“Yaa, silahkan saja mas semua masuk ke dalam. Cuma, jangan harap bisa ketemu den Bondan. “

“Jangan gitu, dong, mbok. Apa sih, susah nya bilang kalau kita datang dan mau bezuk Bondan di kamarnya? “

“ Kalau sebatas bilang begitu sama den Bondan, tak masalah, mas. Cuma, bagaimana bilang nya jika sejak sebulan lalu, den Bondan dibawa dan dirawat di rumah sakit di Singapura “

“ Kita kok, jadi nggak ngerti, mbok ?”

“ Iya, mbok. Apa, sih, maksud si Mbok ?”

“Mas…dengar, yaa. Sebenarnya, den Bondan tuh sudah sejak lama mengidap penyakit gawat. Tapi, baru ketahuan belakangan. Dua bulan lalu, saat den Bondan cek-ap, malah diminta masuk ruang inap Rumah Sakit Pertamina.

Dua minggu dirawat di sana sama sekali tak ada perubahan. Karena tak juga sembuh, majikan saya, membawa den Bondan berobat ke Singapura. Kalau memang mau besuk, yaa, mas harus berangkat ke Singapura. “

“ Oh alaaaah, si mbok ini piyee, toh. Mestinya, bilang dari pertama kali kita datang, dong. Jadi, kita nggak penasaran. Nggak kecewa, “ Sentak Marbun

Tapi ia tak bisa ngejitak mbok Sinem, meski kepingin banget ngejitak sang pembantu tua yang dianggapnya paling menyebalkan

“ Mbok..mbok… kalau ada duit, daripada buat besuk Bondan yang dirawat di Singapura, kan lebih baik kita beliin minuman “ Doni mulai kelihatan aslinya, nyeleneh.

“ Iya, mbok. Teler tuh lebih enak, tau “ Kata Gito, yang langsung membalikkan tubuh dan ninggalin si Mbok.

“ Mbok, lain kali, langsung kabarkan. Jangan ajak kita ngider ngalor ngidul nggak karuan. Ngerti?” Heri Gondrong bukan tidak emosi. Ta pi, dia hanya mampu memberi peringatan

Bersambung.....

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler