Skip to Content

“KISAH KELAM SI KUPU MALAM”

Foto Gama Ahmad D'Lovers

Di suatu kampung, dipelosok kota, hidup seorang perempuan bernama Sutiem.

Perempuan cantik nan rupawan ini, hidup dari hasil mata pencaharian nya yang tidak patut, dia adalah seorang pelacur. Ia sebenar nya adalah anak seorang Ustadz, tapi ayahnya yang dibunuh dengan keji karena di tuding melakukan pencabulan kepada seorang pelacur, membuat Ia harus putus sekolah, dan akhirnya membuat Ia melacur.

            Malam itu, Tiem sedang mempersiapkan diri untuk bekerja, lalu Papi menghampirinya.

Papi: ”Tiem, malam ini kamu mangkal dimana?”

Tiem:”Tiem bakal mangkal di tempat biasa Pap, di belakang pasar ikan, seberang masjid.”

Papi:”hm…. Oke.. oke…Papi tau nya, setoran tetep jalan, ingat, enam puluh persen untuk papi!”(sambil memainkan janggutnya)

Tiem: “ oke pap, tenang aja… tempat itu paling rame, bisa-bisa dua sekaligus, tiap malem lagi..”

Papi:” papi bingung, kamu bilang kan tempat nya di seberang masjid, tapi kok, banyak                  pelanggan ya?”

Tiem:” Papi kayak enggak tau aja jaman sekarang, kan semuanya pada haus. Bahkan, ada pelanggan yang baru selesai pulang sholat, udah nge booking Tiem. Emang sih jaman       sekarang, udah kacau Pap.”

Papi:” Ya udah deh, kamu kerja yang baik. Pokok Nya, kepuasan pelanggan nomor satu!”

Tiem: “Sip, Pap…”

            Setelah semua nya siap, Sutiem pun berangkat dan menuju ke tambang  emasnya.

Angin dingin mengelus kulitnya tanpa ampun. Tiba-tiba dingin merasuk ke tubuhnya. Jam sudah menampilkan jam 23.49, tapi tak ada satu pun pelanggan yang menghampirinya. Lalu ia menyalakan sebatang rokok, hingga seorang pria datang menghampirinya.

 

Tiem: “mau di layani, mas?”

Wargino:”eh.. bukan… aku kesini bukan mau memesan mu, tapi aku ingin mengajak kamu ngobrol…”

Tiem: “Ngobrol ya? Ehm, tarif nya, seratus lima puluh ribu aja.”

Wargino:”terserah kamu Tiem, yang pasti aku gak pernah nyangka kalo kamu jadi begini.”(berputar, sok keren, sok kaget.)

Tiem: “loh, Kamu kenal aku? Tapi kok aku gak kenal kamu?”

Wargino:” tentu aja, udah sepuluh tahun berlalu sejak terakhir kita bertemu..”

Tiem:”emang nya, kamu siapa sih?”

Wargino:”I AM SPIDERMAN!!!”

Tiem:(terkejut, dengan mulut menganga…)

Wargino:” ayo lah, jangan member kesan bodoh pada diriku, aku WARGINO??”

Tiem: “WARGINO!!??

Wargino:” iya,, Wargino….”(wajah penuh harapan.)

Tiem: “WARGINO!!???”

Wargino:” benar Tiem, kamu passti mengenal ku.”(mata berkaca-kaca)

Tiem:”Wargino itu siapa sih?”

Wargino:”TTIIIIIDAAAAKKK!!!”(meraung tanpa alasan)

Tiem:”Hah???”

Wargino:”Ternyata, kau tidak mengenalku. Ternyata aku tidak ada di hatimu,, ternyata aku bukan siapa-siapa.”(kecewa, tapi tetap sok keren)

Tiem:”kamu ini siapa sih?”

Wargino: “Coba kamu inget, cowok yang ingus nya meler, poni sampe alis, bulu hidung panjang, terus mikir nya telat. Kamu pasti inget!”

Tiem:”bentar, kayak nya aku inget, jangan-jangan…… jangan-jangan… kamu…. Kamu… Ino??”(Ekspresi bertanya-tanya)

Wargino:” kamu bener banget…”

(Drama murahan mode ON)

(Wargino dan Tiem saling berlari menjauh, lalu berlari slow motion hendak berpelukan)

Tiem:”iiiiiiiiiiiiiiinooooooooo!!!!!”

Wargino:”Tiiiiiiiiiiieeeeeeeem!!!!!”

Tiem:”Inoooooooo!!!”

Wargino:”Iyaaaaa Tieeeeem……”

(Gubrak…. Wargino terjatuh karena tersandung batu.)

Tiem:”aku Cuma mau bilang, awas ada batu..”

Wargino:”Kirain, kamu mau peluk aku…”

Tiem:” eh, enggak boleh tau’, kita kan bukan mukhrim, ntar di hasut setan lagi.”

Wargino:”hm..Bener juga sih…., takut terjadi zina.”(sambil membersihkan pakaian nya lalu bangkit.)

Wargino:”oh iya Tiem, aku benar-benar merasa sakit, setelah tahu apa yang selama ini kamu anut, kenapa kamu lakuin ini semua?”

Tiem:”udah lah, No’, gak perlu di bahas!”

Wargino:” enggak bisa, Tiem. Aku tau kamu perempuan baik, pasti ada yang salah dengan dirimu.”

Tiem:”Diam lah, Ino. Ini bukan salah ku, ini semua salah tuhan, dia yang telah membuangku!”(sambil menunjuk ke langit)

Wargino:” apa maksud mu ,Tiem?”

Tiem: “kau tau, jika Ia memang adil, mengapa Ia biarkan ayah mati seperti itu?, Mengapa?”

Wargino:” itu adalah bentuk kasih sayangnya,Tiem.”

Tiem:”hah??? HAHAHAHAHa!!, Kasih sayang? Tuhan hanya sayang kepada orang-orang kaya, dia hanya cinta pada koruptor, sedangkan orang-orang seperti aku, tak pernah Ia gubris!”(dengan nada tinggi dan emosi yang meluap-luap)

Wargino:”Tiem, sadar lah. Ingat apa yang telah kau katakan!”

Tiem:” aku ingat, Walaupun agak melenceng dari naskah, tapi tetap nyambung ke dialog.”

Wargino:”Iya sih, bener juga, kamu memang hebat, dua jempol buat kamu, apa mau ditambah?”(sambil mengacungkan kedua jempolnya)

Tiem:”Emangnya jempol kamu ada berapa?”

Wargino:” ada LIMA!”

Tiem:”Hah? Satu..Dua..Ti… ah, udah ah.”(menghitung jempolnya sendiri)

Wargino:”hm, oh iya.. hampir lupa, gimana kabar Mak Net?”

Tiem:”kabar dia sih baik-baik buruk?”

Wargino:”Maksudnya?”

Tiem:”Ntar aja… kita pulang aja dulu kerumah aku, nanti, tanyain aja langsung ke orangnya, ini kan udah malem.”

Wargino:”bener, pake acara dingin-dinginan lagi.”

Lalu mereka berdua bergegas pulang.

Sepanjang perjalanan, tatapan mata Wargino tak pernah terlepas dari sosok perempuan itu.

Perempuan dengan segunung luka di dalam batin nya, dan sejumlah sakit  pada jiwa nya. Tak ada setitik pun kecantikan yang di koma kan dari dirinya, Tiem, masih yang dulu. Wajah nya semanis MonoSodium Glutamat,tubuh nya tinggi, tapi tidak tinggi-tinggi banget, rambut nya hitam bagai hutan terbakar, bola matanya seperti ondel bakso mas senen, dan senyumnya, tak terlukiskan karena samar-samar.

Tiba-tiba, lamunan Wargino terhenti ketika Sutiem menghentikan langkah kakinya di depan sebuah gerbang bertulis kan “TEMPAT PEMAKAMAN UMUM KETIAK MASAM”.

Wargino:”Tiem, kok berenti sih, aku justru mau ngajak kamu lari.”

Tiem:” aku mau singgah sebentar.”

Wargino:”Kemana?”

Tiem:”Udah, ikut aja!”

Kemudian, Sutiem bergegas masuk ke TPU, di susul wargino. Ekspresi Sutiem berubah, setelah berada di sebelah makam yang layu dan rata dengan tanah, dengan nisan bertulis “ WARGONO BIN Bak Mi”.

 

Tiem:” ayah, ini aku yah, sutiem. Aku datang berkunjung.”

Suara:”Tiem, jangan malam ini datangnya..”

Tiem:”memangnya kenapa yah??”

Suara:”Ayah lagi rapat DPM, Dewan Perwakilan Mayat, ngebahas kasus korupsi penyelewengan dana anggaran rehabilitasi neraka, sama pengadaan fasilitas MRT dari alam kubur ke neraka.”

Tiem:”yah, maaf yah kalo gitu. Tiem pulang dulu ya, yah?”.

Suara:”Iya deh, ati-ati dijalan, salam buat ibu mu. Bilang, cepetan nyusulnya, ayah dah kangen.”

Tiem:”Okeh deh yah, ntar Tiem sampein.”

Tak lama, setelah rindu yang telah lama mengendap itu terlepaskan, Sutiem segera menarik Wargino yang ternyata hampir pingsan setelah menyaksikan apa yang baru ia saksikan.

 

Cukup jauh berjalan, akhirnya mereka berdua tiba dirumah berukuran dua belas kali sepuluh, sama dengan seratus dua puluh. Dengan cat warna pink, lalu di beri gambar mickey mouse,..

Wargino:” Eh, Narator.. kok kamu narasi in nya lebay banget, biasa aja kalik.”

Narator:”Eits.. apa maksud?? Berani nantangin narrator?”

Wargino:”Ini Negara demokrasi bung, eh, nona. Setiap orang di perbolehkan menyatakan pendapatnya!”

Narator:”terus,, gue harus loncat kea rung belakang kantin kejujuran sambil bilang ADAU gitu?”

Wargino:”Pokoknya, aku mau naratornya diganti.”

Narator:”Beraninya kamu!”

Narator cadangan:”udah lah, kamu siap-siap sana! Bentar lagi kan gilirran tampil. Biar aku yang gantiin.”

Narator:” oh iya ya.”

Maaf atas segmen yang tidak penting tadi, kita kembaali ke cerita. Sampai mana tadi, oh iya..

Wargino dan Sutiem kemudian Bergegas masuk. Hati Wargino begitu teriris ketika melihat sesosok perempuan tua terbaring di atas tikar.

 

Wargino:”Mak Net?”

Mak Net:”Oh, Kamu…”

Wargino:”Iya Mak Net, Ini aku…”

Mak Net:”Kamu siapa?”

Wargino:”Tidaaaak!!! Kenapa tidak ada yang mengenal ku? Ini aku Mak, Ino.”

Mak Net:” Ino? Ino yang ingus nya meler, poni sampe alis, bulu hidung panjang, terus mikir nya telat, bener kan?”

Wargino:” Bener Mak, aku Ino. Yang kejelekannya selalu di inget orang.”

Mak Net:” Gimana kuliah nya? Kata orang-orang kampung, kamu udah wisuda, dan sekarang kerja dikota, kerja apa sih kamu?”

Wargino:”Aku kerja sebagai…. Tukang ikan, mak.”(sambil menepuk-nepuk dada nya.)

Mak Net:”Kok jadi Tukang ikan, emangnya kamu sarjana apa an?”

Wargino:”Saya sih sarjana pertanian, tapi, susah nyari lahan di sini, alam nya udah rusak oleh TI mak, lubang Camoy dimana-dimana, sungai aja udah keruh.”

Mak Net:” bener banget. Mungkin, kalo aja para Bos mau sedikit bertanggung jawab, ya aman-aman aja. Yang penting, kamu gak nganggur.”

Wargino:”ho oh mak, lebih baik saya jadi tukang ikan dari pada kelayapan atau trek-trek kan, Cuma ngabisin duit ortu ajah.”

Mak Net:”Pinter kamu, No’.”

Wargino:”Ya iya lah mak, kalo gak pinter, gak mungkin saya jadi tukang ikan.”

Mak Net:”Hah???”

Sutiem:”hm… No’, aku tinggalin bentar ya. Aku mau ke markas bentar. Laporan.”

Wargino:”Tunggu bentar.”

Tiem:”?????”

Wargino: “ini uang ngobrolnya,.”

Tiem: “oh iya, Hampir lupa, ehehehehe. Mak , Tiem pergi dulu ya, gak lama kok, paling-paling sampe pagi.”

Mak Net:” Terserah lo ajah, asal kan LO, GUE, seneng.”

Tiem:”oke deh. No’, titip emak ya, kalo dia laper, susunya ada di atas kulkas, kalo dia mau tidur, ayunan nya di siapin, terus, nyayiin lagu Mamak Bobo’, oke?”

Wargino:” okeh, tapi, ni orang, emak-emak atau bayi baru berojol sih?”

Tiem:”ahahahaha.”

Sutiem pun pergi meninggalkan rumah menuju panti. Disana, ia sudah ditunggu janggut Papi yang kutu-an.

Papi: “lama banget kamu datangnya?”

Tiem: “Ia Pap, Tiem enggak dapet pelanggan..”

Papi: “ apa? Enggak dapet pelanggan?”

Tiem: “Ia pap, tapi, Tiem ada uang, ambil aja semua nya, ada seratus lima puluh ribu.?

Papi: “hem, okeh… malam ini, kamu saya maafkan, tapi, kalo malem berikutnya masih kosong, ntar kamu bakal papi kasih hukuman!”

Tiem: “emangnya hukumannya apa sih pap?”

Papi: “hm.. hukuman nya…. Apa ya? Kan papi bilang ntar.”

Tiem: “ ya udah deh pap, kalo begitu.”

Papi: “hm, papi tinggal dulu ya, papi malu ke belakang, baca narasi, maklum, papi kan narrator cadangan.”

Tiem: “iya pap, iya…. Tiem pulang aja, ada tamu.”

Papi: “oke, sekalian saya bacain narasinya.”

Setelah selesai menyetorkan uang penghasilan nya, Tiem kembali ke rumah, namun langkah nya membeku mendengar percakapan antara wargino dan Mak net dari kuping pintu.

Mak Net: “mak gak tau,No. mak sebenarnya juga berat nerima semuanya, tapi mau gimana lagi, dunia sudah membuang kami, orang-orang meludah kalau melihat emak, tapi ngences kalau melihat si Tiem.”

Wargino: “begini mak, tidak ada jalan buntu asalkan kita berusaha. Mak, masih ada cara yang lebih baik, yang tidak memaksa melakukan apa yang sebenarnya kita benci.”

Mak Net: “entah lah No, Tiem hanya tamatan SMP, mana ada pekerjaan yang menghampirinya.”

Wargino: “kan bisa kerja swasta Mak, missal nya buka warung, ikut pasukan kuning, atau jadi kuli cuci dan asisten rumah tangga.”

Mak Net: “No, emak dan Tiem enggak punya cukup modal, uang kami habis kami sedekahkan, sedangkan kalo Tiem jadi kuli cuci, gengsi dong emak.”

Wargino: “yah, si emak, udah hidupnya melarat, pake acara gengsi.”

Mak Net: “eh, bentar ya No, kayaknya BB emak ada yang nge-PING.”

Wargino: “BB mak?”

Mak Net: “iya no, baru beli seminggu yang lalu, yah, karena tablet emak rusak karena kecemplung sumur.”

Wargino: “WOW? Oh, iya mak. Maaf sebelumnya, tapi saya mau nanyain masalah almarhum pak wargono, kenapa kepergian beliau begitu membuat Tiem terluka?”

Mak Net: “ tentu Tiem sayang terluka, karena beliau sebelum meninggal sangat menyayangi Sutiem, apa yang diingin kan Sutiem, selalu di penuhi. Emak sangat bangga pada beliau saat Sutiem meminta beliau untuk melempar anak tetangga ke danau, dan beliau mengabulkannya, tapi, esok harinya, beliau yang dilempar ayah si anak ke jurang, untung beliau baik-baik aja.”

Wargino: “hm, pasti beliau sangat perkasa.”

Mak Net: “tentu, ia juga sangat tampan, dulu dia rebutan di kampung, tapi emak yang di nikahinnya.”

Wargino: “ehm, jadi penasaran….”(menatap ke dek)

Mak Net: “nih foto nya…”                                  

Wargino: “loh? Kok wajah nya mirip banget sama emak?”

Mak Net: “nama nya juga suami istri.”

Wargino: “Tuhan pasti sangat menyayangi beliau.”

Tiem: “Bohong!!!”(ekspresi kesal sembari menunjuk ke wajah wargino.)

Wargino: “aku enggak bohong, Tuhan memang paling mengerti tentang makhluk ciptaan-Nya.”

Tiem: “jangan pernah menyebut-nyebut soal Tuhan, seakan-akan kau yakin Ia selalu benar.”

Wargino: “sadarlah Tiem, sadar!”(sambil menggenggam kedua tangan Tiem)

Tiem: “ sadar? Kamu pikir aku ayan? Dengar, Jika Tuhan memang menyayangi ayah, mengapa tega-tega nya Ia mengambil ayah yang selalu taat padanya dengan cara yang keji? Mengapa Ia hanya menonton ketika ayah dipukuli dan di bakar warga?”(sambil membanting tangan WArgino)

Mak Net: “Tiem, tidak baik begitu, Ino kan tamu.”

Tiem: “emak, aku tidak suka jika Ia membenarkan Tuhan, agar dia mengerti perasaan orang seperti kita.”

Mak Net: “tapi Ino tidak bermaksud begitu, sadar lah Nak, jangan terhasut setan.!”

Tiem: “Mak?”

Mak Net: ?

Tiem: “lusa Tiem beliin laptop merk Apple yang terbaru.”

Mak Net: “janji?”

Tiem: “janji.”(berbalik badan sambil berpangku tangan)

Mak Net: “asik, ehm, nak Ino, kayak nya Tiem terbawa emosi karena ngantuk, kamu pulang aja dulu ya, Tiem mau istirahat.”

Wargino: “iya deh Mak, saya juga mau istirahat, pulang dulu mak, assalamualaikum?”

Mak Net: “wa.. wa.. alai… ehm Tiem, gimana sih jawabnya? Mak lupa?”

Tiem: “Waalaikumsalam..”

Wargino: “ makasih atas hidangannya ya, Mak?”

Mak Net:  “iya, nanti bayarnya di depan aja ya,No?”

Wargino: “Bayar? Ya udah deh, saya pulang dulu ya mak.”(sungkem dengan emak)

Mak Net: “ iya, hati-hati di jalan, ada jurang, lompat.”(menepuk bahu Wargino)

Wargino: “iya mak.” (menuju pintu lalu keluar)

Mak Net: “jangan lupa yem, laptopnya.”

Tiem: “iya deh MAK, Tiem mau tidur dulu, ngantuk.”

Mak Net: “mimpi indah.”

Sutiem pun pergi tidur, sementara itu, Wargino tak bisa tidur. Ia hanya duduk melamun di kamarnya.

Wargino: “kamu memang cantik,Yem. Kamu manis banget. Karena lama di deket kamu, aku di kerumunin ama semut api ampe bentol-bentol.”

Narator: “kamu belum ngantuk No?”

Wargino: “belum pak narrator. Masih mikirin Sutiem.”

Narator: “sepertinya kamu terkena virus FIL.”

Wargino: “virus apaan tu?”

Narator: “Virus Fallin In Love, alias jatuh cinta, gejalanya, kamu bakalan kena insomnia, detak jantung tak normal,pikiran tak tertuju, terus lidah kamu bakal rusak.”

Wargino: “Lidah ku rusak?”

Narator: “Betul, karena orang-orang bilang, kalau sudah jatuh cinta, taik kucing pun jadi rasa coklat.”

Wargino: “emangnya bener?”

Narator: “udah, kemarin saya ngabisin semangkok.”

Wargino: “hah? Uwek.” ( mual tiba-tiba.)

Narrator: Ngomong-ngomong, apa yang bikin kamu jatuh cinta sama dia? Dia kan pelacur?”

Wargino: “entah lah pak,saya hanya merasa ada sebuah keindahan di dalam dirinya, itulah yang memancar di matanya, ada sesuatu.”

Narator: “emang nya ada apa an? Ada pelangi?”

Wargino: “kayak lagu jamrud dong, ada yang lain disnyum mu, yang membuat lidah ku, gugup tak bergerak, ada pelangi… di bola matamu, yang memaksa diri, tuk bilang, aku sayang padamu…”

Narator: “wah, wah, bener kan?”

Wargino: “ya bukan lah.”

Narator: “terus apaan?”

Wargino: “ada belek!”

Narrator: “?”

Wargino: “udah, gak usah di pikirin, lanjutin narasinya, hemat durasi. Saya mau tidur.”

Narator: “oke deh bos, aku lanjutin.”

 

Malam akhirnya memaksa Wargino terlelap, rembulan dan bintang-bintang memeluknya dalam ketenangan, tapi ia gelisah, dalam mimpinya, ia bertemu pak Wargono.

Wargono: “Ino….”

Wargino: “Pak Wargono?”

Wargono: “jaga lah Sutiem… lindungi ia… bawa ia ke jalan yang benar….”(mundur, menjauh, dan hilang.

 

Bayangan itu menjauh, perlahan menghilang, dan membuat Wargino tersentak dan terbangun dari tidurnya. pertama-tama ia melihat handphone nya, ada sms dari nomor yang tidak di ketahui berisikan “Ino, ketemuan yuk, jam delapan, di tepi danau tempat ayah ku dulu melempar kakak mu, by Sutiem.”

Hati Wargino sangat bahagia, tapi kemudian ia sangat terkejut, karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat empat puluh lima menit. Ia bergegas, mengunci rumah nya, lalu pergi tanpa mandi dan mengganti celananya yang…. “BASAH KARENA OMPOL”.

Ia berusaha berlari secepatnya menuju danau, hingga akhirnya ia melihat sesosok perempuan yang duduk menatap ke danau, menyaksikan seorang bapak yang panic karena anak nya kelelep, lalu Wargino mendekati perempuan itu.

Wargino: “Sutiem, maaf ya aku telat.”(menarik bahu sutiem)

Tiem: “iya, No. Gak apa-apa, tapi yang jadi masalah, ompol kamu, baunya nyengat banget.”(menutup hidung)

Wargino: “eheehe. Maaf… ini lah bau cinta!” (sambil mengacungkan jempolnya.)

Sutiem: “ah, kamu bisa aja. Duduk dong.”

Wargino: “oh iya, ada apaan sih sampai-sampai kamu ngajakin aku ketemuan?”

Sutiem: “aku mau minta maaf, atas sifat aku semalem. Jujur, aku ke bawa emosi, dan udah nyakitin perasaan kamu.”

Wargino: “udah lah, gak usah di bahas, aku juga udah maafin kamu kok. Karena… karena….”

Tiem: “karena apa, No?”

Wargino: “karena aku cinta sama kamu, aku sayang sama kamu. Aku udah punya perasaan ini sejak smp, tapi kamu aja yang nggak ngasih aku kesempatan, dan sekarang, aku kembali kesini, untuk mu!”(memegang tangan Sutiem)

Tiem: “jangan bohong? Kamu Cuma kasian kan sama aku? Mana ada, orang yang mencintaiku, malahan mereka jijik, mereka mual melihat aku.”

Wargino: “Tidak, Yem. Aku sama sekali tak memperdulikan itu.. biarlah, kebaikan yang kau miliki menjadi hadiah untuk ku, dan keburukun yang kau miliki, menjadi tugas ku untuk membantumu memperbaikinya, lihat mata ku, yem… lihat!”

Tiem: “?”

Wargino: “iya, lihat dengan sepenuh hatimu… gak ada belek kan?”

Tiem: “enggak ada kok.” (malu-malu)

Wargino: “So?”

Tiem: “aku terima kamu, hm, yuk kita ke rumah, kasihan Emak, dia sakit.”

Wargino: “sakit? Kalo gitu kita harus cepet.”

 

            Wargino dan Sutiem pun berlari secepat mungkin, mungkin karena semngat cinta sang dewa amor yang sedang membara dia ti mereka, atau karena kemungkinan kedua, yaitu mereka takut Mak Net meninggal sebelum mereka tiba. Meter demi meter mereka lalui bersama. Alhasil, nafas mereka Ngos-ngos an karena lelah berlari. Dan akhirnya, mereka berdua tiba di rumah yang didalam nya, Mak Net sedang terbaring lemah.

Tiem : “mak? Gimana? Udah mendingan belum?”

Mak Net: “uhuk uhuk guk guk… udah kok,yem.”

Wargino: “emangnya Emak sakit apa an?”

Mak Net: “Cuma gatel di tenggorokan, terus kepala pusing, and demam.”

Wargino: “Mungkin, emak kecapean mak.”

Tiem: “oh iya mak, Tiem baru inget, kemrin, di kuburan, ayah minta Tiem nyampein ke emak kalo dia udah kangen, katanya, emak di suruh cepet nyusul.”

Mak Net: “Wah.. udah gila tuh ayah kamu, masak nyumpahin istrinya mati, dia aja tuh yang mati!”

Wargino: “kan emang udah mati?”

Mak Net: “oh iya ya… Ino, Tiem, ada yang  emak mau omongin.”

Tiem: “masalah?”

Mak Net : “masalah yang semalem emak dan Ino bicara in. Yem, emak udah gak mau lagi kalo kamu kerja jadi pelacur, lebih baik, kita hidup miskin, tapi kita di berkahi tuhan.”

Tiem: “ iya Mak, Tiem juga ngerasa udah kotor banget, tapi… apa Tuhan mau memaafkan kita, mak?

Wargino: “pasti mau, Yem. Asalkan di hati kamu ada niat dan tidak hangat-hangat taik ayam.”

Mak Net: “bener yem, sekarang, emak minta kamu datangin papi, sampai in kalo kamu mau pension.”

Tiem: “baik lah,mak. Tiem dan Ino akan pergi sekarang.”

Mak Net: “jangan Lupa, Minta pesangon!”

Tiem: “Oke Mak!!”

            Tiem dan Wargino pun pergi menuju tempat papi. Hati Tiem berdebar membayangkan bagaimana respons papi ketika Ia datang menyampaikan nya, hingga Ia tiba.

Papi: “Loh, Tiem? Kenapa kamu ada disini?”

Tiem: “ begini Pap, Tiem mau ngundurin diri jadi pelacur, Tiem capek.”

Papi: “ngundurin diri kata mu? Ngundurin diri? Ahahaha… berani- beraninya kamu….”(menampar pipi Tiem)

Tiem: “silahkan siksa Tiem Pap , asalkan Tiem biisa berhenti dari pekerjaan ini.”

Papi: “kamu! Tidak tahu berterima kasih, kurang ajar kamu.” (bersiap menonjok Tiem)

Wargino: “hei bung, jangan beraninya sama perempuan!”(menahan tangan Papi)

Papi: “siapa kamu?”

Wargino: “aku adalah…”(sok keren)

Papi: “ ah, Kelamaan!” (memukul perut Ino)

Wargino: “kamu curang banget!”

Tiem: “tunggu sebentar, gini peraturannya, tidak boleh memukul di belakang kepala dan menendang bagian perut! Paham?”

Papi dan Wargino: “PAHAM!!!”

Tiem: “3…2…1… mulai!”

(Wargino dan papi berkelahi ala banci)

(Wargino dan Papi Perang menggunaakan Senapan.)

 

            Merasa terdesak, Papi mengambil pisau dari saku nya, lalu berniat membunuh Wargino, tapi, ketika pisau itu menuju jantung Wargino, Ia merampasnya, lalu balik menghunus papi. Papi pun terkapar dan tewas.

Wargino: “aku tidak sengaja, aku tidak membunuhnya.”(menggaruk kepala, ketakutan, laulu jatuh pingsan.)

Tiem: “maaf kan aku mas, aku terpaksa meninggal kan mu.”

            Melihat kesempatan yang ada, Sutiem segera memeriksa saku Wargino dan Papi, tak lupa Ia menulis pada sebuah kertas, lalu memasukkannya kedalam saku celana Wargino, dan setelah Ia berhasil mendapat sejumlah uang, Sutiem pun pergi.

            Tak lama setelah kepergiannya, polisi datang dan menangkap Wargino yang di tuduh tersangka, hingga Ia di tahan di penjara. Ia merasa telah di tipu oleh Tiem, akan tetapi, semua nya reda setelah Ia membaca tulisan yang di selipkan Tiem, yang berbunyi:

“ Dear Mas Ino. Mas, aku bukan bermaksud meninggalkan mu mas, tapi jika aku juga tertangkap, maka tidak ada yang mengurusi emak, dan maaf mas, uang mas yang aku ambil itu untuk membeli obat emak, dan uang papi untuk membayar janji ku ke emak. Jika nanti kau sudah keluar dari penjara, kita ketemuan ya di danau itu… by Sutiem”

Wargino: ah… aku tak perduli… yang masih mengganggu pikiran ku, bagaimana ya kabar seprai ku yang penuh ompol?

Narator: “wah, Enggak tau,No, gak di certain di  naskah. lagian cerita nya udah mau habis.”

Wargino: “yah…. Mau gimana lagi kalo gitu, tutup aja langsung nih cerita!”

Narator: “okeh.”

             Hari demi hariterus berganti selama Wargino di penjara, dan Tiem, sudah tidak jadi pelacur lagi karena dia sudah naik pangkat jadi germo. Begini lah gambaran kecil kehidupan bangsa ini, banyak yang dapat kita lihat dan pelajari. Sekian cerita ini kami persembahkan, mohon maaf jika selama berjalannya cerita ada hal-hal yang menyinggung anda

Komentar

Foto Beni Guntarman

Miris....ironis....

Terasa miris...ironis namun memang beginilah salah satu sudut pandang wajah bangsaku....Kita bangsa punya seribu wajah...namun Sutiem ada di mana-mana, ada di tempat-tempat kumuh hingga di gedung-gedung megah, ada di dalam diri manusianya, dan atas nama rakyat, atas nama bangsa mereka berkata dengan bangga: "Akulah Indonesia!!!!"

Beni Guntarman

Foto Gama Ahmad D'Lovers

Beginilah..

Begini lah Om negri kita... entah kapan kan tersadarrr

D'LOVERS

Foto ahmad alfan

kondisi bangsa yang

kondisi bangsa yang memprihatinkan...
mohon izin mengkopinya ya...
untuk referensi aja....

Foto Gama Ahmad D'Lovers

Mas alfan

Oke mas alfan.. Kita saling belajar

D'LOVERS

Foto ahmad alfan

Itulah ciri khas manusia

Itulah ciri khas manusia indonesia,,pinginya nikmat and cepat..

Foto ahmad alfan

Keren, ane seneng baca

Keren, ane seneng baca ceritanya :)
#share lagi ath

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler