Skip to Content

Martabak Meses (2)

Foto Natasia Deva

Martabak Meses (2)
(By : Natasia Deva)

Selamat ulang tahun, Valen! Maaf, cuma ini yang bisa gw kasih. Gw tahu lu masih marah karna yang kemarin. Apalagi soal pengkhianatan gw seminggu lalu. Gw tahu, gw memang salah, gw akui itu. Pas itu gw lagi gak punya pikiran. Gw bener-bener gak tahu kalau jadi kayak gini. Gw tahu lu gak akan sudi ngelihat muka gw lagi. Tapi please terima hadiah ini sebagai perwakilan gw dateng ngerayain ultah lu. Anggap saja kita masih berteman. Dan semoga hadiah ini bukan yang pertama dan terakhir dari gw. Gw harap lu maafin gw. Tapi kalau memang lu gak mau, gw gak maksa. Dan sekali ini aja, gw minta satu hal. Yaitu doa lu aja biar gw juga bisa berbahagia. Anggap aja hadiah ini untuk rayain hari kelahiran lu dan hari anniversary kita, seandainya lu belum mutusin hubungan kita waktu itu. Juga untuk hari kasih sayang kita hari ini. Sekali lagi gw minta maaf, Val. Semoga lu selalu berbahagia.
.
From Kevin

Your First Love

***

Valen mendesah jengkel melihat nama pengirim dan kata-kata yang sok mengena itu. Sebenarnya apa sih maunya? Kenapa sih mesti pake kata-kata lebay gitu? Kayak seakan-akan dia mau pergi jauh aja? Apa mungkin dia beneran mau ke Los Angeles? Tapi itu boong kan? Gak mungkin dia ke sana. Valen segera mengenyahkan pikiran-pikiran negatif itu dan berusaha tidak tertarik. Palingan cuma taktik aja biar gw maafin dia. Jangan salah Kevin, itu tidak ada gunanya sama sekali.

Tanpa membuka isinya lagi, Valen meletakkan lagi kotak itu di pojok teras dan kembali masuk ke dalam rumah. Mendiamkan hadiah itu di tengah malam, tanpa penyesalan sedikit pun.

***

Kevin memasang headseat di kedua telinga dan menunggu suara Dena dari seberang sana.
“Hallo, Kevin?” Suara Dena mulai terdengar.
“Iya, Den. Gimana?” Kevin segera memasang senyum terlebar. Berharap pasti, Valen sudah menerima hadiahnya. Tapi setelah beberapa detik, tidak ada suara Dena. Kevin mulai berpikir yang tidak-tidak. Senyumnya langsung pudar saat itu juga. Dan akhirnya setelah beberapa detik mereka diam. Kevin memberanikan bertanya.
“Gak diterima ya?”
“Please, maafin gw! Gw gak tau kalo hasilnya begini. Gw kira dia suka martabaknya. Gw kan tau dia suka martabak meses. Please, maaf banget! Tapi tenang aja, dia sempet baca surat lu kok. Maaf banget, Kev!” ujar Dena agak panik dan sedikit khawatir. Ia terdengar sangat menyesal dan berusaha agar dirinya tidak terlalu kecewa. Tapi sudah terlanjur, sekuat apapun Dena bicara, ia sudah terlanjur sangat kecewa.
“Iya. Yang penting dia udah baca suratnya. Ya udah gw berangkat dulu, pesawatnya udah dateng. Bye!”
“Ta… Tapi…” Tut! Tut! Tut! Belum selesai Dena bicara, ia sudah menutup teleponnya.
“Kevin! Kevin! Hallo?! Yah dia marah….” Dena mendesah jengkel. Cewek Cina itu segera berlari menuju pintu rumah Valen dan menggedor-gedor pintu itu sekeras mungkin.
“Sudah cukup untuk hari ini, Valen! Lu mesti tau semuanya!” Dok! Dok! Dok! Dok! Dok! Dena berteriak sekencang mungkin sambil terus memencet bel dan mengetok-ngetok pintu itu.
“Valen, buka pintunya! Valen! Ada hal penting yang harus gw bicarain! Valen!”

***

Air mata membasahi kedua pipi Valen dan Dena. Dalam pelukan seniornya, Dena tidak henti-hentinya memarahi Kevin. Mengeluarkan semua kekesalan dalam hatinya sekencang mungkin yang diikuti isakan tangisnya yang sangat keras.
“Lu jahat, Kev! Kenapa lu tinggalin kita? Lu bener-bener tega! Kita berdua sahabat lo masih butuh lo disini! Katanya lu mau minta maaf ke Valen, Tapi kenapa lo pergi gitu aja?! Kenapa, Keviiin? Kenapa?!” Tangisan pilunya terdengar begitu menyayat hati. Di tengah doa, Valen terus mengusap punggung Dena dalam pelukannya. Ia berusaha untuk tidak menangis hari ini. Ia ingat janjinya dulu pada Kevin, untuk jangan pernah mengeluarkan air mata untuknya. Walaupun air mata sudah menggenang di kedua bola matanya, ia berusaha tetap memegang janji itu. Tapi sepertinya memang tidak bisa. Beberapa menit kemudian, air matanya mengalir deras. Diikuti rasa sesal yang berkelebat dalam pikirannya. Sejak awal ternyata Kevin sudah tahu kalau ini akan terjadi. Tapi kenapa harus mendadak? Kenapa harus di saat-saat ia di Los Angeles dan di saat dirinya masih membencinya? Kenapa harus di saat sebelum ia memaafkannya? Valen segera menghapus air matanya dan melepas pelukannya. Memandang tanah merah segar itu dan berdoa untuk kebahagiaannya. Sesuai permintaan terakhirnya. Tak lupa ia membisikkan isi hatinya yang sudah ia tulis dalam kertas pink sebagai balasan surat dini hari tadi. Lalu meletakkannya di dekat batu itu, tepat di bawah mawar merah yang baru saja ia ambil dari pekarangan rumahnya.

Maaf karena tidak pernah sempat membuka hadiah-hadiahmu. Aku sudah memaafkanmu sejak Dena memberitahu semuanya. Aku tahu, aku memang egois. Seandainya aku tahu kamu akan cepat pergi, aku pasti akan segera berusaha memaafkanmu dan kembali menyempatkan waktu untuk kita bersama sebagai sahabat, bersama Dena juga. Penyesalan memang datang terlambat. Tapi ingatlah kalau aku akan selalu mendoakanmu berbahagia. Berbahagia sampai kita bertemu disana nanti. Terimakasih untuk semuanya, aku menyayangimu.

From Happy Valentine

Your First Love Too

KEVIN
RIP
Lahir : 09-11-1992
Wafat : 14-02-2016

THE END

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler