Skip to Content

Monolog Mustofa

Foto Deden Fahmi Fadilah

MUSTOFA

(terinspirasi dari puisi “Tiga serangkai lampu becak” karya Isma S.)

Karya : Deden Fahmi Fadilah

 

 

Moderator

“selamat (pagi, siang, malam). Salam sejahtera bagi kita semua. Terima kasih saya ucapkan atas kesediaan tuan dan nyonya untuk menghadiri pementasan ini. Saya yakin, tuan-tuan dan nyonya-nyonya adalah manusia yang budiman, maka dari itu saya meminta agar tuan dan nyonya menonaktifkan atau mengaktifkan mode sunyi terhadap telepon genggamnya. Ya, semata-mata demi kelancaran pementasan ini dan agar tuan dan nyonya sekalian bisa menonton pementasan dengan focus. Saya ucapkan terima kasih sebelumnya.

Kalau boleh saya berbincang sedikit dan memberikan argument, saya merasa bahwa hari ini adalah hari yang indah. Terserah mau setuju atau tidak, tapi saya yakin anda sekalian pun merasakan hal yang sama.”

Celoteh

“kata siapa? Moderator sok tahu!”

Moderator

              “wah, sok tahu bagaimana? Semua sudah jelas. Walau tanpa teori dan hipotesis atau semacamnyalah, ini semua telah terbukti. Cuaca hari ini bagus, udara segar, dan yang paling indah adalah sekumpulan manusia yang dihadapan saya ini. hey, mereka adalah sekumpulan orang yang mendukung kita. Mereka semua yang menonton kita, lah kalau tak ada mereka, tak ada penonton, tak akan indah pementasan ini. Makanya mereka adalah pengindah pementasan. Lagi pula bisa apa kita tanpa tuan-tuan dan nyonya-nyonya yang sedang menonton kita ini? Makanya Kalian wajib senang dong!”

 

*Semua tertawa sambil meng-iya-kan argument si moderator*

 

Moderator

              “nah, bukan sok tahu kan? Hari ini hari yang menyenangkan. Nah, Sekali lagi saya yakin tuan dan nyonya akan senang dengan kehadiran kami yang sangat syarat dengan konflik, sekecil apa pun. Itulah kehidupan”

              *Moderator tiba-tiba duduk dan seperti orang yang sedang santai*

 

 

Moderator

              “bro enaknya sambil ngopi nih!”

Celoteh

              “walah kita kan lagi maen, lagi pentas, malah pengen ngopi! Parah lu, tor!”

Moderator

              “tar…tor…tar…tor…memang, gua moderator, tapi jangan panggil gua gitu! Seakan-akan gua koruptor! Eh kita sebagai laki-laki, orang Indonesia lagi, ya harus suka sama kopi. Jangan salah lho, kopi itu baik buat kesehatan. Kopi itu minuman penghangat tubuh. Kalau kita lagi kedinginan atau tak enak badan, coba saja minum kopi, dijamin bakal gres lagi deh. Ya memang saya akui kalau terlalu banyak minum kopi bakal berbahaya, tak bedanya kalau kita minum air putih, tapi segalon, mabok-mabok dah lu, ya kan?? Pada dasarnya mah semua ciptaan Tuhan tuh baik dan berguna, tinggal kita menempatkannya pada posisi yang mana. Kalau salah memposisikannya, ya pasti hasilnya buruk, kopi pun begitu. Nih ngomong-ngomong soal khasiat kopi, saya punya cerita, dulu teman saya sangat gemar dengan yang namanya kopi, apa lagi berwarna hitam pekat dengan rasa sedikit pahit dan kesat. Katanya, itulah yang membuat dia semangat setiap hari. Badannya pun sudah tak diragukan lagi, sehat, kuat, berotot, dan segar bugar. Suspect deh pokoknya. Otot tangannya saja besar berisi padat, seperti….tangan saya ini. Betis kakinya, weisss…kaya betis kuda, nih seperti ini, walau saya bukan kuda. Soal energy, jangan ditanya, menurutnya lebih baik tak makan dari pada tidak minum kopi. Itulah karbohidrat penambah tenaganya. Kopi. Gairah hari bagai mentari. Nama teman saya itu,, MUSTOFA!!

Music gaduh memainkan lagu MP “tiga serangkai lampu becak”. Mustofa muncul dengan

Becak merah kesayangannya, dengan semangat menggelora.

 

Mustofa

              “becabecabecabe…warna becakku kayak warna cabe. Becabecabecabe…bawa becak kayak makan cabe. Becabecabecabe…capek kayak mikirin harga cabe.”

Celoteh

              “Tukang becak apa tukang cabe nih?? Konsisten dong!”

Mustofa

              “walah mas, masalah mau cabe atau becak mah gak penting. Lagian memang ada bedanya? Lihat fakta lapangan, becak dan cabe sebuah komoditas yang dipandang sebelah mata. Dulu saya mendapat penghasilan yang lumayan dari hasil menarik becak, saat becak itu masih dijadikan alat angkutan, tak seperti sekarang, sudah dimuseumkan, walau masih ada segelintir orang yang masih mengais rejeki dari becak. Tapi walau begitu, orang-orang pun sudah enggan menaiki becak, gengsi, apalagi punya kendaraan pribadi yang mencemari lingkungan, saya piker lebih baik becak, ramah lingkungan dan sekalian mempertahankan tradisi agar tak dicolong orang. Kan ironis kalau warisan budaya nenek moyang dicolong tetangga! Serem!

              Ya sudahlah!! Dasar orang asing, iseng saja kerjaannya. Mengganggu konsentrasiku saja! Waduh…narik becak dari pagi sampai ketemu pagi lagi, dari malam sampai ketemu malam, tapi hasilnya?? Tetap begini. Tetap sengsara. Memang ada yang salah denganku? Beribadah dan berdoa jalan terus, berusaha tak henti-henti, apa lagi coba? Padahal Tuhan tu suka dengan yang ganjil-ganjil, kayak roda becakku ini. Apakah Tuhan tak merestui pekerjaanku ini? Ah, yang penting halalan thoyiban.

               Oya, ngomong2 soal roda becak yang Cuma tiga biji,itu ada artinya. Ternyata tak sembarangan para pendahulu tukang becak membuat becak dengan berroda tiga. Sadar atau tidak tiga roda becak mengingatkan kita terhadap tiga unsure kehidupan. Ketuhanan, kemanusiaan, dan kealamiahan. Panting toh?? Nah kalau ketiga roda itu bersinergi dalam satu alunan yang sama, maka jalan becak pun akan terasa enak, nyaman. Seperti halnya kehidupan dengan tiga unsure begitu, maka kehidupan pun akan enak, dan lancar. Lihat sekarang ini, manusia lupa Tuhan, manusia tak menghargai alam, bahkan manusia telah lupa bahwa dirinya sendiri adalah manusia, mana bisa lancar hidupnya?? Setuju tak?? Tak beda saat roda becak saya ada masalah, kaya bocor, jalan becak tak lancar, malah meleweng-leweng. Makanya ambillah filsafat tentang tiga roda becak ini.”

Celoteh

              “weis sarjana ya?”

 

Mustofa

              “walah ya nggaklah, bahkan saya tak pernah sekolah. Makanya saya bersyukur, walau saya tak mengenyam jenjang sekolah dasar sekali pun, tapi saya mengertilah masalah yang seperti ini. Belajar dari pengalaman itu lebih berharga. Lagipula, sarjana, doctor, insinyur, professor, itu Cuma gelar, sebatas title, gak penting, yang penting intelektual dan kemampuan kita, percuma sekolah tinggi-tinggi kalau otaknya masih nol, malu dong sama saya. Iya toh?? Setuju kan??

              Ya harus setuju, kalau gak setuju, ya berarti wajib setuju.hahaha

              Tapi tetap saja walau otak kita berkompetitif dan berkemampuan tapi tanpa adanya sarana pendukung yang lainnya , seperti duit dan duit, takan bisa bersaing. Seandainya jadi PNS itu tak mesti punya title, gak mesti bayar mahal-mahal, dan Cuma mengandalkan kemampuan dan kapasitas kita, bolehlah saya bersaing dengan mereka.  ya, setidak-tidaknya pekerjaan saya agak mendingan sedikit. Lagipula di zaman sekarang yang serba susah begini, siapa sih yang bakal nolak jadi PNS?? Gaji dijamin, ada tunjangan kesehatan dan keluarga, dapat pensiunan lagi di hari tua nanti. Tapi ya garis nasib berkehendak lain, lihat saya, orang kecil, miskin, tidak berpendidikan formal, apakah mereka melirik atau memperdulikan saya?? Kebanyakan omong kosong sih, padahal mereka juga sedang memikirkan diri mereka sendiri yang sedang sengsara!! Kalau gak bisa ya jangan berjanji, jangan ngasih harapan!!

 

Celoteh

              “bang becak bang!”

Mustofa

              “Alhamdulillah, akhirnya dapat penumpang. Ke Belanda bareng mulder, mau kemana? Saya anter”

ADEGAN MUSTOFA NARIK BECAK

Mustofa

              “siang malam saya narik becak, bukan hanya untuk dapat uang, tapi kehidupan yang selalu berputar dari tiga roda itu. kini saya lelah, mungin istirahat adalah jawaban dari kelelahan saya.

              Becakku kau hidupku

              Aku tidur bersamamu yang mendengkur

              Aku senang bersamamu

              Aku sedih bersamamu

              Kau tak pernah makan, aku pun begitu becakku..

 

 

MUSTOFA TERTIDUR PULAS, LALU MUNCUL MODERATOR

Moderator

              “ tuan dan nyonya sekalian, itu dia teman saya. Mustofa. Dia hidup bersama becaknya yang amat disayanginya. Dia selalu sengsara, becaknya pun hanya bisa diam, sungguh malang nasib temanku ini, apalagi saat ketiga ban becaknya bocor. Lihat, mustofa bangun lagi. Saya harus menyingkir dari sini.

MUSTOFA TERBANGUN DAN TERIAK-TERIAK KARENA BAN BECAKNYA BOCOR, LALU

MUSTOFA MENGHAMPIRI TUKANG TAMBAL BAN.

 

TTB

              “kenapa bang becaknya? Rusak?”

Mustofa

              “bocor bang”

TTB

              “Walah, kebetulan. Tenang bang, ini pekerjaanku, aku ahlinya. Kecillah buat ku. Sini biar aku periksa dulu becaknya.”

Mustofa

              “bagaimana bang?”

TTB

              “ santailah kau, butuh proses ini. Aku akan berusaha”

SETELAH LAMA DIPERIKSA, MUSTOFA MULAI JENUH.

TTB

              “waduh, harus diganti ini ban, sudah tak bisa ditambal, sudah parah ini. Aku beri tahu sama kau, kalau ban bocor begini jangan terlalu lama dibiarkan, pasti akan lebih parah dampaknya. Nanti jalan becaknya meleweng-leweng seperti pemerintahan sekarang. Legislative, eksekutif, dan yudikatif sudah bocor semua, makanya pada nyeleweng-leweng, meneyelewengkan amanat, wewenang, dan uang rakyat. Harus cepat ditambal itu, nanti makin parah, seperti ban becakmu ini!!

Mustofa

              “ lalu harus bagaimana bang?”

TTB

              “bisa saja saya ganti bannya, tapi mahal harganya, apakah bisa bayar? Alah, orang miskin seperti kau, pasti tak dapat membayarnya, aku yakin itu!  percuma, lebih baik begini, kau bawa ini becak butut nan reot, museumkan saja, pensiunlah kau, atau buang saja becak ini, lalu pergilah kesebuah tempat tenang. Sini ikut aku.

TTB KELUAR BERSAMA MUSTOFA, LALU MUNCUL BAYANGAN SILUET MUSTOFA SEDANG

TERSIKSA SAMBIL TERIAK-TERIAK

 

Moderator

              “ para hadirin semua, satu hal yang perlu anda ketahui, teman saya , mustofa, kini telah tiada. Dia meniggal saat mengendarai becaknya yang masuk jurang bersamanya. Gara-gara becaknya lepas kendali karena bannya bocor. Itu kira-kira tahun 1998 saat reformasi kacau melanda negeri ini.

              Parahnya lagi, kini becak itu belum ada yang membetulkan, sudah banyak yang mencoba, tapi selalu gagal. Kita hanya bisa berharap mustofa tenang di alam sana dan semoga generasi muda sekarang yang katanya sangat kompetitif, giat dan akan bisa membetulkan becak mustofa yang bocor bannya.”

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler