Aku mencintaimu Arumi
Sudah hampir enam bulan lebih aku hidup bersamanya. Tanpanya aku tak bisa hidup. Kebiasaan alam yang sulit kuhentikan, membuatnya semakin menderita. Ya, aku perlu darahnya. Tanpa darah kedua mataku selalu bermasalah, menjadi rabun seketika. Namun Arumi sama sekali tak keberatan saat aku mulai menghisap darahnya. Aku semakin mencintainya. Walaupun rasa cinta ini tergolong langka, karena kami dilahirkan dari dunia yang berbeda.
“Lepas bajumu, ayo sekarang, ikut ibu ke sumur!”, perintah ibunya. Arumi sempat melarikan diri, namun ayahnya sudah bersiaga menangkapnya. Sungguh aku tak tega melihatnya. Ibunya mulai memangkas rambutnya dan ayahnya meracik obat yang dibelinya di pasar tadi pagi.
“Ibu, Arumi mau diapakan?”.
“Husst diam, semua kutu di kepalamu harus hilang!”, Arumi hanya terdiam, saat kedua orang tuanya mulai membunuhku perlahan.
Komentar
Tulis komentar baru