Skip to Content

3LEMA

Foto Candra_Tarsius

Kisah itu masih tersimpan dalam sejarah ingatanku, sampai sekarang. Yaitu kisah yang akan aku ceritakan ini. Kisah yang benar-benar setiap orang tidak akan pernah menduganya. Sungguh tak terduga.

Sama seperti yang sering diceritakan oleh orang-orang, “Kisah adalah sejarah di masa lalu. Jadi pandai-pandailah untuk selalu mengenangnya. Bahkan kalau perlu, simpanlah selalu dalam ingatanmu tentang kisahmu itu, agar sewaktu-waktu kau akan dapat dengan mudah untuk selalu mengingatnya.”

Dan sampai saat ini, kata-kata itu tidak pernah aku lupakan. Ya, tidak pernah aku lupakan. Mungkin penyebabnya, karena aku terus mengingatnya. Sekali lagi aku terus mengingatnya.

Pernah aku ceritakan kepada teman-teman sekelasku, kalau aku memiliki kisah yang tidak akan pernah kalian duga sebelumnya. Kisah yang mungkin kalian akan berpikir bahwa aku adalah lelaki yang sangat hebat dan memiliki pemikiran yang cukup elastis. Dan benar-benar tak terduga.

Tapi, sebelum aku memulai untuk mengatakan tentang kisah yang akan aku ceritakan ini, salah seorang dari temanku langsung memberikan komentar,

“Apalah gunanya mendengarkan kisahmu itu. Semuanya hanya omong belaka. Tidak rasional. Dan tidak berbobot. Mungkin kisahmu itu hanya menceritakan kisah konyolmu saja. Tidak ada yang berbau romantis. Tak seindah seperti yang selalu dikumandangkan oleh para penyair-penyair ternama. Atau mungkin saja kisahmu itu hanya kebohongan semata. Dasar!” teman lainnya pun menambahkan, “Ya, ceritamu itu bagaikan bunga Tahi Ayam yang busuk dan aromanya tidak aku sukai. Dan yang pastinya, sulit untuk bisa kami apresiasikan ke dalam ruang lingkup pemikiran kami.” Demikian kata mereka.

Aku terdiam sesaat. Tenang. Terpukul rasanya menanggapi pernyataan mereka. Seakan-akan napasku terhenti tiga puluh detik lamanya. Sesak. Semakin sesak rasanya. Dan jantungku berdenyut kencang bagai bumi yang mau gempa. Dag-dig-dug. Spontan saja. aku tak langsung melanjutkan kisah yang akan aku ceritakan ini.

Tapi, untunglah aku masih memiliki salah satu pendengar setia yang mau mendengarkan kisah yang akan aku ceritakan ini. Dan dia itu adalah… kau. Kau yang telah mencoba membaca kisah yang akan aku ceritakan ini tanpa sepengetahuanku. Ya, kau. Kau yang sementara menatap lembaran-lembaran yang berisi kisah yang akan aku ceritakan ini.

“aku?” Ungkapnya kepadaku dengan nada tersentak. Mungkin dia amat sangat terkejut saat kutunjuk secara tiba-tiba. Sangat terkejut.

“Ya, kau!” ungkapku singkat.

Meskipun aku sadar bahwa kau tidak sebegitu pahamnya dengan kisah yang akan aku ceritakan ini. Tapi aku akan bermohon kepadamu. Sebelum kau akan membaca kisah yang akan aku ceritakan ini, kuharap kau untuk dapat mengulang kembali, membaca dari awal kisah yang akan aku ceritakan ini. Karena kau memang betul-betul tidak akan paham dengan kisah yang akan aku ceritakan ini.

Dan aku sungguh bersumpah! Jika kau masih tetap melanjutkan untuk membaca kisah yang akan aku ceritakan ini, kau pasti takkan mengerti. Sungguh tak akan mengerti. Dan yang pastinya kau akan mengulangnya kembali untuk membacanya dari awal, kisah yang akan aku ceritakan ini. Dan itu memang sudah pasti. Karena sebelum kau, sudah pernah ada yang telah membaca kisah yang akan aku ceritakan ini, tanpa sepengetahuanku juga. Dan dia pun sama seperti apa yang aku ungkapkan kepadamu,

Dia terus membaca kisah yang akan aku ceritakan ini, tanpa mengulangnya kembali dari awal seperti apa yang aku ungkapkan kepadamu. Setelah dia telah selesai membaca kisah yang akan aku ceritakan ini, dia pun tak mengerti. Sehingga dia ingin mengulang kembali untuk membaca kisah yang akan aku ceritakan ini.

Tapi sebelum dia memulai untuk membaca kembali kisah yang akan aku ceritakan ini, aku melarang dia untuk tidak lagi membaca kisah yang akan aku ceritakan ini. Dia pun bertanya dengan mempertontonkan raut keheranannya.

“kenapa kau melarangku untuk membaca kembali kisah yang akan kau ceritakan ini, sementara aku benar-benar belum mengerti dengan kisah yang akan kau ceritakan ini?”

Sembari memasukkan telunjuk kanan ke lubang hidungku, kucoba menjawabnya secara samar.

“Paling tidak kau telah mengalami 3Lema!” Ungkapku.

“3Lema?” ungkapnya.

Dia semakin bingung. Benar-benar bingung. Dan ling-lung. Seperti seseorang yang sementara dihipnotis oleh seorang pesulap. Diam dan menunggu perintah si pesulap itu.

“hey, jangan membuatku bingung. belum menjawab pertanyaanku, kau malah menambah pernyataan baru dan membuatku aku untuk dapat bertanya lebih lagi. Jawablah! Jangan terlalu mempersuram suasana,” ungkapnya dengan mimik yang semakin memerah. Dan semakin mempertajam kemarahannya.

“Hahaha.” Kali ini tawaku tak bisa kusimpan. Terlepas begitu saja. Panjang. Semakin panjang. Dan membuat dia semakin tak terkendali. Kali ini dia tak lagi main-main. Amarahnya semakin menjadi-jadi. Bahkan hampir beberapa kali dia mengeluarkan kata-kata, sambil menyisipkan makian-makian yang sulit untuk diterjemahkan oleh kritikus-kritikus handal. Gila. Ya. Benar-benar gila.

Kulihat dia semakin terhuyung begitu jauh. Aku semakin iba melihatnya. Aku merasa sangat prihatin. Semua itu berawal dari aku. Ya, aku. Aku yang mencoba menerjemahkan kisah yang akan aku ceritakan ini kepada dia. Bukan hanya dia, tapi mereka. Kucoba memutarbalikkan langkahku. Kusejajarkan jiwaku dengan jiwanya. Dan kulihat dia semakin serius dan beringas terhadapku. Perlahan kujawab sedetail mungkin setiap pertanyaan yang ia lontarkan terhadapku.

“Oke. Kali ini aku tak akan main-main lagi. Tak akan aku mempersulit, mempersuram, tentang semua yang tak kau pahami. Mungkin aku sosok yang terlalu mengharapkan sesuatu yang berlebihan.”

“Aku katakan paling tidak kau telah mengalami 3Lema, yaitu dari awal kau membaca kisah yang akan aku ceritakan ini, kau telah lupa bahwa kau sebenarnya enggan untuk membaca kisah yang akan aku ceritakan ini. Setelah itu, dipertengahan saat kau membaca kisah yang akan aku ceritakan ini, aku telah mengingatkan kepadamu melalui kisah yang akan aku ceritakan ini, hendaknya kau untuk dapat mengulang kembali kisah yang akan aku ceritakan ini dari awal. Tetapi kau malah mengindahkan kata-kataku melalui kisah yang akan aku ceritakan ini…”

“Kemudian, setelah usai kau membaca kisah yang akan aku ceritakan ini, kau pun mengatakan bahwa kau tidak mengerti dengan kisah yang akan aku ceritakan ini. Dan kau pun berharap untuk dapat mengulang kembali, membaca kisah yang akan aku ceritakan ini. Maka dari itu, aku melarangmu untuk membaca kembali kisah yang aku ceritakan ini. Dan itu sudah terjadi.”

­­­Dia pun terdiam mendengar penjelasan dariku, begitu panjang dan sangat rinci. Tanpa berpikir panjang, dia langsung berdiri dan memberikan kepadaku lemaran-lembaran kertas yang berisi kisah yang akan aku ceritakan ini. Pergilah dia.

Termangulah aku sendirian menyikapi hal itu. Kulihat dia semakin jauh dari pandanganku hingga tak terlihat lagi.

Lalu akhirnya aku bertemu kau. Kau yang mau dan ingin membaca kisah yang akan aku ceritakan ini. Tapi kali ini aku memang betul-betul sangat ragu, jika kau mau membaca kisah yang akan aku ceritakan ini. Dan keraguanku ini telah terbukti sebelumnya.

Tapi, jika kamu tetap berkeinginan untuk membaca kisah yang akan aku ceritakan ini, aku tidak akan melarangmu. Sekali lagi aku tidak akan melarangmu.

Mungkin aku tetap akan memberikan saran kepadamu, untuk dapat mengikuti perintah dari kisah yang akan aku ceritakan ini. Jika kamu tetap tidak mematuhi apa yang aku katakan kepadamu, kuharap kau jangan melanjutkan membaca kisah yang akan aku ceritakan ini. Karena memang sungguh, kau tetap tidak akan mengerti. Dan aku tidak akan memberikan kesempatan kedua kalinya lagi, untuk membaca kisah yang akan aku ceritakan ini.

Selain aku melarangmu untuk tidak lagi membaca kisah yang akan aku ceritakan ini untuk kedua kalinya, karena masih ada lagi orang lain yang mau membaca kisah yang akan aku ceritakan ini. Dan aku yakin mereka pasti akan sama halnya dengan kau dan orang terdahulu yang telah membaca kisah yang akan aku ceritakan ini. Mereka tidak akan pernah mengerti dan paham dengan kisah yang akan aku ceritakan ini.

Jika kamu tidak percaya, berikanlah lembaran-lembaran yang berisi kisah yang akan aku ceritakan ini kepadaku. Dan akan aku berikan kepada mereka yang mau membaca kisah yang akan aku ceritakan ini. Atau jika perlu, kau berikan saja lembaran-lembaran yang berisi kisah yang akan aku ceritakan ini kepada mereka. Semuanya terserah padamu. Kisah yang akan aku ceritakan ini, akan engkau perlihatkan kepada siapa. Entah dia temanmu, pacarmu, keluargamu, atau bahkan orang tidak kau kenal sekalipun. Berikanlah. Berikan lembaran-lembaran yang berisi kisah yang akan aku ceritakan ini kepada mereka. Lalu kau katakan kepada mereka, bahwa mereka pasti sama halnya denganmu. Tidak akan pernah mengerti dan paham dengan kisah yang akan aku ceritakan ini. Karena mereka memang betul-betul tidak akan pernah mengerti dan paham dengan kisah yang akan aku ceritakan ini.

Tanpa berpikir panjang, berdirilah dia seraya memberikan lembaran-lembaran kertas yang berisi kisah yang akan aku ceritakan ini.

“Baca!!!” Ungkapnya. Lalu menatapku begitu tajam dalam beberapa detik lamanya. Lalu pergi meninggalkan aku sendirian.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler