Skip to Content

AKU DAN PEREMPUAN PENUNGGU KATIL YANG KUSEBUT MAMA

Foto Moh. Ghufron Cholid
files/a.jpg
a.jpg

Hari ini teringat kembali perempuan paruh baya, penunggu katil. Paruh baya yang masih tegar menyandang status janda dan membesarkan anak-anaknya. Aku biasa menyebutnya mama.

 

Mama adalah sebutan yang biasa kuberikan padanya. Barangkali ini terlalu berlebihan sebab aku telah memiliki ibu. Sebab aku telah memiliki kasih sayang dari ibu kandungkun sendiri. Namun, aku masih senang menyebutnya mama.

 

***

 

Namanya Hayatie Mn, seorang perempuan paruh baya dari negeri seberang. Ia sangat pandai memasak dan sangat keibuan, ia memiliki putra yang memiliki hari ulang tahun yang sama denganku, 7 Januari, sebuah tanggal dan bulan yang sangat bermakna.

 

Namanya Hayatie, ia biasa menjadi penunggu katil setelah ditinggal mendiang suaminya. Orang yang sangat mencintainya sepenuh jiwa. Ia tetap mencintai suaminya. Hari-harinya berpeluk kenangan. Kesepian telah membuatnya tabah.  kecintaan pada suami dan tekad membesarkan anak seorang diri adalah nilai plus bagiku untuk menyebutnya mama.

 

Kami tak pernah berjumpa secara tatap mata. Kami hanya berjumpa lewat aksara. Walau hanya dalam dunia maya, sudah cukup membuatku yakin kalau ia memang memiliki sosok yang cinta kasih kepada buah hati.

 

Tak ada alasan untukku, untuk tidak menyebutnya mama. Seorang paruh baya yang tak menyerah pada sepi. Seorang paruh baya yang merawat buah hati sepenuh hati, seorang paruh baya yang mencintai memasak sama halnya mencintai dirinya sendiri, merupakan tipe yang cocok untuk aku jadikan mama.

 

***

 

Namanya Hayatie Mn adalah orang Brunei, ia tetap mencintai memasak, baik ada suami maupun ditinggal suami. Ia sangat setia pada suami bait berada di dekat maupun terpisah jarak.

 

Ia begitu tulus memberikan kasih sayang padaku. Menganggapku sebagai anaknya sendiri. Kami biasa bercerita tentang carut marut kehidupan hingga kisah percintaannya bersama suami yang sangat mengharukan.

 

Malam itu, ia kembali menjadi perempuan penunggu katil. Di sinilah ia mulai melayarkan minda, menyusun aksara lalu melayangkannya padaku.

 

"Salam apakabar nanda?"

 

Begitu perhatian ia curahkan sepenuh hati. Terasa sejuk batin membaca kiriman salam dan bentuk perhatian. Perhatian dari seorang mama, seorang mama yang masih mencintai katil, tempat yang selalu mengingatkan pada megah cinta suaminya.

 

Aku hanya mengamati dan merenungi sapaannya. Aku belum menjawab. Aku ingin berlama-lama menikmati bentuk kasih seorang mama.

 

Mendapatkan mama dari dunia maya, barangkali siapa pun bisa mengalaminya, termasuk aku. Aku sangat bahagia. Aku sangat betah berlama-lama di dunia maya menikmati bentuk kasih sayang mama.

 

"Sudahkah nanda makan malam ke?"

 

Aku hanya tersenyum memaknai bentuk perhatiannya. Hatiku bergetar. Kata-kata yang singkat namun cukup membuat batinku bergetar.

 

Ia sangat perduli dengan keadaanku, yang secara tatap muka tak pernah ia lakukan. Ia masih memiliki waktu untuk sekedar menanyakan kabar dan menanyakan tentang keadaanku sudah makan atau tidak, betapa beruntungnya aku memiliki seorang mama. Mama dari negeri seberang yang sangat pengertian.

 

"Wa'alaikum salam, nanda sehat dan nanda telah selesai makan malam."

 

Aku menunggu dalam debar rindu, aku menunggu apa yang akan dilakukan mama padaku setelah mendengar jawabanku, aku hanya menebak-nebak apakah mana akan tersenyum? Apakah mama akan berucap syukur? Atau mama bersikap biasa-biasa saja seolah tak ada sesuatu pun terjadi padaku.

 

"Alhamdulillah, kalau nanda sudah makan. Berarti nanda peduli pada kesehatan dan tak lupa waktu. Mama senang mendengarnya."

 

Hatiku gemetar. Hatiku riang. AKu tersenyum dalam kesendirian tanpa pantauan mama.

 

"Mama, malam sangat dingin apa yang mama lakukan di Katil?"

"Mama berkencan kenangan, mengenang kemesraan bersama suami tercinta."

 

Aku tertegun. Aku merenung. Aku pun kagum. Masih ada istri yang begitu setia pada suaminya. Barangkali mama adalah salah satu contohnya.

 

Mama selalu membuatku kagum. Mama selalu setia berada di katil. Mama masih saja membawa mendiang suaminya dalam tiap percakapannya, tiap kali kami bertegur sapa.

 

Katil telah menjadi tempat yang paling menyenangkan buat mama. Tempat yang mengajarkan mama tentang arti megah kesetian. Mama tak pernah meninggalkan katil sesibuk apa pun pekerjaan yang mama terima, jika selepas memenuhi pesanan memasak dari langganan mama, mama selalu istirahat di katil. Semalam apa pun mama bertamu ke rumah langganan yang baru selesai mengadakan acara resepsi pernikahan, mama akan pulang ke rumah dan merebahkan tubuh di katil.

 

***

 

PEREMPUAN PENUNGGU KATIL

 

Perempuan penunggu katil

Adalah kau mama, meraibkan binal

Menabur rekah kenangan

Sepanjang desah jaman

 

Mendengar ceritamu

Bergetar batinku

Kesetiaanmu menuntunku

Tak ragu memanggilmu, mama

 

 

Kamar Cinta, 14 Februari 2013

 

Selepas kutulis puisi itu langsung kuberikan pada mama. Aku ingin membahagiakan mama dengan caraku sendiri. Aku ingin mama tak terlalu berdekap kenangan. Aku ingin mama tersenyum.

 

Malam pun menulis sebuah pesan, "Terimkasih nanda, mama bahagia."

 

Aku hanya diam, aku pun tersenyum. Aku bahagia bisa menjadi bagian dari kebahagiaan mama. Mama yang selalu mengajariku tentang cinta dan setia. Seorang perempuan baya penunggu katil. Tempat bersejarah dalam kisah cinta mama bersama mendiang suaminya.

 

Angin berdesir, malam semakin pekat dan aku pun tertidur dengan rekah senyum di bibir.     

 

 

Kamar Cinta, 14 Februari 2012

Terbit di Utusan Borneo Malaysia, 17 Februari 2012

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler