Skip to Content

"AKU MAU MENJADI SEPERTI AYAH DAN IBU"

Foto Boma Damar

Disudut sebuah ruangan tampak sesosok pria tua renta sedang duduk bersila menikmati makan siangnya, dengan perlahan ia memasukan sesuap demi sesuap nasi kedalam mulutnya. Ia terlihat begitu kesulitan dengan aktivitasnya tersebut. Maklumlah semenjak ia  kena stroke ringan, tangannya jadi suka gemetaran sehingga  ia membutuhkan upaya ekstra untuk melakukan setiap aktivitasnya.


“ Kakek!!!! Aku sudah pulang! ”

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan terlihat sosok gadis kecil  dengan senyum riang melangkah memasuki  kamar  tersebut serta merta menyapa kakeknya. Ya, seperti biasanya setiap pulang sekolah Citra si gadis kecil yang periang menemui kakeknya, memeluk dan menciumi wajah keriput itu, ia sangat sayang kepada kakeknya. Namun hari itu ia melihat ada sesuatu yang berbeda, dan hal itu membuatnya bersedih.


“ Kek, kenapa kakek makan dan minum pakai tempurung kelapa? Apakah dirumah ini sudah tidak ada piring dan gelas?“ Tanyanya dengan perasaan heran bercampur sedih.


“ Oh cucu kakek yang manis, kenapa wajahmu ditekuk seperti itu? Lihatlah wajahmu jadi mirip kura-kura ha ha ha...“

“ Kek, sudahlah jangan coba alihkan pembicaraan, kenapa kakek harus makan dan minum dari tempurung kelapa itu?“ Kembali ia memburu kakeknya dengan pertanyaan yang sama.


“ Oh ini ya.. Ya kakek.., kakek suka aja makan pakai ini, lebih alami dan awet kan? “ Jawab sang kakek sambil tersenyum untuk menyembunyikan kesedihannya.


“Oh ya, ya Citra mengerti sekarang, ayah dan ibu kan yang memberikan ini kepada kakek, supaya tidak ada lagi piring dan gelas yang pecah jika tangan  kakek mulai gemetaran saat makan?! Sungguh keterlaluan mereka!“

“ Sudahlah cu, kakek malah lebih senang seperti ini, lagi pula sudah banyak sekali piring dan gelas kalian yang kakek pecahkan. Sudahlah bergegaslah untuk mengganti pakaianmu, ayah dan ibumu pasti sudah menunggu di meja makan.“ Dengan wajah kesal dan sedih akhirnya Citra meninggalkan ruangan itu, sang kakek hanya menghela nafas melihat kepergiannya.


***********

Diruang makan Citra tampak murung  dan tidak selera menikmati hidangannya diatas meja.
Kedua orang tuanya merasa heran, tidak seperti biasanya mereka melihat Citra seperti itu.


“ Citra, kamu sakit ya nak?” tegur ibunya. Lalu terlihat anak itu hanya menggelenggkan kepalanya.


“ Mungkin kamu ada masalah disekolah?” Ayahnya menimpali. Kembali Citra hanya menggelengkan kepalanya.


“Lalu masalahnya apa sayang? Kok kamu tampak begitu murung dan bersedih?”

“ Kakek bu, kenapa ayah dan ibu tega memberikan tempurung kelapa pada kakek sebagai tempat makan dan minum?”

“Citra, kakek kan sudah tua. Lagipula sudah terlalu banyak piring dan gelas yang dipecahkan oleh kakekmu, kami kan capek dan repot harus mengurusi hal itu terus. Jadi untuk sementara biarlah kakek makan pakai tempurung kelapa sampai ia sembuh.” Sahut ibunya.


Pedih hati Citra mendengar perkataan orangtuanya, berbulan-bulan ia harus menyaksikan kakek tersayang makan dan minum  mnggunakan tempurung kelapa. Suatu hari penyakit si kakek semakin parah sehingga pada akhirnya ia harus kehilangan kakeknya untuk selamanya. Ia sangat terpukul dan sedih dengan kepergian sang kakek tercinta,  dua tempurung kelapa milik si kakek disimpannya baik-baik di meja kamarnya.

Pada suatu hari dalam suasana makan malam, ada sesuatu yang mengejutkan terjadi.

“Sudahlah Citra, kamu jangan terus bersedih, kakekmu sudah beristirahat dengan tenang.” Hibur sang ibu padanya.

“ Oya sayang minggu depan ayah akan mengajak kalian untuk berlibur ke Bali, sangat menyenangkan bukan?  Sang ayahpun tak mau kalah.


“Iya ayah, iya ibu” , jawab Citra singkat.

“Nah begitu dong, itu baru anak ayah dan ibu.” Puji sang ayah,
“O ya Citra, ayah mau tanya; kelak cita-cita kamu apa sayang?”

Dengan mantap anak itu menjawab, “aku ingin jadi seperti ayah dan ibu.”
Lalu kedua orangtuanya salang pandang.


“Lho kamu harus punya cita-cita yang lebih tinggi dari kami nak, kamu harus bisa jadi lebih hebat.”


“Tidak ayah, aku cukup jadi seperti ayah dan ibu saja kelak, agar ayah dan ibu tau bagaimana rasanya diperlakukan seperti kakek.” Jawabnya dengan datar sambil menunjukan dua buah tempurung kelapa ditangannya.


Wajah kedua orang tuanya langsung memerah, wajah mereka seperti tertampar ribuan telapak tangan, terlihat mata sang ibu mulai berkaca-kaca dan ayahnyapun hanya mampu menundukan kepala dengan wajah  penuh penyesalan. Mereka telah membuat dua kesalahan besar. Pertama mereka mengabaikan orangtua yang telah banyak berkorban, menafkahi dan membesarkan mereka. Kedua mereka telah salah memberikan teladan kepada sang anak tercinta.


**********


Sahabat yang budiman, semoga cerita diatas dapat memberikan pelajaran bagi kita dalam menentukan sikap yang pengasih dan perduli kepada orang lain, terlebih lagi kepada mereka yang sangat menyayangi  dan kita sayangi. Berikan yang terbaik buat mereka yang telah memberikan yang terbaik bagi kita, berikan yang terbaik untuk semua agar setiap kebaikan menjadi terang didalam setiap jiwa yang menerimanya. Sebab apapun yang kamu inginkan agar orang lain perbuat terhadapmu, perbuatlah hal itu lebih dulu kepada  mereka.


 


                                                                                                                         


                                                                                                          Halmahera, 13 May 2014

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler