Skip to Content

Akupun Ingin Pulang

Foto Fahmi N Mustaqim

Jeritan dalam jiwa, aku ingin pulang (Ebieth G Ade)

Setelah sekian lama merantau di negeri  orang, terbersit rindu akan kampung halaman, rindu keluarga tersayang, tentang romantisme masa lalu,. Bagi mereka yang mencari nasib, semisal mencari pekerjaan, mencari ilmu, mencari petualangan, bahkan mencari jodohpun mungkin ada.

Aku ingin pulang teriak hati seorang napi yang terbiasa dengan keahlian mencopet itu, telah lima tahun dia dirantau, telah dua belas kali dia masuk bilik jeruji besi, lantas kini dia rindu akan pulang, bukan pulang ke tanah halamannya atau kampung sanak saudaranya. Dia ingin pulang pada kebebasannya , pada kemerdekaan diri.

”Aku ingin pulang” rintih seorang istri, ucapan pahit yang terlontar kepada sang suami, dengan isak tangis yang terdengar bersamaan teriakan batin. Setelah tiga tahun meninggalkan orang tua, karna tak direstui cintanya. Setelah tiga tahun lamanya menjalin rumah tangga dengan lelaki idaman yang tak direstui orang tua, kini akhirnya kesusahan mendatanginya, penderitaan menemaninya. Sang suami yang ia cintai kini menganggur dan mabuk minuman kini kerjaannya. . awalnya dia coba untuk bertahan, dan coba untuk terima, lama-lama akhirnya dia nestapa dan seperti mau gila. Dia bertekad akan meninggalkan suaminya, dia ingin pulang kerumah, walau sebenarnya tak tahu kini rumahnya dimana. terakhir kalinya ia kena gampar suaminya, kabur bersama pemuda yang baru dikenalnya.

“Aku ingin pulang” ,bisik batin seorang lelaki muda yang tengah dewasa. Dua tahun lamanya dipulau orang dia mengejar nasibnya, mengejar angannya, setelah sekian lamanya menggeluti usaha, usaha dagang yang mulai pesat, melaju untuk menjadi seorang yang kaya raya, tak dinyana kejatuhan pun menghantuinya. Belum lama ini ia kena tipu rekan usahanya, hilanglah sudah kekayaan yang ia punya, raib semua keuntungan dan modal dagangnya, hanya utang dan tagihan yang kini mengejarnya. Dia ingin pulang pada akhirnya, pulang kemana saja supaya dia bisa lari dari utang-utangnya.

Lelaki yang sudah lanjut usia tampak sedang menikmati nyamannya duduk dikursi goyang. Didepan teras rumahnya ia memandang pekarangan yang rumputnya sudah tak merata. Disamping ia pun melamun, melamunkan masa lalunya, masa kecilnya, masa remajanya, masa dewasanya, masa kehilangannya, dan masa kesendiriannya. Genap satu bulan dia kehilangan sang istri tercinta. Kehilangan sosok yang ia puja, yang ia sayangi. Lengkap kesendiriannya kini. Setelah bertahun-tahun ia ditinggalkan anak-anaknya, kini istrinya meninggalkannya. Lima tahun sudah dia ditinggalkan anak pertamanya, anak lelaki yang paling keras wataknya, paling berang, paling nakal diantara anak-anaknya yang lain. “aku ingin bebas merdeka!” itulah pesan terakhir anak pertamanya kepada sang ayah sebelum meninggalkannya, dan sesudah ia menamparnya. Maka pergi kaburlah anak pertamanya itu. Anak keduanyapun sudah dua tahun pergi meninggalkannya, namun dia tidak kabur seperti anak pertama, anak keduanya pergi dari rumah karna ingin merantau ke pulau sebrang, dengan dalih ingin merubah nasib, ingin mengejar mimpi katanya, direstuilah anak keduanya pergi, walau masih hati ada rasa terpaksa. Yang paling mengena sakit hati sang ayah, adalah kepergian anak terakhirnya, sang bungsu, putri satu-satunya, anak perempuannya pergi dari rumah dikarenakan  masalah asmara, cinta buta, anak gadisnya itu ingin nikah muda, padahal ia masih kelas dua SMA, sang ayah yang tua itu jelas tak setuju, ditambah pula dengan pacar sang anak yang tak jelas asal usulnya, tak jelas pekerjaannya. Maka minggatlah anak gadisnya, dibawa kabur sang pacar, meninggalkan ayah ibunya, meninggalkan cinta orang tua karena asmara yang buta.

Kini sang lelaki tua makin masuk kedalam lamunannya, memasuki alam khayal, menapaki memori romantisme kesunyian, terbenam  rasa rindu yang sangat , rasa rindu yang menelisik hingga ke panggkal jiwa, kerinduan untuk pulang, kerinduan untuk bertemu Tuhannya.

Tuhan, aku ingin pulang”

Komentar

Foto Beni Guntarman

Nice!

Nice! Karya yang bermutu, dan ketika membacanya saya menikmati cerpen yang bagus ini. Salut!

Beni Guntarman

Foto Fahmi N Mustaqim

terimakasih

terimakasih atas apresiasinya pak Beni,karya bapak juga bagus-bagus dan bermutu. salam dan monggo mampir ke gubuk saya pak http://miesatra.wordpress.com

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler