Skip to Content

Amanah Yang Membanggakan

Foto Ely Musyafa

            Kehidupan yang menyenangkan......kehidupan yang serba cukup, itulah aku. Masa kecilku yang penuh dengan kenangan yang indah saja dalam kehidupanku.

            Apa yang kurang dariku? Oh.....tidak ada! Ayah dan ibuku seorang  guru, pegawai negeri sipil, mempunyai toko obat dan alat pertanian juga sawah yang luas di  desaku. Rasanya usaha sukses orang tuaku bisa menyekolahkanku hingga di tingkat yang paling tinggi. Belum lagi aku termasuk anak yang cerdas, kata ibuku dan guru-guru SD-ku. Selalu menduduki peringkat satu nilai akademik, menyabet juara lomba mengarang di kotaku, juara cerdas cermat, juara Engish Club dan selalu menjadi ketua regu di satuan Pramuka gudepku.. Rasanya aku begitu mendapat nikmat yang banyak sekali.

            Seluruh jenjang sekolahku berjalan mulus. Lurus dari SD sampai dengan Peguruan Tinggi Negeri. Rasanya dunia ini selalu berpihak padaku. Angin keberuntungan selalu menemaniku. Semua berjalan mulus, tidak ada suatu kendala yang berarti saat aku menempuh pendidikan. Inilah kebanggaan orang tuaku.

            Tibalah saatnya aku lulus dari kuliah. Karena lingkungan keluarga besarku pekerja keras, mau tidak mau aku harus mencari kerja. Lamar sana...lamar sini, berapa lembar berkas lamaran yang sudah kubuat dan kukirim ke berbagai instansi. Disinilah aku terantuk oleh pahitnya kenyataan. Ya.,...kenyataan yang mengagetkan, mengkerdilkan hatiku, menciutkan nyaliku, karena biasanya apa yang kulakukan selalu berhasil, namun kali ini rasanya tidak ada artinya selembar ijazah dan transkip nilai!

            Sore hari, telepon rumahku berdering. Temanku dari seberang sana mengajakku bergabung mengajar di TK. Lho, mengajar TK? Mengapa harus di TK? Bisa apa aku? Secuilpun tidak pernah ada niatan berkecimpung di dunia TK. Kubayangkan betapa ribet dan repotnya aku nanti, dikerumuni anak-anak kecil. Antara ya dan tidak, lama sekali aku menimbang tawaran itu.

            “Sudahlah, gabung saja. Insya Allah bisa!” bujuk temanku memberi semangat. “Kurang tenaga lho!” katanya lagi. Akhirnya kuterima tawaran itu. Jadilah  aku seorang guru TK yang masih baru berdiri di ujung barat kotaku, sebuah TK Islam Terpadu dibawah naungan JSIT.

            Wuihh.......ternyata benar juga dugaanku. Ribet dan repot bersama anak-anak kecil.Mereka manja, egois, merajuk, suka menangis, suka ngambek, pokoknya jadi satu. Bingung juga menghadapinya. “Sudahlah, tidak usah bingung, belum adaptasi dan belum terbiasa saja.” Kata temanku, rekan kerja mengajar di TK, memberi motivasi.

            Tidak sia-sia motivasi dari temanku. Aku menyadari ketidakmampuanku, tetapi aku harus belajar dan berusaha. Kunyamankan semua tugas-tugasku di TK. Akhirnya aku menemukan celah kenyamanan itu. Aku berusaha mengenal lebih dekat lagi murid-muridku, sekaligus ayah ibunya. Pikirku, tanpa ada kerjasama antara sekolah dan rumah, semua itu tak akan bisa jalan dengan baik. Aku baru bisa merasakan kenyamanan sekarang. Betah juga berceloteh dengan mereka disela-sela pembelajaran bermain dan bergembira. Dibalik sikap yang kuanggap negatif diatas, ternyata mereka lincah, ceria, suka meniru, berkreasi ala anak-anak, yang berada dibalik kepolosan mereka.

            Ada hikmah tersendiri bagiku, aku menjadi lebih sabar dan telaten. Bagaimana tidak? Tiap hari selalu disambut dengan senyum polosnya dan suara khas mereka yang lembut, “Bu Guru, assalamu’alaikum” sapa pagi mereka menyambutku. Tangan-tangan mungil saling berebut ingin menempel tanganku yang pertama kali.Rasanya jadi kangen sekali kalau ingat suasana seperti itu. Belum lagi kebaikkan ayah ibunya,walimurid yang selalu rajin dan sabar mengantar dan menjemput mereka sekolah.

            Aku tidak lama di TK tersebut. Karena harus menyempurnakan agamaku, menikah. Mengikuti suami yang berdomisili di daerah ujung timur kotaku. Bagiku vakum dari dunia pendidikan terasa hambar. Tidak ada suasana baru yang selalu aku temui setiap hari. Tidak ada hikmah lagi yang bisa aku ambil dari suasana, tingkah laku dan ucapan anak-anak. Mereka jadi penyemangatku karena kejujuran dan kepolosannya, aku banyak belajar dari mereka.

            Namun, tugas baru menjadi istri tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Tahun pertama menikah, aku berusaha mengajukan “proposal” kepada suami untuk bisa masuk lagi ke duna pendidikan. Tetapi oleh suami ditolak dengan halus. Tahun kedua pernikahan kuulangi lagi mengajukan “proposal” kepada suami, dan hasilnya nihil. Tahun ketiga pernikahan tidak surut jua langkahku untuk menembus perizinan dari suami, tetapi malah aku diminta untuk membantu usaha suami, dan di rumah mengurus anak-anak yang masih kecil.

            Saat suami pergi ke Yogyakarta, ada beberapa teman  datang ke rumah, dan menawarkan bergabung bersama mereka untuk mengajar di SDIT di kota kecamatan tempat aku tinggal. Tentu tidak bisa segera aku jawab tanpa izin suami. Untuk minta izin lagi sebenarnya ragu-ragu juga,mengingat sering ditolak suami. Sebenarnya ada yang menawari  mengajar, senang juga. Tentunya ini memperkuat alasanku di depan suami. Bahwa mereka yang membutuhkan saya untuk bergabung di dunia pendidikan, mengajari anak-anak. Karena tidak sabar, segera saja kusampaikan berita ini lewat telepon. Apa jawab suamiku? “Tunggu dulu, sampai aku pulang dari Yogyakarta. Wiihhh.....lama sekali! Sempat penasaran juga, kenapa izinku di depan suami sering ditolak?

            Ketika suami sudah pulang dari Yogyakarta, segera kuulangi lagi permintaanku. Sambil terus mengharap dengan pasti sebuah izin, dengan terus merengek, “Boleh ya....boleh ya....!” Dan benar-benar diluar dugaan, aku diberi izin untuk mengajar di SDIT. Izin dari suami. Suami memberi izin di saat tahun ke-12 pernikahan, aku mempunyai enam orang anak, meninggal satu.

            Mulailah aku melangkah kembali ke dunia pendidikan, yang selama 12 tahun vakum darinya. Tetapi eh..., tidak semudah itu, suami mengizinkan aku mengajar kembali. Suami memberikan beberapa syarat:

  1. Niatkan mengajar untuk beribadah.
  2. Urusan rumah dan anak-anak harus beres.
  3. Tidak boleh saling bersinggungan dengan guru lain atau wali murid apalagi sampai tidak bertegur sapa. Dan saya harus mengalah dan menahan diri dari semua urusan.

Aku bisa memahami dan menerima semua syarat yang diberikan suami. Dari ketiga syarat tersebut, syarat yang ketiga adalah yang paling berat. Bagaimana tidak bersinggumgan? Aku mengajar yang kuhadapi dan kutemui pasti rekan kerja sesama guru, murid-murid dan tentu wali murid. Otomatis selalu berinteraksi dengan mereka. Biasanya kalau kita saling berinteraksi pasti ada gesekan masalah, hal itu pasti terjadi. Tetapi kata suamiku, kalau ketiga syarat tidak aku jalankan, lebih baik keluar saja. Lhoh....??? Aku jadi baru mengerti mengapa suami baru memberi izin setelah anak-anakku bisa mandiri dalam kesehariannya, supaya anak-anakku yang masih kecil-kecil mendapat perhatian dan kasih sayang penuh dariku dan tugasku sebagai guru tidak terlalu direpotkan dengan anak-anak yang masih kecil. Agar bisa konsentrasi dalam mengajar.

            Pertama kali menginjakkan kaki di halaman sekolah, bahagia sekali. Murid-murid baruku SD mengerumuni sambil saling pandang. Ya...karena aku guru baru disini. Wali kelas 2B, itu amanah pertama kali yang kuterima dari kepala sekolah. Bagiku, mengajar di kelas 2 SD tidak begitu jauh beda waktu mengajar di TK, hanya lebih bisa mandiri untuk kelas 2.

            Di kelas 2B ini aku harus memperhatikan murid-muridku dengan ekstra. Aku menyadari, dari sisi akademik murid-muridku kelas 2B ini memang lebih rendah daripada kelas paralel lainnya. Sekolah membuat kebijakan seperti ini, untuk memudahkan dalam memantau perkembangan belajarnya. Hampir semua memiliki tipe kinestetik. Sehingga perhatian yang lebih dan suasana menyenangkan sebelum belajar itulah kunciku dalam mengajar mereka. Aku mengerti mereka tidak akan betah  untuk konsentrasi yang lama.

            Aku tidak akan mengejar dan menuntut nilai akademik yang berlebih dari murid-muridku. Aku menyadari mungkin kelak mereka berkembang bukan dari sisi akademik. Ada sisi kecerdasan lain yang bisa dimunculkan kelak pada diri mereka. Tetapi, aku sering sedih,  karena banyak yang mengatakan kelas 2B ini kelas bengkel. Ya....bukan kelas excellent. Kelas bengkel, yang anak-anaknya perlu dibenahi semuanya. Baik pembenahan dari sisi emosi, perbuatan, apalagi akademik. Hal inilah yang menjadi cambuk bagiku memberikan yang terbaik untuk murid-muridku.

            Aku selalu ingat pesan suami, terutama tiga syarat yang harus kupenuhi untuk bisa mengajar kembali. Kujaga baik-baik perkataan dan sikapku terhadap murid-muridku, guru rekan kerjaku dan juga wali murid. Setahun bersama d kelas 2B sungguh pengalaman yang menantang dan menyenangkan, meskipun harus merasakan letihnya badan dan pikiran karena harus mempersiapkan metode pembelajaran setiap hari yang harus ganti. Supaya mereka tidak bosan. Jadilah diriku terbiasa untuk bernovasi dalam model pembelajaran.

            Setahun kemudian diadakan pergantian wali kelas. Kali ini aku menjadi wali kelas 3A. Disini murid-muridku hebat-hebat akademiknya. Begitu mudah diatur, diarahkan, sehingga aku tidak terlalu sulit dalam membimbing mereka. Di kelas ini, kembali Allah mengujiku sebagai wali kelas. Baru beberapa hari kemudian, kelasku kedatangan murid baru, pindahan dari SD lain. Murid baruku ini merupakan murid spesial, dia anak autis. Dia kini berada di kelasku, bersama murid-muridku yang lain, dan aku harus membimbingnya.

            Pertama kali mengajar muridku yang autis, kaget juga. Aku harus berkonsultasi dengan dengan orang yang pernah menanganinya. Sikapnya suka menyendiri, hidup dalam dunianya sendiri. Kadang suka beraksi di depan kelas ikut aku menerangkan di depan kelas. Kesukaannya menggambar lalu menceritakan secara runtut apa yang baru digambar. Satu kali dua kali teman-temannya senang memperhatikan. Tetapi lama-lama merasa bosan juga,  biasanya mereka menganggapnya suka cari perhatian.

            Hal diatas masih belum seberapa, karena kalau sedang marah. Jangan tanya lagi, kelas berantakan, bangku bisa melayang. Kaca jendela juga pernah pecah, tak jarang teman-temannya ada yang terkena pukul bila ikut memancing emosi. Benar-benar suasana kelas yang kacau. Ya Allah......beri hamba  kekuatan. Dia juga muridku yang perlu bimbingan. Aku kadang juga berandai,kalau aku jadi ibunya, betapa sedihnya. Setiap kita memang ingin anak yang sempurna. Tetapi kuasa tetap di tangan Allah, Sang Pencipta. Oleh karena itu, kita harus saling menyayangi dan memahami kondisi seseorang sama-sama ciptaan Allah.

            Kalau kejadian diatas masih berlanjut, biasanya aku minta tolong guru lain untuk menenangkan kelasku. Kurangkul dia, dia biasanya menangis sambil teriak-teriak, merasa disakiti atau tidak disenangi temannya. Hatinya memang peka sekali. Hari-hariku bersama kelas 3A penuh kejuatan luar biasa. Ini kupahami sebagai ujian dan tantanganku sebagai pendidik dan pembimbing. Namun hal ini hanya berlanjut satu tahun. Karena aku harus ganti menjadi wali kelas 5. Sebelumnya kuserahkan muridku yang autis tersebut ke wali kelas barunya. Dengan berbagai kenangan, kutinggalkan dia dan teman-temannya. Aku yakin mereka akan semakin baik, agar ia tidak merasa minder sebagai anak berkebutuhan khusus.

            Allah memberikan suasana dan tempat yang serba baru untukku. Kepala Sekolah mengamanahiku menjadi wali kelas 5. Seperti kebiasanku, selalu kubuat akrab dulu terhadap mereka dengan mengenal berbagai kebiasaan mereka sekaligus aku juga mengakrabkan diri dengan ayah bundanya. Rata-rata murid-murid baruku ini tidak menyukai matematika. Benci sekali. Bahkan ada yang mogok, alergi sekali apabila ketemu dengan pelajaran ini. Aku harus mencari cara supaya tidak ada yang benci lagi dengan matematika. Sebenarnya kenapa rata-rata anak banyak yang tidak menyukainya, bukan faktor matematikanya. Kadang karena faktor guru yang kurang bisa menerangkan atau membuat suasana kelas menjadi nyaman.

            Menindaklanjuti masalah di atas, maka mengubah metode belajar tanpa maksud mengurangi makna dan tujuan. Banyak kegiatan outing class dan kewirausahaan yang kulakukan dan kutonjolkan, sambil promosi SDIT-ku. Mereka nyaman dan senang belajar, itulah yang kuharapkan. Tidak lupa pula kubangun hubungan dengan wali murid. Aku menganggapnya sebagai mitra, membangun kebersamaan dalam mendidik anak-anak. Di sekolah, murid-muridku kuanggap seperti anak-anakku sendiri. Banyak sekali masalah terselesaikan karena jalinan ukhuwahku dengan wali  murid. Program-programku di kelas 5 ini hampir semua berjalan lancar.

            Karena begitu akrab, waktu kenaikkan kelas banyak dari mereka yang memintaku menjadi wali kelas anak-anaknya lagi. Lho?! Wali kelas 6? Bayanganku sudah seperti nyata. Antara ragu dan senang. Bagaimana tidak ragu? Untuk mengajar sekaligus menjadi wali kelas 6 kubayangkan suatu pekerjaan yang berat sekali. Tuntutan wali murid yang masih mengutamakan nilai akademik tinggi. Serta murid-muridku yang semakin besar, tumbuh menjadi anak remaja, usia baligh. Peralihan dari masa kanak-kanak menuju remaja, hal ini perlu sekali perhatian. Karena salah sedikit kita melangkah dalam mengajari mereka pada usia ini, akan diingat terus  sampai tua. Padahal remaja baligh harus sudah mengetahui tentang halal haramnya suatu perbuatan. Sehingga bisa memilah dan memilih jalan kehidupannya kelak dengan baik. Kalau aku menjadi wali kelas mereka lagi, sebenarnya senang juga. Karena dengan angkatan ini aku akrab sekali juga dengan orang tuanya. Sehingga di  kelas 6 kelak aku tidak memulainya lagi dari nol untuk adaptasinya.

            Akhirnya kepala sekolah memutuskan aku menjadi wali kelas 6. Berarti bertemu lagi dengan murid-muridku ini. Hari-hariku kujalani dengan senang dan menyenangkan bersama mereka. Program-program yang kurencanakan dapat berjalan dengan baik. Program yang menyenangkan, sehingga dapat menampung murid-muridku dari berbagai tipe untuk selalu aktif melaksanakan pembelajaran.

            Program yang sukses kujalankan di kelas 6 bersama murid-muridku adalah:

  1. Outing class meliputi kunjungan ke kantor pos, stasiun kereta api, pasar tradisional, RTH (Ruang Terbuka Hijau), industri pangan rumah tangga, sehari di kebun jamur, belajar di sungai.
  2. Mabit (Malam Bina Iman dan Taqwa). Kegiatan ini diadakan satu bulan sekali mengambil hari-hari sunnah puasa. Sehari semalam dimantabkan keimanan mereka dengan puasa dan Al Qur’an. Mendatangkan motivator yang memahami perkembangan mereka, masa peralihan remaja. Setiap saat mereka rindu akan mabit, mabit yang selalu membawa kenangan indah.
  3. Kewirausahaan. Kemandirian dan kejelian dalam melihat peluang usaha ada di kegiatan ini. Apapun bisa diusahakan untuk mendatangkan uang. Mereka membuat makanan atau kulak makanan kemudian dijual lagi. Hasil karya mereka berupa asesoris gelang, bross, hiasan meja dan dinding dari batok kelapa dan bambu tak luput dipasarkan juga.  Ada juga yang mencoba berprofesi jasa. Mereka tanpa canggung menawarkan sebagai cleaning service di stasiun kereta api (kebetulan sekolah kami memang dekat sekali dengan stasiun kereta api), juga di rumah makan. Hasilnya sangat mencengangkan. Menguntungkan sekali. Selain mendapat uang yang digunakan untuk tabungan kelas dan infak, juga mereka mengenalkan nama SDIT yang siap menghadapi tantangan masa depan
  4. Berkebun Jamur. Hasil dari kunjungan ke kebun jamur tiram dan kuping, murid-muridku mendapat ilmu dan pengalaman dari yang punya kebun jamur tersebut. Lalu mereka beli bibit yang sudah ditanam di lok jamur, untuk dipelihara di sekolah kami. Hasilnya lumayan, guru-guru bisa menikmatinaya. Selain itu ada yang dibawa pulang waktu panen jamur.
  5. Mentoring Al Islam. Inilah kegiatan di luar sekolah, yang dilaksanakan satu bulan sekali. Tempatnya di taman kota kecamatan atau  berkunjung ke rumah wali murid. Sebelum masuk ke materi inti, mereka tilawah, murojaah, lalu kuadakan game yang menyenangkan dan melibatkan semua. Game inilah yang ditunggu-tunggu, suasana jadi meriah. Ayah bunda yang melihatnya tidak henti-hentinya mengambil gambar kami dan merekam dengan kamera vedeo. Setelah mereka terpuaskan, baru aku masuk ke materi inti tentang ke-Islaman.
  6. Panitia Persami. Biasanya dalam berbagai kegiatan selalu menjadi peserta,  tetapi kali ini kubimbing mereka menjadi panitia bagi adik-adik kelasnya yang mengikuti persami. Hasilnya luar biasa, suatu pengalaman yang membanggakan bagi mereka, karena bisa ikut mensukseskan acara.
  7. Rihlah. Inilah kegiatan yang paling ditunggu murid-muridku. Sekolahku tepat berada di depan rel kereta api, yang stasiunnya hanya beberapa meter saja dari lokasi sekolah. Setiap hari selalu melihat aktivitas perjalanan kereta api. Hingga bunyi kereta api selalu saja menghentikan sejenak aktivitasku bila sedang mengajar di kelas, karena keras sekali, mengalahkan suaraku dalam kelas. Murid-muridku biasanya mengatakan “Bu, ada iklan. Berhenti dulu Bu”. Memang suaraku kalah dengan suara kereta api, sehingga mereka tidak mendengar apa yang kusampaikan.

Walaupun dekat dengan suasana kereta api, ada saja muridku yang belum pernah naik kereta api. Makanya mereka mengajak rihlah dengan  naik kereta api. Iya...ayo..pikirku, senang sekali. Jadilah kami menyewa gerbong kereta api. Seharian rihlah, adanya suasana yang meangasyikkan dengan kebersamaan ini. Rasanya sulit sekali dilupakan dan tidak ingin berpisah dengan mereka.

 Dalam memilih sekolah jenjang berikutnya pun, tidak lepas dari arahanku. Sering aku silaturahim ke rumah mereka, atau sebaliknya, ayah bundanya yang ganti silaturrahim ke rumahku. Kami saling diskusi untuk membicarakan yang terbaik buat anak-anak. Dalam memilih sekolah jenjang berikutnya, ini yang juga penting bagiku. Karena penggemblengan akhlaq, tingkah laku, kebiasaan sehari-hari yang sudah ditanamkan pada diri mereka, sayang sekali lenyap begitu saja karena lingkungan yang berbeda dan tidak kondusif.  Dalam memilih sekolah jenjang berikutnya aku mengkomunikasikan dengan ayah bundanya. Harapanku, jangan sampai kelak mereka meninggalkan kewajiban terhadap Allah seperti shalat, puasa, membaca dan menghafal Al Qur’an. Karena inilah dalam memilih sekolah juga pertimbangan.

            Dalam setahun ini, aku betul-betul mengerahkan pikiranku di SD-ku ini. Bagaimana tidak. Belum bayanganku menjadi wali kelas 6, kelas ujian yang pasti sibuk dengan try out dan pendalaman serta ujian lokal dan sekolah, selain itu ketua yayasan memberi amanah sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Padahal aku belum pernah pengalaman memegang amanah ini. Inilah amanah yang berat bagiku.Aku harus banyak belajar dari teman-teman yang senior. Jadilah permasalahan-permasalahan itu menjadi mudah.

            Selama aku mengajar, pasti ada masalah-masalah yang aku hadapi, baik dengan murid-muridku, wali murid, kepala sekolah, yayasan, atau antar pribadi guru. Karena aku sadar, aku berdampingan dengan banyak orang yang juga mempunyai sikap, sifat dan kemauan yang sama sepertiku. Dan aku juga manusia yang tidak luput dari kesalahan. Namun aku selalu ingat pesan suami di awal waktu saat aku diperbolehkan untuk mengajar kembali. Pesan itulah yang dapat membuatku bisa mengendalikan diri dan menyelesaikan masalah-masalah  dengan baik.

            Selalu ada hal yang membekas menjadi wali kelas 6, yaitu saat perpisahan. Aku menulis surat untuk murid-muridku dengan menangis. Aku merasa khawatir akan keadaannya di sekolah barunya kelak, karena rasa sayangku pada mereka. Inilah surat yang kutulis dan kuberikan saat perpisahan dengan mereka:

Assalamu’alaikum Waramatullahi Wabarakaatuh

Dalam ruang kelas 6 yang selalu rapi.

Anakku sholih dan sholihah……

Berapa tahun kita telah bersama?......Berapa lama kita selalu bersua?.......... Terasa baru kemarin kita berjumpa, baru sebentar kita belajar, baru saja kita saling bercanda. Namun kini kalian tiada lagi terlihat dimata Wali kelasmu!

Anakku yang cantik dan cakep…..

Namun, jujurlah berapa kali kalian sering melanggar peraturan yang telah dibuat bersama?.....Berapa sering kalian telah membuat B. Ely “geregetan” dan “gemes” bahkan menangis dengan tingkah spontanmu, bingungmu, ragumu, egoismu, marahmu dan kemalasanmu, serta seringnya beralasan yang kadang dibuat-buat???

Anakku…………, engkau tahu itu? Itulah kita, manusia. Sifat manusia. Itulah sifat manusia selama saling bertemu dan berinteraksi. Canda, tawa, suka, duka, senyum, tangis, bahagia, sedih pilu, takut, marah…………………., tapi setelah ini tak akan B. Ely lihat, dengar dan rasakan…..dari kalian.

Ayah Bunda kalian terlalu baik di mata B.Ely. Sampaikan terimakasih kepada beliau. Mereka tiada mengeluh berbagi amanah lelah fisik, hati dan pikiran demi kebaikkan kalian……..Diantara mereka ada yang rajin memberi masukan, usulan, juga teguran halus sampai terasa meninggi……semua ini demi kebaikkan kalian dan B.Ely sendiri. Terimakasih ayah bunda, kami haturkan. Tanpa bantuan ayah bundamu, B. Ely tak kan pernah bisa membimbing kalian.

Inilah ukhuwwah, inilah rasa saling menasehati. Karena masalah pasti selalu ada, dan kita tidak akan berpatah arang untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Semangat kalian selalu memberi inspirasi bagi jiwa B.Ely.

Putra putriku yang Terbaik!

Nun jauh di lubuk hati ini,  terasa  berat melepaskanmu. Kalian pioner, kalian selalu terdepan dan terbaik. Kekompakkan kalian yang selalu walas rindukan…….Kejujuran kalian yang selalu walas banggakan…Kami berharap, pertahankan sikap baikmu, maksimalkan kesholehanmu. Di dunia barumu, sekolahmu kelak akan sangat berbeda dengan di sini, SDIT Bina Insan Mulia..temanmu  bertambah, gurumu berganti, lingkunganmu berubah………istiqomah…..Sekarang surga Firdaus menanti, kalian berharap pasti. Tapi apakah masih berharap Firdaus seandainya engkau ikut arus lingkungan barumu yang jauh dari sifat-sifat ahlul jannah Firdausy?

Kekhawatiran hati ini pasti. Namun kalian harus pergi…..meniti jalan ilmu jangan sampai henti. Kuatkan tekad, usaha dan doa yang tiada pernah putus……takdir Allah selalu baik untukmu, anak-anakku.

Kenangan terindah  bersama kalian selalu terngiang buat penyemangat: mabit, kemah, jalan ke RTH, jalan ke pasar, turun ke Lekso, memasak, mushroom garden, mentoring, out bond, puasa dan qiyamul lail bersama, ke Katineung dengan jalan kaki, kenangan naik  kereta api yang sudah lama dinanti, sang juara kebersihan kelas dan Family Gathering. Yaa Allah…….ridho Mu kami harap selalu, akan mahkota cahaya yang menempel pada diri kami kelak di hari akhir, karena ukhuwwah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Wali Kelas 6, B. Ely

            Menjadi guru sekaligus pendidik dan pembimbing bagiku suatu kebanggan dan teristimewa. Menjadikan anak-anak mengerti dan memahami itulah yang diharapkan. Meski secara materi aku jauh dari teman-teman kuliahku dulu yang berlimpah, namun hatiku merasa kaya kalau melihat murid-muridku semakin baik. Karena di zaman sekarang ini kita lihat banyak kerusakan moral dan mental anak-anak usia sekolah karena kurang bimbingan atau salah pergaulan. Zaman teknologi yang tidak lepas dari gadget, menjadikan anak-anak bebas mengakses situs manapun, dan mereka tidak mampu untuk menyaringnya. Itulah karenanya aku terpanggil bagaimana menyelamatkan generasi bangsa.


BIODATA

 

Nama                                     : Ely Setiawati, S.Si.

Tempat/tanggal lahir               : Blitar, 26 Juli 1973

Alamat                                   : RT 03 RW 02 Tangkil Kecamatan Wlingi Blitar

Pekerjaan                               : Ibu Rumah Tangga, Guru SDIT Bina Insan Mulia

Alamat Pekerjaan                    : JL. KH. Saman Hudi 01 Beru Wlingi Blitar

Suami                                    : Musyafa’

Pekerjaan                               : Wiraswasta

Anak                                      : 5

                                                 - Muhammad Burhanuddin Al Farhani (Kl 9, Darul Hijrah, Sby)

                                                  -Shalahuddin Al Ayyubi (Kl 8, Darul Fikri Sidoarjo)

                                                  -Mu’adz Mufti Musyafa’ (Kl 6 SDIT Bina Insan Mulia,Wlingi)

                                                  -Rumaisha Adzkya Musyafa’ (Kl 4 SDIT Bina Insan Mulia, Wlingi)

                                                  -Hufaza El-Musyafa’ (TK B TKIT Bina Insan Mulia, Wlingi)

CP                                          : 0857 0749 2992 / 0858 1586 6552

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler