Skip to Content

Bagaimana Kubawakan Cintaku Padamu, Ibu?

Foto DeAnnita Sigara

Teruntuk Ibuku yang penuh kesabaran dan berjiwa malaikat :’)

 

Jingga di senja ini kembali mengarak siang ke peraduannya. Menjamah nadi langit dengan cahaya. Lalu detik mengalunkan melodi sendu dari sisa gerimis sore tadi. Semilir angin mengantarkan aroma tanah basah pada jiwaku. Alam memadu jiwanya dengan cinta. Aku hanya termenung dari balik jendela dan merangkai jawaban atas tanya yang tak pernah bisa kutemukan. Bagaimana kubawakan cintaku padamu, Ibu?

 

Seandainya dapat kurangkai alphabet menjadi sebuah kata dimana cinta dan kerinduanku padamu menjadi nyata. Aku kembali tertunduk bisu. Menatap jalanan kosong dan basah. Berbagai adegan masa kecil yang berkelebat dalam pikiranku bersamamu menjadikanku hampir tak waras dalam kubangan rindu.

 

Aku ingin membenahi selimutmu yang tersingkap ketika kau terlelap. Aku ingin mencium tanganmu sebelum aku menuntut ilmu. Aku ingin memelukmu dalam diam ketika malam tiba –karena aku terlalu malu melakukannya ketika kau menatap mataku. Sungguh aku ingin, Ibu.

 

Oh Ibu… andai dapat kuputar waktu. Aku ingin kembali ke masa kecil. Kembali ke detik dimana aku mencium dan memelukmu tanpa malu-malu. Aku ingin kembali ke detik dimana hanya cintamu yang kutahu di dunia ini. Sungguh… aku ingin menghentikan waktu.

 

Ibu… andai kau tahu cintaku. Andai kau tahu rinduku. Andai kau tahu sesalku. Andai kau tahu, Ibu. Oh Ibu… haruskah aku menunggu waktu membawakan sedikit saja lirihku untuk berbisik padamu? Haruskah aku memahat topeng agar aku bisa memelukmu dengan mata terbuka? Haruskah aku terus mencandu rindu ini seorang diri? Oh Ibu… bagaimana kubawakan cintaku padamu?

 

Catatan Haru di Kota Hujan, April 4th 2012


Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler