Skip to Content

BALAS DENDAM

Foto Oesman

DODO gak nyangka bola yang barusan ditendang melambung ke luar pagar bisa masuk ke selokan. Dodo terpaksa harus buka pintu agar bisa ke luar untuk mengambil bolanya.

Hanya, Dodo malah lebih ingin segera kembali ke rumah. Niatnya mengambil bola langsung surut, kerena Dodo ingat bu guru yang saat di sekolah mewanti-wanti agar murid muridnya harus melaksanakan pola hidup bersih. Sedang bolanya terapung di got yang airnya butek, kotor

Saat Dodo hanya bisa bengong menatap bolanya, ia dikejutkan oleh sebuah suara.

“Kamu tidak mau ngambil bola karena jijik melihat kotoran di sebelah bola itu, kan ?”

Dodo menoleh. Begitu melihat Komeng menurunkan karungnya ke aspal, Dodo tercengang. Terus terang, ada rasa takut, jijik dan juga iba. Untungnya, Komeng tidak peduli pada Dodo. Ia langsung turun ke dalam got dan mengambil bola milik Dodo tanpa rasa jijik.

“Di rumah kamu ada air, kan? Nah, biar saya cuci dulu bolanya sampai bersih, “ usul Komeng, yang setelah ke luar dari dalam got, langsung mengambil bola dan masuk ke hala man rumah Dodo.

Setelah membersihkan bola, Komeng menyerahkan bola kepada pemiliknya. Dodo mengambil bolanya dari tangan Komeng. Tapi, karena ia masih dililit oleh rasa takut, jijik tapi iba, Dodo tak sempat mengucapkan terima kasih. Dodo malah tak kepikiran untuk menahan Komeng yang segera pergi bersama karungnya dengan begitu saja. Pada hal, pemulung kecil yang sudah berjasa padanya itu pasti capek. Boleh jadi dia haus dan butuh minum

Dodo benar-benar merasa sangat bersalah.

Perasaan bersalah itulah yang membuat Dodo tak bisa tidur.

Untung, sang mama, yang sibuk kerja dan selalu pulang selepas Isya, selalu memperhatikan Dodo. Jika tidak, pada siapa Dodo curhat? Sedangkan ayahnya, lebih sering di luar kota. Dodo lantas menceritakan kegelisahannya pada mama Ia mengaku bersalah, karena jangankan menawarinya minum, berterima kasih saja tidak. Padahal, pemulung cilik itu telah menolongnya. Ia sama sekali tidak merasa jijik saat mengambil bola Dodo dari got berair kotor.

Mama menanggapi dengan senyum. Kemudian baru menyarankan, jika bertemu lagi dengan si pemulung cilik, Dodo harus konsekwen. Selain harus mau menyapa, mengucapkan terima kasih, juga tak salah jika Dodo mengajak mampir ke rumah.

“Terus kalau Dodo berteman dengan dia, apakah mama marah ?”

“Kenapa marah? Bukankah pemulung juga manusia seper ti kita? Nah, jika ia jahat, boleh kamu jauhi. Tapi, jika dia baik, mama tidak akan melarang kamu berteman dengan siapa saja. Termasuk pemulung cilik yang telah menolong kamu”

Baru seminggu kemudian, Dodo yang setiap pulang seko lah sengaja menunggu kehadiran si pemulung cilik, bisa bertemu lagi dengannya. Melihat si pemulung cilik melintas, Dodo bergegas ke luar halaman rumah .

“Hei teman,” Dodo agak berteriak memanggil Komeng.

Si pemulung cilik yang sudah tak mengingat peristiwa seminggu silam, memang menoleh. Dia hanya bisa terte gun, menatap Dodo tanpa tahu apa yang harus ia lakukan.

Kalau Dodo tak bergegas menghampiri, si pemulung cilik pasti sudah pergi. Saat Dodo mengajak berkenalan, ia baru yakin yang dilakukan Dodo tulus. Sebab, Dodo segera meraih tangannya, menggenggam erat dan menyebutkan namanya.

“Dodo Effendi “

“Komeng “

“Sekarang, kamu harus mampir ke rumahku. Oke?” Dodo langsung mengajak Komeng ke rumahnya.

Jika Dodo tidak menarik tangannya, Komeng malah malu. Kaki Komeng bergerak dengan sendirinya, karena tangannya yang masih digenggam erat, ditarik oleh Dodo dengan tarikan persahabatan.

Mulanya, Komeng bingung. Sebab, Dodo bergegas ke dalam. Tak lama, ia sudah kembali dengan minuman kotak yang menurut Komeng pasti segar. Minuman yang selama ini hanya bisa dilihat Komeng ditoko-toko tapi tak pernah diketahui seperti apa rasanya, memang sangat menggoda. Meski sedang haus, Komeng tidak berani mencicipi. Sebab, Komeng belum yakin, apakah minuman itu disajikan untuknya atau sengaja di ambil karena Dodo ingin menikmatinya sendirian.

“Ayoo, silahkan minum. Saya sengaja ambil dua agar kita bisa bersama-sama menikmatinya, “ kata Dodo.

Komeng baru berani mengambil, memasukkan sedotan dan mereguk minuman segar yang selama ini sering ia lihat tapi tak pernah merasakan nikmatnya seperti apa. Baru kali ini, Komeng punya kesempatan mereguk minuman kotak

“Waah, kamu hebat. Bisa cepat menghabiskan. Kamu pasti masih haus. Aku ambilkan lagi untukmu, yaa?”

Komeng sangat ingin menolak kebaikan Dodo. Terus te rang, ia merasa malu. Namun, karena Dodo langsung beran jak dan segera masuk ke dalam rumahnya, Komeng tak bisa mencegah. Meski begitu, Komeng bersyukur karena Tuhan telah memberi rezeki dan memberinya seorang teman yang ti dak peduli dengan statusnya yang hanya pemulung.

Sejak itu, mereka bersahabat

Tapi baru belakangan Dodo tahu, jika Komeng, sahabatnya tidak sekolah. Itu pun karena Dodo mengajak Komeng agar bersedia belajar bersama di rumah Dodo.

“Belajar apa ?” Tanya Komeng, yang walaupun girang tapi tidak mengerti maksud Dodo.Maklum, Komeng memang ti dak sekolah. Padahal, usianya sudah sembilan tahun.

“Terserah kamu. Mau belajar IPA boleh. Mau IPS aku siap. Yang penting, dengan belajar bersama, kita tidak cuma bisa makin akrab. Insya Allah bisa jadi anak pintar, “ sahut Dodo, yang seusia dengan Komeng dan sudah di kelas empat

“Aku mau tuh jadi anak pintar. Cuma, bisa apa nggak ya, kalau aku tidak sekolah ?” Sahut Komeng

“Jadi kamu tidak sekolah? “ Tanya Dodo.

“Aku sih mau. Tapi, siapa yang akan menyekolahkanku”

Tentu saja Dodo kaget. Ia tak menyangka jika temannya yang diajak belajar bersama, tidak sekolah. Dodo pikir, Ko meng baru bekerja sebagai pemulung, seusai sekolah.

Dodo jadi sedih. Ia kuatir, Sebab, kata mama dan juga ibu gurunya, anak yang tidak sekolah, tidak pernah bisa men jadi orang pintar. Tanpa kepandaian, sulit mendapatkan peker jaan .

Melihat Dodo bermuram durja, tentu saja mamanya kaget. Baru setelah Dodo berterus terang, mamanya tahu mengapa putra semata wayangnya kelihatan begitu sedih.

“Mama harus menolong dia, ma,” desak Dodo.

Dodo baru berhenti merengek, setelah mamanya ber janji, akan menyekolahkan Komeng saat ajaran baru tiba

Dodo meraih mamanya. Memeluk erat dan membisik kan ucapan terima kasih pada mamanya

KARENA sahabatnya sangat baik, Komeng bertekad un tuk balas dendam pada Dodo. Menurut Komeng, “membalas dendam” pada Dodo, harus segera dia lakukan karena jelang Ramadhan pamannya yang membawa Komeng ke Jakarta akan pulang kampung dan baru setelah hari raya mereka kembali ke Jakarta.

Komeng sempat bingung.

“Waah, bagaimana aku bisa balas dendam kalau tak pu nya uang,” keluh Komeng, yang tak mungkin minta uangnya di sang paman, karena yang lalu sudah habis dikirim untuk ibu nya, dan yang belakangan akan digunakan untuk bekal lebaran

Jika saat itu Komeng tidak melihat si Berondong, ayam jago yang sengaja dipelihara untuk di bawa ke kampung, Komeng yakin, niatnya tak bisa diwujudkan.

Setelah menangkap si Berondong, Komeng yang sebenar nya baru kembali ke lapak milik Kang Sobri, bergegas mem bawa si Berondong ke rumah Dodo. Hanya, Komeng heran, karena setelah ia memencet bel, yang membukakan pintu seo rang perempuan berparas cantik.

“Kamu cari siapa ?” Tanya mama Dodo, yang tentu saja wajar jika kelihatan kaget. Maklum, selama ini belum pernah bertemu dengan sang bocah, yang datang ke rumahnya sambil menenteng seekor ayam jago

Komeng jadi gugup. Ia merasa takut dimarahin oleh pe rempuan cantik, yang sempat kaget melihat kedatangannya.

“Lhoo, ditanya, kok, malah kayak ketakutan? Kamu ini siapa, dan datang ke sini mau ketemu dengan siapa?”

“Sa..saya Komeng. Saya mau ketemu Dodo karena hari ini saya ingin balas dendam padanya,” Komeng menjawab apa adanya

Mendengar jawaban Komeng, perempuan cantik yang tak lain mamanya Dodo, tertegun. Jelas sangat kaget. Namun, meski cemas karena ada bocah yang datang dengan niat balas dendam pada putranya, mama Dodo masih bisa menahan emosinya. Tapi, ia siap menelpon polisi, jika si bocah yang bawa ayam jago, benar-benar membuktikan perkataannya.

“Kamu mau balas dendam sama Dodo? Memangnya, anak saya pernah menyakiti kamu ?” Tanya mama Dodo.

“Dodo menyakiti saya? Ibu jangan nuduh sembarangan. Dodo itu, sahabat saya yang paling baik. Orang baik seperti Dodo tak mungkin bisa menyakiti orang lain. Itu sebabnya, saya datang dan ingin membalas dendam atas kebaikan Dodo pada saya”

Mama Dodo baru paham, setelah Dodo muncul dari da lam. Dan, ia terus memperhatikan Komeng yang berlari kea rah Dodo, dan begitu dekat, tanpa ragu, Komeng berkata.

“Teman…aku ingin balas dendam karena kamu baik pada ku. Tapi, aku tak punya apa-apa dan hanya bisa membalas dendam kebaikan kamu dengan memberi ayam ini”

Dodo terpana.

“Kamu balas dendam tapi memberi ayam?”

“Yaa, karena kamu baik dan sering menolongku. Jadi, hari ini aku harus membalas dendam kebaikan kamu “

Setelah paham betul apa yang sebenarnya dimaksud oleh Komeng, mama Dodo dan Dodo terbahak-bahak. Melihat me reka tertawa lepas, Komeng bingung.

“Yang kamu lakukan itu,” mama Dodo segera menjelas kan. “ Namanya bukan balas dendam. Tapi balas budi. Kamu ingin membalas kebaikan Dodo dengan kebaikan. Untuk itu, kamu memberi Dodo ayam. Iya, kan ?”

“Memang benar seperti itu, bu. Saya minta maaf bila salah “

“Kamu tidak salah, kok. Makanya, tahun ajaran baru nan ti, kamu harus mulai sekolah. Kamu mau, kan, jadi anak pintar?” Mama Dodo akhirnya tau siapa bocah yang memberi ayam kepada anaknya.

Ia lalu meraih Komeng dan Dodo. Memeluk keduanya. Memeluk dengan penuh perhatian dan cinta. Malamnya, Bu Hera menelpon suaminya. Ia kemukakan niatnya mengangkat Komeng sebagai anak asuh

“Horeee…Aku jadi punya saudara,” Dodo yang mende ngar perbincangan mamanya, begitu tahu apa jawaban papa nya, spontan berteriak.

Ia memeluk, menciumi mamanya dan mendekatkan bibir nya ke gagang telepon.

“ Papa…terima kasih banyak, yaa, pa. Karena papa baik, aku jadi punya Komeng. Komeng itu boleh aku jadikan saudara, kan, pa ?”

Di sebrang sana, pak Wisnu tak bisa menjawab. Tapi Dodo mendengar ayahnya menangis sesenggukan. Dodo juga melihat ibunya, yang ikut-ikutan menangis, sesenggukan.

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler