Skip to Content

Bersenandung Embun, Matahari dan Bulan

Foto Fahmi N Mustaqim

Teruntuk Sapardi Joko Damono

 

Memulai dari satu huruf berupa konsonan, mengkristal menjadi beberapa perasaan, dan makna...,

 

Menghirup udara saat katumbiri mulai mensedekahkan warnanya ke alam raya. melamunkan sang tercinta menjadi pilihan yang nyaman sesuai suasana diantara embun-embun yang menghembuskan prosa liris. Duduk dan meneguk segelas kopi bercampur teh murni seraya berselayang pandang kembali terarah kedalam memori siklus asmara masa lalu. kesederhanaan pikiran, keterbatasan waktu pilihan diantara penopang dan himpitan untuk memilih kesenangan dan ketenangan.

Matahari tepat diatas kepala, berganti cahaya terang ditemani iklim gerah yang membawa kepenatan berpangkal kegelisahan. kendaran itu, truck itu, motor itu, traktor itu kian menggebukan celoteh nyaring di telinga kiri. apa yang para manusia mau dikala sekarang, tepat ketika bulan sedang tidur, kabut-kabut mengurus anak dan awan mendung beristirahat di pelataran.

'Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu', senandung sang penyair dengan raut muka teduh, mencoba berbicara akan kecintaan dan penantian. senandung terdengar sampai diujung desa, hingga di ujung jalan tua yang terdengar rintihan suara katak yang bertemakan kesiapannya untuk segera punah menjadi ribuan bangkai dan properti masa depan manusia. Kereta matahari menyusut memulai untuk merebahkan raga yang lelah, pertanggung jawaban yang amat berat mencapai keemasan jagat raya.

Bulan berkaca, bersiap-siap menuju pelaminan malam di hari ke dupuluh lima. Menyaksikan kesunyian, menyimak pergantian suasana hingar bingar kembali kepada keheningan. sendiri dalam pesta, berdiri diantara nasib dan keyakinan.

 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler