Skip to Content

BUAT ANAK ANAKKU!

Foto Vivi Fadhila Rezki

“Bunda… hari ini kita belajar apa?” Tanya beberapa muridku yang kutemui di tangga menuju kelas, lantai paling atas. Aku tersenyum saja. Itu kebiasaan mereka, setelah bersalaman dan mencium punggung tanganku, mereka akan bertanya: nanti kita belajar apa, Bunda? Hmm… mereka muridku yang baik, pintar dan tentu saja manis. Ah, aku tak bisa bayangkan jika nanti tak bersama mereka lagi. Mungkin aku akan sangat merindui mereka. Merindui pertanyaan polos mereka. Merindui tegur sapa mereka. Merindui gelak tawa mereka. Merindui jabat tangan mereka. Bahkan merindui kenakalan-kenakalan mereka.

Harus aku katakan, beberapa hari lagi aku akan meninggalkan mereka. Beberapa hari lagi aku tak bisa bersama mereka lagi. Bukan, bukan aku tak sayang mereka. Jika boleh jujur, aku sangat menyanyangi mereka. Mereka kuanggap sebagai anak sendiri. Meski tak jarang mereka membuat aku kesal.

“Bundaa…. Hari ini kita cerita Nabi ya...” Salah seorang dari mereka memberikan usulan.             “Iya Bun… cerita Nabi Muhammad. Kemaren bunda janji mau cerita!” Ucap yang lainnya. Lagi-lagi aku tersenyum tanpa menjawab iya atau tidak.

Aku memang pernah menjanjikan itu sama mereka. Tapi karena mereka belum menguasai hafalan surat, akhirnya aku lebih memilih untuk melanjutkan hafalan terlebih dahulu. Tapi hari ini mungkin aku tak bisa menolak lagi.

Akhirnya, hari itu aku bercerita tentang Nabi Muhammad Saw, tentang kelahiran dan juga tentang suka dan duka yang dialami oleh Nabi Muhammad Saw. Sebagian mereka mendengarkan ceritaku dengan baik. Dan sebagian yang lain sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Ada yang mengobrol dan ada pula yang cekikikan dengan teman sebelahnya. Itulah yang aku hadapi setiap hari. Terkadang mereka memang sempat membuat aku kesal, membuat aku marah. Mungkin karena kesabaranku terlalu tipis dalam menghadapi mereka. Tapi kemarahan itu semata-mata hanya karena sayangku pada mereka. Jika aku tak sayang, mungkin aku akan biarkan mereka semaunya. Tapi tidak, itulah tugasku sebagai seorang guru.

“Besok cerita Nabi Sulaiman ya Bun… Nabi Sulaiman yang punya istana itu.” Ucap Andien setelah aku menutup ceritaku hari itu. Yang lain pun tak mau kalah. Ada yang bilang Nabi Adam, Nabi Yusuf, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan beberapa Nabi yang lain. Mereka begitu antusias dan bersemangat.

“Bunda tukang cerita. Hehhee” Ucap Tiara dengan tawanya. Zahira, Kalista, Nabila ikut membenarkannya.

“Bunda juga punya cerita lho!” Ucapku.

“Mana Bun…? Kalista mau baca Bun…”

“Iya Bun, Zahira juga mau.” Zahira tak mau kalah.

“Kami juga mau Bun….” Nanda tak ketinggalan.

“Ya deh.. besok Bunda bawain yaa…” Janjiku.

Esoknya, mereka langsung menagih janji. Aku kelabakan karenanya. Karena memang aku benar-benar lupa telah menjanjikan itu sama mereka.

Esoknya lagi mereka kembali menagih janjiku. Dan lagi-lagi aku lupa. Mungkin karena terlalu banyak fikiran, karena 2 minggu lagi aku harus menghadapi sidang tesisku. Aku sibuk luar biasa karenanya.

Setiap kali mereka tagih, aku merasa tak enak. Hingga akhirnya aku pun menyesal telah menjanjikan cerpen itu pada mereka. Tapi bagaimana pun juga aku harus penuhi janjiku.

“Iya.. iya.. besok Bunda bawain ya.” Ucapku pada mereka.

Dan esok, aku harus penuhi janjiku. Tak boleh tidak. Jika tidak, mungkin selamanya aku tak akan menepati janjiku, karena besok adalah hari terakhirku bersama mereka. Setelah itu mungkin aku tak akan bertemu mereka lagi.

Sebenarnya berat sekali untuk tinggalkan mereka. Tinggalkan Juliani, tinggalkan Nanda, Zahira, Tiara, Andien, Nabila, Azzura, Ari, Jingga, Alya, Sabrina, Diffa, Kalista, Abel, Novi, Nisa, Nadia, Mita, Dhita, Keysha, Mawar, Kayla, Dinda, Cahyati, Yuli dan juga Denisa Putri. Tapi itulah pilihanku.

Sekali lagi aku ungkapkan, mereka anak-anakku yang baik, pintar, manis dan juga lucu. Aku sayang mereka, sekarang, dan selamanya. Aku hanya berharap, mereka masih mengingatku, Bunda Ika yang kata mereka, kadang baik dan kadang pemarah.

Anak-anakku, teruslah kepakkan sayapmu. Gapai citamu setinggi langit. Hormati orang tua dan gurumu. Insyaallah kelak, dikau akan menjadi anak yang berguna, berguna bagi orang tua, bagi agama, bagi masyarakat dan tentu saja berguna bagi nusa dan bangsa. Love u all, anak anakku!

 

karya Rika Aryani

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler