Skip to Content

Burung-burung pun telah kembali

Foto Ahmad Fahrizal Aziz

Sajak by : A Fahrizal Aziz

 

Wan, sore telah datang, kudapati deru kendaraan melaju berbalik arah. Suaranya bersahutan, memekakkan telinga. Akankah kau bagian dari mereka?

 

Langit yang sedari tadi panas terik, sudah mulai teduh, kemuning senja belum begitu nampak. Aku masih duduk di balkon rumahmu, menunggu sekawanan burung terbang kembali ke sangkar. Ritual suci yang selalu aku lakukan sepanjang tahun ini.

 

Wan, kapan kau akan melukis lagi? Membuat catatan harian bersama dan membacakannya di depan gemuruh air terjun? Bukankah itu menarik.

 

Atau membuat pohon-pohon kertas untuk hiasan dinding? Kapan itu akan terjadi lagi, Wan? Aku rindu saat-saat itu, karena itu adalah potongan hidup yang indah. Aku harap kau akan menjawabnya, sebelum burung-burung itu melintas di hadapanku.

 

Sore semakin ramai, para penjual asongan juga telah menyandarkan tubuhnya di beranda lelahnya. Tapi tak terdengar jelas suaramu, kemana gerangan? Ku tanyakan pada angin yang berhembus, tak jua ada jawaban pasti.

 

Burung-burung pun telah kembali, melintas lincah di hadapanku, menuju sangkar peristirahatannya. Sementara kau, belum juga muncul, Wan.

 

Aih, kulirik jam di tangan, sudah saatnya ku harus kembali. Okelah, tak apa. Masih ada hari lain, hari dimana tak ada yang saling menunggu dan berharap lagi akan kehadiranmu.

 

Malang, 16 12 13

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler