Skip to Content

CATATAN DARI LEMBAH KESUNYIAN

Foto Alam PM

malam semakin menunjukkan taringnya, dengan tikaman dingin yang menyentuh pundak dan kedua kakiku, yang tanpa alas, melangkah menyusuri jalan setapak lembah. jalan yang sering kulalui, ketika rembulan berubah warna menjadi merah saga. netraku menatap liar di heningnya malam, menatap setiap sudut waktu yang berkelebat hitam dan pongah, di sela pepohonan yang entah telah berumur berapa puluh tahun. bayang-bayang yang berkelebat cepat dan hitam menyeruak di sela dedaunan, dan sekonyong-konyong telah berdiri di hadapanku.
“siapa kau ...” tanyaku di balik ketakutan dan ketidaktahuanku
“aku adalah hitammu, sebuah ilusi dari perjalanan panjang dan makar-makar yang telah melingkupi jiwa bebalmu” jawabnya enteng, sembari menyeringai, memperlihatkan deretan gigi putihnya yang mengkilat di kegelapan malam.
aku hanya dapat terhenyak dan menatapnya dengan segudang tanda tanya
“jangan tanyakan lagi siapa aku ?” ucapnya tiba-tiba seakan tahu apa yang melintas di kepalaku
“aku adalah dirimu” tandasnya lagi
aku hanya terdiam
“aku tahu semua yang melintas dikepalamu” kembali ucapannya membuatku terdiam dan diam.
tak ada lagi kata setelah itu, aku dan dia terdiam di heningnya malam, diantara desah dedaunan yang bersenandung dihempas dingin dan angin lembah yang bersiul lirih.

malam semakin mengelam, ketika tanpa kusadari, sosok itu tak ada lagi disisiku, aku tertinggal sendiri, di sebuah batu cadas, dimana rembulan saga dapat kupegang dengan tangan lusuh ini.
“fahamkan aku ...”ungkapku lirih pada rembulan saga yang menyunggingkan senyum tanpa makna
“kenapa diam saja ...” tanyaku
tak ada jawab
“fahamkan aku ... tolonglah ...” pintaku sekali lagi
tetap tak ada jawab, yang ada hanya sunggingan senyum itu, semakin lebar dan lebar
“perjalananku telah panjang, sangat panjang, pun seribu makna telah kutimang dalam dekapan waktuku” ucapku sembari melipat kedua kakiku dan duduk tanpa alas di atas batu cadas, pun sang bayu seakan ingin membunuhku dengan hembusan dinginnya.
“perjalananku telah panjang bulan, temaram senja hingga buncah gurat pagi mewarnaku di setiap waktu, namun kosong jua yang terangkum dalam setiap langkahku” ucapku lagi
“aku tak berarti ...”
“tidak berarti ...”
“bahkan untuk sebuah kematianku sekalipun”
“serta untuk sebuah penilaian telapak kakikupun, aku tak berarti”

tawa itu terdengar sontak membahana di antara dedaunan yang mengelilingiku, tawa sang rembulan saga
“baru sadar kawan ...?”
keningku berkerut
“tak perlu berkerut seperti itu” tandasnya
“kaupun tak mengenal siapa dirimu” ucapnya
“maksudmu” tanyaku
“ya ... kau tak mengenal dirimu, karena kaupun tak tahu, ada apa denganmu?, apa yang melintas dibenakmu?, mengapa melintas? dan kenapa itu terlintas?” bertubi tanya itu menyerangku.
aku hanya dapat terdiam lama di keheningan, karena kusadar, apa yang dikatakannya adalah sebuah kebenaran.
“aku tak tahu siapa diriku?” capku sendiri sembari mengangguk

pukul 02.46 wita

kususuri kembali jalan setapak yang tadi kulalui untuk kembali menuju tempat peristirahatanku, sambil memikirkan dengan keras, tanya-tanya rembulan saga atasku.
diamku dalam perjalananku, membuatku semakin jauh meninggalkan batu cadas dan pun tempat tujuanku
“aku sekarang ada dimana” tanyaku pada sebatang pohon pisang yang tegak dihadapanku
“jangan tanyakan aku ... karena sepanjang hidupku, aku hanya ada disini” jawabnya singkat
“dimana aku sekarang” tanyaku pada seekor kucing yang telah tertabrak dan mati, entah kapan.
tak ada jawab darinya
“tolong katakan padaku kawan, dimana aku” tanyaku kembali pada riak air sungai yang mengalir
“lihat aku kawan, sepanjang hidupku, inilah yang aku tahu, dari hulu ke hilir, atau sebaliknya, maafkan aku yang tak dapat membantumu” jawabnya kemudian.

perlahan, kuremas kepalaku yang kembali terserang sakit kepala, migrain.
“ahhhhhh ...” desahku
“lebih baik kurebahkan saja tubuh lusuh ini, diatas perahu itu, melepas penat dan biarlah aku hanyut bersamanya di riak air sungai ini” ujarku sembari merebahkan badanku di atas perahu, yang terlebih dahulu, telah kulepaskan tambatannya di dermaga.

terlarunglah aku ...
dalam ketidak tahuanku akan diriku
.
lembah bulusaraung
280811 : 02.57

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler