Skip to Content

CATATAN DI CADIK BIRU

Foto Alam PM

"resah" ucapku pada segumpal waktu yang menjelang dalam sekelumit jedah malam menjelang subuh.
tengadahku kemudian pada semesta yang masih memperlihatkan warna kelamnya, warna yang tercampur aduk pada kelam dan hitamnya nilai-nilai norma yang tergelayut pada jedah di batas-batas aksara dan kata.
tanyaku ringkih kemudian menjejak pada seonggok kata yang disebut duri, “mengapa kau sebut duri?, ketika kisah asmaradana termaktub dalam kitab-kitab cinta di selasar waktu”
diam dan diam kembali semesta yang merajuk pada kaki langit, memeluk kaki-kaki semesta dan merinaikan air mata darah pada setiap tetes-tetesnya di kelamnya lembah yang membujur dan melintang di batas cakrawala.

tak ada jedah pada seribu aksara, yang melantun dalam setiap ribuan makna yang terungkap di setiap kaki langit, pada birunya semesta, pada setiap riak-riak air sungai yang mengalir di tapal batas, pada setiap hembusan bayu yang menarikan dedaunan di sela pepohonan, pada tarian sinar rembulan yang meredup di batas cakrawala, pun pada asaku yang tetap melantunkan dan menyenandungkan asmamu di setiap tirakat-tirakat waktu yang tersembah dari masa ke masa.

lalu ketika sabda penyangga langit menyeru pada cadik yang terombang-ambing di samudera tuk bersandar pada sebuah dermaga waktu, hingar kelam waktu pun menjadi sabda diantara langit dan bumi, menggerahkan dermaga yang kemudian sontak berfikir menjadi sandaran waktu di sela bisunya adzan subuh.

ahhh ...

kalam dan kalam adalah waktu
sementara lima purnama adalah bukti
..... tak kan menjadi duri pada apapun
karena aku tak berbatas
.
lembah bulusaraung
290911 : 04.21

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler