Skip to Content

cerita di musim hujan

Foto Mah Khamoon

Entah, berapa kali aku menahan senyum seperti ini dalam sehari. Lalu setiap malam terbayang suasana kaku 

yang aku ciptakan dan aku sesali. Kau tahu, bulan ini setiap hari hujan, tiap itulah aku jatuh cinta. Merayakan nya sendirian, tanpa ku pikirkan sekalipun ia merasa atau tidak. Kau pernah bilang kawan, kalau sebelah tangan tidak
dapat bertepuk, tak apa. Karena dengan dua jari saja bisa menimbulkan bunyi.

Aku juga tahu bahwa rasa ini harus ku cegah, sebelum seperti orang bilang "sebelum rasa ini terlanjur terlalu dalam".
Aku telah jatuh di tempat yang salah. Aku jatuh cinta di tepat yang salah, tempat berlubang.
Ah, tingkah ini sangat membosankan. Aku tidak berhenti menertawakan diriku dengan segala keanehan ini.
Dengan segala kejahilan mu, dan segala keajaiban tingkah nya.
Seaneh malam ini, seajaib malam ini. Lagi hujan mengguyur deras. Bertiga kita duduk di bangku bambu warna coklat.
Di depan warung kita, di pinggir jalan.
Aku, kau, dia. Memeluk kaki masing-masing, menyetel musik dangdut, beradu dengan bunyi deras hujan diatas genting.
Memandang deras nya air turun ke jalan raya, mengalir keteras kita yang sempit dan air nya mencapai setengah kaki bangku yang kita duduki ini. kuturunkan kaki ku dan ku sibak-sibak air yang setinggi mata kaki. 

Ia suguhkan tiga mangkuk sup panas.
Sup panas ini, lumayan menghangatkan suasana. Tawa renyah nya menyejukkan kehangatan itu. Dingin. Dingin dan sejuk yang sulit di bedakan. Seperti rasa ini, kagum atau jatuh cinta aku sukar menentukan nya.


12 Feb 2017

Aku

Kau = Kawan (yang sebenarnya adalah penulis)

Dia 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler