Skip to Content

cerpen : seperti mimpi

Foto zulin niawati

Angin berhembus sepoi . Kokok ayam mengalun lembut ditelingaku. kicauan burung,seakan memgoyak keheningan pagi. . . Fajar nan indah terlukis diawan. Namun tak seindah hari itu. PAGI. . . . Aku masih sibuk di dapur . Memasak,mencuci piring,dan, , ,melakukan hal yg smestinya tdk aku lakukan. Itu kulakukan demi ibu, . Yah, ,ibu, ,hanya seorang ibu. Dialah nafasku. Dialah senyumku, namun senyum itu kini hilang,semenjak Ibu sakit. Dan terbaring lemah di ranjang. Kehidupanku berubah drastis.aku harus menjadi tulang punggung keluarga. Namun,aku tak menyerah. Karena masih ada mimpi dìhatiku untuk ibu. Sebenarnya hari ini ,adalah hari yg terpenting dihidupku. Itu karena hari ini ,aku akan diwisudah. Namun, yg tesenting bagiku. Aku dapat melihat senyum ibu kembali. Aku mulai mempersiapkan diri, dg pakaian toga yg aku pakai , aku nampak seperti seorang sarjana. Kulihat diriku di cermin yg retak,dan pecah. Segoret senyum terlukis dibibirku. Namun senyum itu hilang reketika dan terganti oleh butiran air mata. Ku berjalan keluar dari kamar dan kutemukan butiran obat ibu yg mulai habis,dan hanya tinggal 3 butir. Aku menghela nafas,tabunganku mulai menipis, dan aku harus menebus obat ibu ,agar ibu bisa sembuh dan tersenyum kembali. Aku menghampiri ibu untuk berpamitan. "buk, ,ais pamit buk, ,oh iya obat ibu kan mau habis,emm, . .entar ais tebusin, biar ibu cpet sembuh" kataku pada ibu "enggak usah ndok, , ibu udah sembuh gini kok, trus kamu dapat uang dari mana" "lho tabungan ais kan masih ada buk,udah. . .pokoknya skrg ibu tidur,istirahat yg cukup,biar cpet sembuh" sahutku. "tapi itu kan buat biaya kuliahmu nd0k, ," "udahlah buk, ibuk tenang aja ,ais kan masih bisa kerja",kataku "ya udah skrg ais pamit ea buk,assalaamualakum" kucium tangan ibu,terasa dingin. "waalaikum salam,,hati-hati ya ndok,maafin ibuk ya,ndak bisa nganterin kamu,tapi ibu bangga denganmu ndokk"kata ibu sambil berlinang air mata. "gk papa kok buk,yg penting ibu sehat" kataku sambil mengusap air mata. *** Di sekolah, nampak semua siswa sdg asyik berfoto dg orang tuanya. namun,, lain halnya denganku . aku hanya bisa tersenyum kecil, melihat teman-temanku. acara pun berlangsung. tiba saatnya pembacaan siswa yg berprestasi di sekolah. aku berharap, aku salah satu dari siswa itu.dan... akhirnya,, harapanku tercapai. aku terpilih menjadi siswa yg berprestasi. aku menghela nafas lalu maju ke podium untukmenerima penghargaan. air mata ku mulai menetes namun aku segera mengusapnya. " andai ibu tau" kataku dalam hati. namun itu hanya sebuah ilusi. penghargaan telah kuterima dan akupun turun dari podium. Setelah acara selesai,, aku tidak langsung pulang. namun aku harus menebus obat ibu yg mulai habis, di apotik. "bang beli obat ini,," kataku sambil menyodorkan ketas resep kepada penjaga di apotik itu. "oh iya, neng,,sebentar,,"kata laki2 itu yg terlihat mengambil sekotak obat. "ini neng,,obatnya" sambil menyodorkan obat kepadaku "terima kasih bang,,,,,, berapa bang" lima ratus ribu, kata laki2 itu padaku. aku mulai bingung. itu karena uangku tidak cukup untuk membayarnya. akhirnya kuberanikan untuk bertanya. " bang kalau segini boleh nggak bang" tanyaku pada laki2 itu sambil menyodorkan uang. "waaa.....h nggak boleh neng,,kalau segini,, cuman dapet setengah saja,, mau???" "nggak papa deh bang,, yg penting dapet" aku lalu membawa obat itu pulang. sesampainya di rumah aku terkejut,, karena sudah banyak orang yg berkumpul di rumahku. aku bingung. namun aku langsung mempercepat langkahku. jantungku terus berdegup kencang.terasa ingin meledak. Tepat,,di depan pintu aku jatuh tersungkur, ketika kulihat wajah ibu tertutup oleh kain putih. Dan tak dapat kutahan lagi bendungan air mata yg ingin tumpah.dan akhirnya aku menangis. air mataku mengalir tak mau henti. "bu............ bangun bu..k, ais udah bawa obatnya buk,, bangun bu..k, ais,, ais,, dapat juara buuk" tak henti aku memanggil Ibu..Ibu..Ibu... namun itu sia-sia. yg hanya bisa kulakukansekarang hanyalah menangis,, dan menangis. *** 15 tahun berlalu.hidupku tak lagi seperti dulu. sekarang aku sukses,menjadi apa yang aku inginkan. seorang penulis. namun, itu takkan terwujud tanpa doa ibuku. aku tersenyum ketika kulihat fotoku bersama ibu waktu dulu. Pelan,,,ku ucapkan "Terima kasih Ibu" air mataku mulai menetes mengiringi bayangan senyum ibuku. memang benar,, Dunia ini seperti mimpi.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler