Skip to Content

che kecil

Foto WT
files/user/7805/IMG_20170729_184743.jpeg
WT

Dulu, ia hidup di jalanan. Tangan kirinya selalu dikepal, menujuk ke arah tuan-tuan besar. Suara megafon mengalir deras. Teriakannya menggelegar, seakan ingin meruntuhkan bangunan-bangunan megah menjulang langit. Sorot matanya tajam, menyala-nyala, bak radar angkatan perang. Menjadi singa di atas podium. 

Setelah lama mengembara, tepat dengan genapnya hitungan kalender masa, ia akhirnya harus rela meninggalkan semua pergumulan yang seringkali nyaris mengancam nyawa itu. 

Ketika sampailah ia menginjakan kaki di atas tanah kandungnya, suaranya perlahan-lahan mulai melemah. Ku lihat ia seperti kehilangan pegangan. Terseretlah ia ke dalam budaya santun yang over dosis. Akhirnya menjadi buta, tak dapat lagi membedakan benar dan salah. Bak kerbau dicocok hidung. Terkungkunglah ia dalam sistem partikular yang memabukan. 

Kesetiaan yang dulu telah pupus. Cinta yang pernah ia lantunkan dengan syair-syair milik Tuhan yang bergemuruh, di atas tronton milik para dada berpeluh, di sudut-sudut tembok, di selluru penjuru mata angin, telah sirna terhempas angin kemunafikan. 

Hari demi hari, bulan berganti tahun. Menikalah ia dengan raja kecil. Lalau berpesta pora merayakan hari kebahagiaan mereka. Berbulan madu, lalu mereka bersetubuh di atas ranjang surga yang menyesatkan. Dari bibir hingga selangkangan penuh dengan lendir-lendir kenikmatan semu. Lalu beranak pinaklah penyakit-penyakit. Menjalar, merusak saraf kesadaran pewaris tanah kandungnya. Terombang ambing, semua serba tidak jelas.

 

#WT 


che kecil

nb: huruf kecil saja 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler