Skip to Content

Cincin

Foto Miyos Ndaru

Limas belas menit yang lalu langit masih terlihat biru, sekarang sudah berubah menjadi kelabu, memang hujan terkadang datang tak menentu. Dari kejauhan kulihat seorang perempuan masih saja berdiri di depan pemakaman. Wajah cantik itu tidak akan pernah kulupa walaupun tertutup oleh kacamata hitam yang dipakainya, dialah istri pertamaku. Jujur saja, aku belum rela menyebutnya sebagai mantan istriku, karena aku masih mencintainya, bukan hanya dia tetapi juga istriku yang kedua.

Beberapa orang mulai meninggalkan pemakaman, termasuk mereka, istri kedua dan putri semata wayangku, barulah ia berani mendekati tempat persemayaman terakhir ini. Ia masih terlihat cantik, dengan balutan blus biru tua, baju favorit kita. Ia mulai melepas kacamata hitamnya, kemudian ia berjongkok dan kulihat hidungnya mulai memerah, begitu juga wajahnya. Matanya yang bulat terlihat menyipit. Disana, di pelupuk kedua matanya, ribuan balok es itu mulai mencair seketika. Kedua matanya mulai sembab. Butiran bening itu perlahan mengalir diantara kedua pipinya. Tangisnya mulai pecah, sama persis saat kujatuhkan talak ketiga untuknya.

Sungguh aku tak tega melihatnya dalam keadaan seperti ini. Ingin sekali aku memeluknya, namun beberapa gambaran itu masih saja terekam di otakku, mulai dari ia bertemu seorang laki-laki, yang sering kulihat diam-diam, hingga ia mulai mencoba membenahkan kerah kemeja laki-laki itu. Dan terakhir kalinya kupergoki ia di dalam mobil berduaan masih dengan laki-laki yang sama. Ah, kenangan itu sungguh membuatku murka.

“Mas, semua ini cuma salah paham!”, elaknya disela isak tangisnya waktu itu. Tapi aku tetap menyeret laki-laki itu keluar dari mobil dan kupukuli habis-habisan. Ia mencoba meleraiku, tapi kutepis dan segera mamaksanya untuk masuk ke dalam mobil. Dalam perjalanan pulang, ia hanya menangis sambil terus memegangi lingkaran emas yang menghiasi jari manisnya. Ya, itu cincin pernikahan kita. Pada saat itu juga kujatuhkan talak ketigaku untuknya.

Dari kejahuan, kulihat sosok laki-laki yang sering kulihat bersamanya. Ternyata hubungan mereka semakin akrab saja, pikirku. Benar-benar tak tahu malu, mereka malah bertemu langsung di hadapanku. Laki-laki itu lalu membuka payung yang dibawanya dan memayungkan pada mantan istriku.

“Yang tabah ya mbak”, bisiknya. “Bapak sudah nunggu di rumah mbak, mari kita pulang, sebentar lagi hujan deras,” lanjutnya.

Aku jadi bingung dengan perkataan laki-laki itu, kenapa dia memanggilnya “mbak” kemudian menyebut kata “bapak”, setahuku mantan istriku ini tidak memiliki siapa siapa. Waktu itu dia pernah bercerita, bahwa sebelum ia bekerja di perusahanku, ia terpaksa tinggal di panti asuhan karena tempat tinggalnya sudah luluh lantah akibat diterjang tsunami. Setelah ia lulus sekolah, ia bekerja sebagai asisten pribadiku. Walaupun hanya lulusan SMEA ia termasuk perempuan cerdas dan sangat cekatan, mulai dari situ tumbuhlah bunga bunga cinta diantara kita. Aku juga bertekad untuk mengadopsinya sebagai pendamping hidupku, dan berjanji akan membantu mencarikan keluarganya yang hilang. Namun, sampai ulang tahun pernikahan kita yang ketigapun, belum ada kabar tentang keluarganya. Ya Tuhan, apakah mungkin ia telah bertemu dengan keluarganya? Kenapa ia tidak menceritakannya padaku?

“Iya dik”, jawabnya lirih. Namun, ia masih berjongkok sambil memegangi nisan di depannya yang mulai basah akibat gerimis.

“Maaf mas, waktu itu aku tak bilang padamu kalau aku sudah menemukan mereka, tetapi satu yang membuatku sangat sedih, aku sudah tidak bisa melihat ibu, ibu sudah meninggal ketika aku bertemu keluargaku. Kau tahu mas bahwa Pak Hardi adalah bapak kandungku, aku bingung, beliau merupakan musuh terbesar dalam dunia bisnismu, makadari itu aku sering curi curi waktu buat ketemu Arga, adikku, hanya untuk tahu keadaan mereka,” jelasnya, kemudian ia berdiri, sambil memegang lingkaran emas di jari manisnya.

“Lihat cincin ini mas, bagaimanapun itu kau akan selalu terpendam di hatiku, mulai sekarang istirahatlah dengan tenang”, ucapnya sambil tersenyum ke arah nisanku, ya Tuhan.

Komentar

Foto Anonymous

cerpen-cerpennya asik!

cerpen-cerpennya asik!

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler