Skip to Content

Cinta Pertama

Foto AGusNInk

KESANDUNG CINTA DI LIFT

Aku berlari dengan sekuat tenaga. “Aduh bisa gawat nich! masa hari pertama kuliah dah telat.” pikirku sambil terus berlari menuju ruang kelasku yang letaknya di lantai 4. “Astaga! “ aku bergumam sendiri. mahasiswa dan mahasiswi  yang sedang menunggu di depan lift cukup banyak. Mereka semua melirik ke arahku.”Aduh! gimana nich? Dosennya Ibu Juarida.” aku berbicara sendiri. “Naik tangga aja mbak?” seorang mahasiswa berkomentar atas keluhan-keluhanku.”Iya mbak? kayaknya cepetan naik tangga. Bu Juarida kan nggak mau ada Mahasiswa yang terlambat masuk kelasnya.”Seorang dari mereka ikut mengomentari.”Iya sich…! tapi tetep terlambat juga?” jawabku menimpali percakapan mereka yang lebih tepatnya aku menjawab dari saran-saran mereka.

Tiba-tiba lift terbuka. Aku langsung menerobos masuk”Maaf ya mas! darurat.” kataku mendahului mahasiswa lain yang sudah menunggu lebih awal.” Mbak… ngantri dong! kita juga mau buru-buru.” sebuah suara menghardikku dari belakang. Rupanya seorang cowok yang tadi berdiri di depanku. Karena dia termasuk yang menunggu tadi sebelum aku datang. Lift penuh sementara yang lain ikut masuk sehingga mengeluarkan signal suara tanda penuh dan di bagian atas lift bertuliskan “full”.Tanpa rasa bersalah aku berkomentar” Maaf mas..! kan mas laki-laki.. nggak papa ya.. Naik tangga. maaf ya mas..” jelasku mengiba.” Cowok tersebut langsung pergi tanpa memperdulikan permohonan maafku sambil melirik penuh emosi.

“Mbak… mas tadi nunggu lift dari awal. dari tadi dia disela terus.” salah seorang mahasiswa berbicara padaku berusaha menjelaskan.”iya mbak.. kasian juga sich..” sela yang lain. Aku jadi malu sendiri karena aku mendahului dia.”Ach! peduli apa.” pikirku dalam hati.” Diakan laki-laki masa nggak mau sedikit olahraga.” mencoba menghibur diri.

Aku langsung berlari menuju kelasku yang letaknya di Lantai 4 di ujung lorong kampus. tepatnya di ruang 415 Lantai 4 ruang 15. Aku harus berlari kembali menuju kelasku.” Hah! sudah telat 15 menit.” aku  melihat jam tanganku sambil terus berlari mencari ruang 415. Sesampai di ruang 415 aku bengong.” Hah!kok kosong?” Aku berdiri terpaku di depan kelas.”Kemana semua teman-temanku.” pikirku dalam hati. Aku berjalan memasuki ruang kelas yang sepi tanpa melihat ke kanan dan ke kiri.” Kemana mereka? Apa dosennya tidak masuk? Sepertinya nggak mungkin? “ pikirku bertanya-tanya dalam hati. Dari pembicaraan yang aku dengar tadi, Bu Juarida dosen paling disiplin di kampus. Tidak ada istilah tidak masuk dalam kamusnya. Bahkan sakit sekalipun dia akan tetap masuk dan memberikan tugas pada mahasiswa.

“Semuanya ada di Laboratorium bahasa.Hari inikan mata kuliah Listening. Jadi ke Lab. Bahasa.” sebuah suara menegurku dari belakang. Aku terkejut. Aku pikir tidak ada orang di ruangan ini ternyata ada suara.Aku menoleh ke arah suara itu. Aku terkejut dan bengong.”Itukan cowok yang tadi ketemu di lift?” pikirku.” Kenapa dia ada diruangan ini?”. “Nggak usah bengong! Dari tadi aku perhatiin kamu bengong terus? kenapa? kecapean naik lift ya?” cowok itu berkata sambil senyum penuh misteri. Aku yang merasa tersindir diam terpaku dan malu. Aku melirik kearahnya. Aku langsung membalikkan badan akan keluar kelas. “percuma! pasti nggak bakal di ijinin masuk.” sela cowok itu sambil tetap membaca buku yang berada dalam genggamannya. Aku menghentikan langkahku, sambil melirik ke arah cowok itu.” Apa sich ni cowok.Nggak penting banget!” pikirku dalam hati. Aku duduk kembali di kursi paling depan.

Aku mengutuki diri sendiri kenapa juga semalam aku nonton film Korea sampai larut malam. Bukan larut malam bahkan menjelang pagi. Mama sudah menegur aku untuk segera tidur karena hari ini adalah hari pertama aku kuliah. Tapi aku tidak mempedulikan peringatan dari mama. Aku terus asyik menonton CD film Korea tersebut. Hasilnya aku bangun kesiangan. Alarm jam dan HP sudah aku pasang namun, seperti sebuah mimpi aku bukannya bangun malah semakin tertidur pulas. Aku baru bangun jam 6.30. Aku lupa sarapan, aku lupa bawa HP, sehingga aku tidak bisa menghubungi Nitya sahabatku sejak SMU yang sekarang satu kampus bahkan satu jurusan denganku. Ketika aku akan berangkat, aku ditinggal Kak Dion untuk berangkat bareng.

Hari ini adalah betul-betul hari sial bagiku. Ketika mencari taksi untuk berangkat ke kampus ,juga tidak ada taksi yang lewat depan rumah. Padahal taksi biasanya lalu lalang depan rumah mencari penumpang. Ojek juga tidak ada. Ketika minta di antar Mang Jaya supir papa ke depan untuk mencari taksi pakai motor. Motor yang biasa disiapkan dirumah ternyata bannya bocor. Akhirnya aku harus jalan kaki menuju jalan raya untuk mencari taksi. Kemudian ketika sampai kampus berebut lift dengan cowok misterius yang ternyata adalah teman kelasku. Benar- bener hari sial pikirku dalam hati.

Satu jam sudah berlalu di ruang kelas yang sepi. Aku sudah kehabisan akal untuk melakukan kegiatan apa pun. Aku sudah mulai gelisah. Kadang duduk. Kadang jalan keluar berdiri di depan balkon kelas, kadang berjalan menuju jendela samping kiri kelas. “Huh!! Bete! Bete!” gerutuku sendiri. Aku berjalan dengan menghentak-hentakan kaki tanda kesal dan bête. “ Ngapain juga bête! memang salah kita kok terlambat.” cowok itu berkata sambil melihat ke arahku.” “Udah terima nasib aja? kalau absensi kita berkurang satu karena keterlambatan dan kesalahan kita.” dia terus bersuara.” Apa sich..” jawabku karena kesal dengan gaya sok misteriusnya itu.”Kamu sendiri kenapa terlambat? terus kenapa juga nggak ke Lab. kalau kamu tahu hari ini kita belajar di Lab?” tanyaku dengan kesal ke cowok itu.” Aku kesiangan aku tahu kalau di Lab. karena temanku Irwan SMS kalau hari ini kita ke Lab. Karena aku sudah terlambat buat apa juga aku ke sana.Kalau saja kamu nggak mendahului aku masuk lift mungkin aku nggak terlambat.” Jelasnya seperti menyalahkan aku karena keterlambatannya.” Maaf..” aku berkata lirih menyesali atas kesalahan yang aku lakukan. Aku berjalan ke arah cowok itu.”Hey…Namaku Nayla. Maafkan atas kesalahanku tadi. Aku nggak tahu kalau kamu teman sekalas aku.” Aku mengulurkan tangan tanda berkenalan.” Nggak perlu kenalan, aku sudah tahu nama kamu. Aku Rayasa panggil aku Ray.” jawabnya tanpa mengulurkan tangannya. Aku tetap mengulurkan tangan.”Ngapain sich.. sudah tuch teman-teman kamu yang berisik itu sudah datang.Kayaknya udah selesai mata kuliah bu Juarida.” Dia berdiri dan meninggalkan aku yang bengong karena dia yang nggak mau berjabat tangan denganku.”Huh! cowok aneh! sombong!” pikirku dalam hati. “Ih..siapa juga yang mau kenalan dengan cowok aneh kaya dia.”aku menggerutu sambil berjalan ke depan menuju kursi yang tadi aku duduki. Suara teman-temaku mulai terdengar berisik.

“Nayla…! kamu kemana  sich.. di SMS nggak di jawab. di telpon nggak diangkat?” Nitya menghampiriku dan terus bertanya karena keterlambatanku.”Aku nggak punya pulsa” jawabku menirukan salah satu iklan di TV.”Please dech Nay..! Aku tahu pasti kamu nonton film Korea sampai larut malam.”Nitya…” aku merengek sambil duduk di samping Nitya dan ketiga temanku Ayu,Dewi, dan Ria.”Hari ini adalah hari paling sial dalam hidupku. Mulai dari bangun tidur, berangkat ke kampus, bahkan sampai di kelas.” aku menjelaskan pada ke 4 orang sahabatku.

Walau hari ini adalah hari pertama aku kuliah. Tapi aku sudah punya teman dekat. Nitya teman aku semenjak di SMU. Sementara Ayu, Dewi, dan Ria, dari sekolah yang berbeda-beda.Aku berteman dengan mereka semenjak daftar di kampus ini, mengikuti tes masuk, melihat pengumuman kelulusan , sampai pada masa orientasi. Kita merupakan lima sahabat yang dipertemukan di kampus ini. Kita dianggap paling cerewet semenjak mulai daftar sampai dengan ospek. Sehingga semua orang menganggap bahwa kita adalah teman satu sekolah di SMU. Kelompok kami cukup menjadi pusat perhatian karena kecerewetan kami.

“Heh! bengong lagi. Eh! Iya… kamu tadi ngapain sama Ray di ruangan berdua.” Tanya Ayu. “Ngapain apa?” jawabku dengan agak terkejut.” Cie..Nayla.. Ayo ngapain?Eh, Nay dia itu cowok favorit di kampus loch. Setiap hari jadi bahan omongan cewek-cewek kampus loch.” bisik Ria.”Hah! nggak salah tuch cewek-cewek!Cowok kaya gitu jadi bahan omongan. Cowok misterius nggak jelas gitu.” Jawabku sedikit emosi. “Nay..sabar… kenapa sich kok uring-uringan nggak jelas.” Sela Dewi melihat aku seperti tidak suka dengan pujian yang diberikan mereka  tentang cowok misterius yang membuat aku semakin kesal dan merasa hari ini menjadi hari paling buruk.

***

“Kok belum pulang?” Tanya sebuah suara di belakangku.Secara otomatis aku menoleh ke belakang. Langsung wajahku berubah jutek. “Kenapa?” jawabku balas.”Galak banget! Aku kan Cuma nanya?” jawabnya berusaha mencairkan suasana. Tapi hatiku sudah terlanjur bête dengan sikapnya tadi pagi yang sok nggak peduli dan nggak mau menjabat tanganku.Aku diam tak perduli.

Tiba-tiba dia mengulurkan tangannya. “Namaku Rayana. Panggil aku Ray. Maaf kalau sikapku tadi pagi membuat kamu marah. Aku nggak ada maksud apa-apa.” Dia menjelaskan sambil terus mengulurkan tangannya ke arahku. Aku diam terpaku melihat sikapnya.”Apa sich nich orang, sok baik nggak jelas.” Pikirku dalam hati.” Kenapa? nggak mau berjabat tangan? atau mau bales dendam dengan sikapku pagi tadi.”katanya sambil tersenyum manis menatapku. Serrr… aliran darahku bagai tersetrum listrik. Astaga ternyata dia manis juga. Pantas semua cewek di kampus membicarakan dia. Wajahku memerah ketika beradu tatap dengannya. Aku langsung menguasai diriku. Tapi naasnya dia tahu akan perubahan sikapku. Dia tersenyum penuh arti. “Huh! dasar cowok!” gerutuku dalam hati.

Tiba-tiba suara klakson mobil kak Dion mengagetkanku. Aku langsung berlari ke arah mobil. Aku berhenti berlari  sejenak menoleh ke arahnya. “Maaf… aku duluan ya…” jawabku kemudian melanjutkan langkahku ke arah mobil Kak Dion.Aku melambaikan tangan dan tersenyum ke arahnya. Dia balas melambaikan tangan ke arahku sambil tersenyum. “Tuhan senyum itu sungguh senyum paling manis yang pernah aku lihat.” pikirku dalam hati. Aku sempat berpikir kenapa pagi tadi dia bisa semistrius gitu. “Mungkin karena kecewa padaku.” aku mencoba mengira-ngira. Karena siang ini dia begitu manis dan ramah padaku.”Ehem!! ehem..kayaknya ada yang first love nich hari pertama di kampus.” ledek kak Dion karena melihat aku terdiam.”Apaan… siapa juga yang first love..” jawabku sambil terus menghadap ke depan. Aku takut Kak Dion akan melihat perubahan sikapku tadi.” Udahlah Nay…Kakak tahu kamu itu nyembunyiin rasa malu kamu dari kakak kan?” ledek kak Dion.”Kak… dia itu orang yang paling nyebelin di hari ini yang Nay temuin.” Jawabku dengan kesal. “Yakin… ? masa sich… tapi tadi kayaknya pamitnya serius banget.?” ledek Kak Dion lagi.”Kak Dion apaan sich…?” aku merajuk. Sepanjang perjalanan dari kampus ke rumah Kak Dion terus meledek aku. Aku diam saja. Pura-pura marah. Jujur saja. Aku diam karena aku takut kak Dion akan semakin dapat membaca pikiran dan perasaanku.

Pagi ini aku datang lebih awal dari biasanya. Aku tak ingin kejadian kemarin terulang lagi. Aku ingin lebih santai di kelas. Aku tidak menonton CD Korea lagi. Aku janji pada diri sendiri aku akan menonton CD itu hari Sabtu dan Minggu saat libut perkuliahan. Aku bangun lebih awal. Aku pergi  ke kampus diantar Kak Dion.

“Makasi Kak atas tumpangannya.” Aku menutup pintu mobil dan berjalan menuju pintu gerbang kampus. “Nay..” Panggil Kak Dion. Aku berhenti sesaat dan menghadap ke arah Kak Dion “ Ya Kak?” jawabku. “Kamu janjian ya… kayaknya dia dah nunggu kamu tuch..?” Kak Dion berbicara sambil melirik ke arah seseorang. Tanpa aku sadari aku mengikuti arah mata kak Dion. Ternyata Rayana yang juga baru memarkirkan mobilnya.” Kak Dion apaan sich… sana-sana jalan. Ntar terlambat masuk kantor dipotong gaji baru tau dech. “ jawabku, hatiku tiba-tiba bergetar tak menentu. Aku Langsung berjalan ke arah pintu gerbang. Tak kuhiraukan bunyi klakson mobil kak Dion.

Sesampai di kelas aku langsung menuju deretan kursi yang aku tempati bersama sahabat-sahabatku. Ketika aku sedang membuka-buka fitur HP aku merasa ada langkah seseorang menuju deretan kursi tempat dudukku.” Hey.. Pagi! Datang pagi juga?” tanyanya. “Iya?” jawabku tanpa menoleh ke arahnya.”Takut berebut lift lagi ya… kok buru-buru banget?” tanyanya. “Oh! Nggak juga?” jawabku sambil melihat ke arahnya. Pada saat yang sama ketika dia sedang menatap lekat ke arahku.Jantungku seakan berhenti. Aku terpana melihat tatapan matanya. Matanya begitu tajam bagai mata elang menatapku. Aku langsung membuang muka takut terbaca olehnya ke gugupanku.

“Tadi itu kakak kamu?” Tanyanya lagi.” Iya..Kenapa?” tantangku. “oh…! nggak.” Ledeknya. “Banyak omong juga” pikirku dalam hati.” Mau nemenin aku ke kantin nggak?” tanyanya sambil berdiri.”Eh..”Aku bingung menjawabnya. Aku masih terpana dengan sikap baiknya yang tiba-tiba.Dia langsung menarik tanganku. Bagai anak kerbau di cocok hidungnya, aku mengikuti langkahnya.Aku berjalan disampingnya dengan perasaan tak menentu karena bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Aku masih terkejut dengan sikapnya yang begitu berubah tiba-tiba.

Dia memilih tempat di pojok cafetaria. Kemudian dia menarik kursi meja dan mempersilakan aku untuk duduk sementara dia duduk dihadapanku. Kami duduk berhadapan. “Mau pesen apa?”ketika seorang pelayan café menghampiri kami.”Aku pesen minum aja.Jawabku singkat. Aku tidak banyak berbicara dan hanya memperhatikan dia makan. “ Kamu nggak pesen makanan atau snack mungkin?” tanyanya padaku. Aku menggeleng tanpa berkata-kata. Beberapa mahasiswi melihat ke arahku yang sedang duduk bersama Rayana. Mereka memperhatikan aku sambil berbisik-bisik satu dengan yang lainnya. Aku perhatikan Rayana seperti tidak perduli dengan itu semua. Sementara aku sudah mulai gelisah karena menjadi pusat perhatian mereka.”Ray… sudah belum? kekelas yuk?” ajakku setelah kulihat Rayana sudah menyelesaikan sarapannya. “Kenapa buru-buru sich?” tanyanya seperti kurang suka. “Kamu nggak suka makan dengan saya?” Dia berkata dengan ekspresi wajahnya yang mulai terlihat marah.” Bukan gitu Ray…” jawabku “Aku ngerasa nggak enak..semua mata terutama mahasiswi itu memperhatikan aku dan berbisik-bisik. Aku risi!” jelasku pada Rayana. “Kenapa harus memperdulikan orang lain.” Jawabnya ketus.”Bukan gitu Ray… lagipula sekarang sudah hampir jam 8.00 waktunya kita masuk.” Jelasku mencoba mencairkan suasana.”Ya sudah kalau kamu mau ke kelas. ke kelas aja sekarang. Aku disini saja.” Jawabnya tanpa memperhatikan aku yang sudah mulai berdiri.”Kenapa? kita bareng aja…” tanyaku sambil tetap berdiri di hadapannya. “Katanya nggak enak bareng dengan aku karena jadi pusat perhatian?”tukasnya dengan ketus.” Kalau nggak mau ikut tadi bilang dong.” Tanyanya ketus.”Loch…tadikan kamu yang narik aku?” jelasku mulai kesal. Dia tetap duduk dengan wajah yang menyebalkannya itu. “Ya terserah! aku mau ke kelas.” Jawabku sambil meninggalkan Rayana duduk. ku berlari keluar cafetaria.”Manusia aneh!” gerutuku” Dia yang ngajak, Dia yang marah. Manusia aneh.” aku terus menggerutu sambil berjalan ke arah kelas.

“Hey…Nayla…dari mana?” aku lihat tas kamu sudah ada di kelas. Tapi kamunya nggak ada? Darimana?” Tanya Nitya. “Iya…darimana sich.. aku telepon. Nggak tahunya HP kamu ketinggalan di kelas.” Tanya Dewi.Aku diam tak menjawab pertanyaan mereka. Aku langsung duduk di kursiku diantara teman-temanku. “Nay… kamu kenapa?” Tanya Ria.”Kamu sakit?” Tanya Dewi pula. “Nggak…aku nggak kenapa-napa?” jawabku. “Tapi..” belum selesai Ria bertanya. Dosen pengajar telah masuk. Kami semua langsung duduk di kursi masing-masing. Aku mencoba melihat ke belakang ke kursi Rayana. Aku tidak melihat dia di kursinya. “Kamana manusia aneh itu.” pikirku.Selama pelajaran aku sesekali melihat kebelakang. Rupanya ke empat temanku memperhatikan tingkahku.

Mata kuliah jam pertama telah berakhir. Selang beberapa waktu dosen berikutnya masuk. Aku dan keempat temanku serta yang lain tidak mendapat sela waktu karena langsung ke materi kuliah berikut. Mata kuliah jam ke dua telah berakhir. Hingga mata kuliah kedua berakhir Rayana masih belum terlihat wujudnya di kelas. Aku bertanya-tanya dalam hati “kemana manusia misterius tersebut.” Aku mulai cemas karena ketidak hadirannya di kelas. “Nay…kamu nyari siapa sich?” Tanya Nitya.”Oh..Nggak! Nggak! cari siapa-siapa?” jawabku dengan gugup. “Nayla…kita merhatiin kamu sejak tadi pagi gelisah dan seperti mencari seseorang.” Ria menimpali. “Kamu cari Rayana ya…?”Tanya Dewi.”Nggak…siapa juga yang nyari dia.” jawabku. “Nayla.. kamu nggak usah bohong dech. Tadi pagi kita lihat kamu berdua di cafetaria.” jelas Nitya.Aku terkejut karena aku tidak menyangka ke empat temanku melihat aku di cafetaria bersama Rayana.

Setelahmata kuliah berakhir aku langsung pulang. Teman-teman mengajakku pergi ke toko buku, aku menolak dengan alasan ingin nonton film Korea yang belum selesai aku tonton. Aku berjalan ke arah parkiran. Aku lihat mobil Rayana masih berada di tempatnya. “Kemana manusia misterius itu” tanyaku pada diri sendiri.

****
Keesokan harinya aku datang lebih awal lagi. Ketika aku turun dari mobil kak Dion. Aku lihat Mobil Rayana telah terparkir di tempatnya. Aku tidak melihat Rayana. Aku berjalan langsung menuju ke lantai 4 kelasku. Aku melihat ke kursi belakang tempat Rayana biasa duduk. Aku tidak melihat dia di tempatnya. Aku langsung melangkah ke arah kursi aku duduk. Aku mengeluarkan buku dan membaca buku sambil mendengarkan musik dari HPku menggunakan earphone. karena asyiknya aku tidak mendengar dan melihat seseorang masuk kelas dan telah berdiri di hadapanku.

“Mau sarapan denganku?” Tanya suara itu. “Manusia misterius” pikirku dalam hati. Aku mengangkat kepalaku melihat ke arahnya. “Mau nemenin aku sarapan di cafetaria?” tanyanya kembali. “ Nggak.” jawabku singkat. “kenapa?” tanyanya. “Aku udah sarapan di rumah.” Jawabku tegas.”Cuma nemenin aja nggak mau?” tanyanya kembali.”Nggak!aku mau baca buku” jawabku tanpa menoleh ke arahnya.”Nayla… kamu nggak mau berteman dengan aku? kenapa? apa karena aku aneh dimata kamu.” dia berkata dengan serentetan pertanyaan.”Ray… bukannya aku nggak mau sarapan dengan kamu. Tapi aku nggak bisa.” jawabku tegas.”Ya kenapa?” tanyanya kembali. “Ray…kamu datang ke kampus. aku nemenin kamu sarapan. terus ketika perkuliahan satu hari perkuliahan kamu nggak ada di kelas. Aku pulang lihat mobil kamu. ternyata masih .Buat apa?” tanyaku mulai kesal. “Aku bukan orang yang kamu ajak hanya untuk sarapan pagi dan nemenin kamu di cafetaria” aku berkata sambil melihat ke arahnya. “Kamu…kamu nyariin aku? kamu peduli sama aku Nay…maafkan aku ya Nay…? atas sikap aku kemarin”Rayana berdiri tepat di depanku. Jarak kami hanya beberapa senti saja. “Aku mengangkat kepala menatap ke arahnya”Ray…aku peduli sama kamu! Walau Aku baru kenal kamu kemarin.Bahkan dengan sikap kamu yang cuek itu.Aku peduli sama kamu.” Aku menjelaskan dengan emosi. Tiba-tiba Rayana menarik tanganku.”Nay…maafin atas sikapku…” Rayana menggenggam tanganku. Aku diam terpaku mendengar ucapan Rayana yang begitu tiba-tiba.”Nayla… jujur sejak pertama aku melihat kamu di masa orientasi. Aku sudah memperhatikan kamu. Dengan gaya kamu, keluguan kamu. Aku suka sama kamu. Begitu aku melihat kamu di lift kemarin aku seneng karena bisa ketemu lagi. Apalagi begitu aku tahu bahwa ternyata kamu teman aku satu kelas. Nay… aku suka sama kamu.” Rayana berbicara dengan terus menggenggam tanganku.

Aku diam dan terpaku mendengar pengakuannya yang mendadak. Membuat aku bingung harus menjawab apa.”Aku…aku… Ray… aku nggak tahu.. aku bingung.” Jawabku asal bicara sambil menarik tanganku dari genggamannya,karena aku tidak tahu harus berkata apa. “Nay… aku nggak minta kamu jawab sekarang. Yang kamu harus tahu adalah bahwa aku suka sama kamu.Apalagi ketika kita bertemu di lift. Aku kesandung dengan tatapan mata kamu sejak di lift kemarin” Jelas Rayana sambil terus menatap mataku dengan lekat. Aku tak tahu jawaban apa yang harus aku berikan. Ini begitu tiba-tiba.Aku terdiam dalam kebisuan, aku menatap Rayana, aku ingin melihat kejujurannya, aku ingin melihat kesungguhannya. Namun aku belum menemukan itu.

 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler