Skip to Content

Ciuman Untuk Hajar Aswad

Foto jay

Ciuman Untuk Hajar Aswad

LELAKI berumur lima puluh tahunan itu datang kepadaku, minta ditemani mencium hajar aswad. Dia mengacuhkan pembicaraan kawan lain yang mengatakan, untuk mencium hajar aswad cukup lah dari jauh; dengan mengecupkan tangan kanan sambil memandang hajar aswad. Lelaki itu ingin sekali mencium hajar aswad, dengan memasukan kepala ke dalamnya. Dia ingin merasakan kenyaman hati saat mencium batu dari sorga tersebut.
Saya ragu. Karena untuk mencium hajar aswad itu perlu perjuangan, yang tak gampang dan bisa saja tak berhasil. Karena, ratusan orang – di antara jutaan jamaah- yang tawaf mengelilingi ka’bah. Saya ragu, karena kakinya lecet, sehingga agak menyulitkan saya untuk berebutan dengan jamaah lain.
Akhirnya karena dia terus mendesak, saya mau juga. Kenapa dia minta ditemani karena dia tahu saya berkali-kali telah mencium hajar aswad. Dia mendengar perbincangan iseng, yang menanyakan apakah saya telah mencium hajar aswad, saya jawab; saya mencium hajar aswad setelah tawaf sebelum dan sesudah melaksanakan shalat lima waktu. Alhamdulilah, saya memang diberi kemudahan olah-Nya untuk mencium hajar aswad berkali-kali.
Pernah suatu kali, saya membantu seorang ibu yang ingin sekali mencium hajar aswad. Berkali-kali dia ikut berdesak-desakan mendekati hajar aswad yang terletak di sudut Ka’bah, berkali-kali pula dia kembali terdorong ke belakang. Saya ingin membantu. Saya kembali berdesak-desakan. Saya berusaha berada di depan itu. Menjaga agar tak terdorong ke belakang dan menjadi pegangan untuk bersama maju ke depan. Kian mendekati hajar aswad, gelombang desakan tubuh-tubuh yang besar dari berbagai negara itu seakan melemparkan tubuh saya dan ibu itu. Saya berusaha bertahan. Saya lihat ibu itu masih di belakang. Tangan saya menjangkau besi, yang berada di dekat hajar aswad , maka tenanglah saya. Saya menunggu mereka yang bergantian memasukkan kepala ke hajar aswad, setelah itu bersiap-siap berebutan untuk giliran berikutnya.
Ibu itu masih dibelakang saya. Tak dihiraukannya, lelaki-lelaki tinggi hitam dari Afrika atau lelaki bule dari Eropa yang juga berebutan untuk mencium hajar aswad. Saya beri ibu itu kesempatan untuk maju. Tangan saya masih memegang pagar besi kecil di dekat hajar aswad. Ibu itu berhasil maju di depan saya. Saya coba menjaga, dengan tetap tangan berpegangan di besi dekat hajar aswad. Setelah berdiri di depan hajar aswad, tidaklah mudah untuk memasukan kepala. Karena ratusan orang yang berdekatan juga ingin memasukan kepalanya, mencium batu dari sorga itu. Agar mencium hajar aswad itu, kepala ibu itu saya pegang dan saya bantu untuk bisa mencium hajar aswad dan berhasil.
Ibu itu lega. Biasanya, setelah melepaskan ciuman dari hajar aswad, maka tubuh kita akan kembali terdorong ke belakang karena desakan badan jamaah lain yang berebutan mencium hajar aswad. Karena ibu itu ingin ke belakang, dia menolah kepada saya; sudah, sudah jangan halangan saya.
Saya sedikit kecewa. Bukan terima kasih yang diterima. Tapi … kalimat yang berbau marah.
***
SAYA mengatakan kepada lelaki itu, kita tawaf saja dulu, sambil terus mendekati dinding ka’bah. Dia mengikut. Kami terus tawaf hingga akhirnya berhenti di dinding ka’bah. Kami bergeser sedikit demi sedikit menuju hajar aswad. Makin mendekati hajar aswad, tubuh kami kian terjepit ke dinding ka’bah. Kami terus bertahan. Saya perhatikan dia, nafasnya sudah tersengal-sengal. Kami makin terjepit. Lelaki itu belum mau menyerah. Sungguh sulit mendekati hajar aswad. Posisi saya berada di depan lelaki itu. Saya berusaha mendekat, terus mendekat dengan susah payah. Merayap di dinding ka’bah. Marapat sambil sesekali berdoa, semoga diberi kekuatan mencium ‘hanya batu pecahan-MU dari sorga’. Kami mencium aroma sorga hanya dari batu-Mu …
Saya berhasil berpegangan di besi dekat hajar aswad. Saya cium hajar aswad, cukup lama … hati yang nyaman terasakan. Tak ada ingatan tentang berbagai urusan duniawi. Tak sejuta pikiran tentang urusan hidup. Saya cium beberapa kali.
Setelah ciuman dilepas, lega sekalipun jamaah yang tawaf menyadarkan kita bahwa kita masih di dunia. Saya tahu lelaki itu belum memenuhi hasrahnya untuk mencium hajar aswad. Saya berusaha membantunya. Tangan kanan saya mengarahkan kepalanya, dan lelaki itu cukup lama pula mencium batu dari sorga itu. Alhamdulilah.
***
KAMI sedang duduk-duduk di dekat pintu masjid haram , ketika istri lelaki itu menemui kami. Kami kelelahan setelah mencium hajar aswad. Selain kami, ada pula beberapa—ada sekitar 5 orang-- pemuda asal Banjarmasin, yang duduk di dekat kami. Kami berkenalan. Setelah bercakap-cakap, kami mengetahui bahwa para pemuda dari Banjarmasin itu mencari makan dengan menwarakan jasa untuk membantu mencium hajar aswad. Ongkosnya 25 real.
Istri lelaki itu menanyakan, apakah kami sudah mencium hajar aswad? Kami jawab sudah dan dia juga ingin mencium hajar aswad pula. Suaminya berkata, cukup sulit mencium hajar aswad. Istrinya tetap bersikeras. ‘’Bila tidak mau menemai, biar saya sendiri saja,’’ dia lantas melangkahkan kakinya menuju hajar aswad. Sendirian.
Saya lantas meminta para pemuda itu mengikuti untuk membantu istri lelaki itu mencium hajar aswad. Mereka mengatakan, cukup tiga orang saja. Nantinya saya di depan dan dua orang di sisi kiri dan kanan istri lelaki itu. Kami lantas mengganti jasa mereka 25 real.
Tak berapa lama istri lelaki itu datang. Sendirian. Pemuda dari Banjarmasin itu tidak ada lagi ‘’Alhamdulilah pak, Allah melapangkan jalan saya. Dengan mudahnya saya melangkah mencium hajar aswad. Jalan seperti terbuka …,’’ istri lelaki itu bercerita. ‘’Di depan dan di samping saya seperti ada yang melindungi. Orang di depan saya malah nampaknya tidak mencium hajar aswad, dia member kesempatan kepada saya. Begitupula yang berada di samping kanan dan kiri saya, mereka menjaga saya. Mungkin mereka itu malaikat ya …’’. Istri lelaki it uterus menceritakan pengalamannya, yang terasa mudah mencium hajar aswad.

Saya dan lelaki itu hanya tersenyum. ***
Masjidil haram,Mekkah 2003

Komentar

Foto Diah L Wardani

Semoga pada kesempatan

Semoga pada kesempatan berikutnya saya dan suami dan anak2 dapat mencium hajar aswad...aamiin

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler