Skip to Content

Daun-Daun Tua

Foto Asep Mundzir

Beberapa helai daun di pohon beringin raksasa itu terlihat sudah waktunya untuk gugur, lepas dari dahan tua yang ringkuk dimakan waktu. Namun, angin yang kerap berdesir pelan tak cukup kuat untuk menerbangkan daun-daun tersebut. Nampaknya, daun-daun tua yang sudah rapuh itu masih terlalu sayang pada si beringin yang telah sudi menjadikan mereka ada. Mereka berayun-ayun diterpa angin yang tak lelah bertiup. Hujan yang sesekali datang mengguyur pepohonan dan tanah pun, hanya mampu memberi sedikit tepukan ringan lewat bulir-bulir air yang telah terlebih dahulu menimpa daun-daun muda yang bertengger di dahan-dahan bagian atas. Daun-daun tua tetap ngotot tidak mau lepas. Setiap pagi, butir-butir embun menjelmakan diri di permukaan kulit daun yang sudah kering meriput dan tidak lagi mampu menyerap zat kehidupan apapun. Daun-daun tua kini berada dalam posisi sulit. Di satu pihak, mereka tidak mau berpisah dari si beringin tua pendiam yang mereka sayangi. Di pihak lain, keberadaan mereka sudah tidak dibutuhkan lagi oleh si beringin tua. Mereka terombang-ambing dalam dilema. Mereka mencoba bertanya kepada si beringin ketika malam senyap. Namun, suara mereka hanyalah berupa decit-decit kecil yang langsung saja tersapu oleh deru angin. Si beringin tua tak bergeming. Daun-daun tua menangis lirih.

Setiap hari, kejadian yang sama berulang, terpaan angin, guyuran hujan, dan panas matari yang membikin lekang tanah. Namun daun-daun tua tetap bertahan. Si beringin tua tetap tidak mau bergeming. Kini, bahkan daun-daun tua telah berhenti menangis. Kesunyian kini yang menghinggapi daun-daun tua dan juga si beringin seolah menjadi sebuah medium bagi mereka untuk saling berhubungan. Daun-daun tua yang ngotot dan si beringin yang pendiam. Menjalin hubungan dengan cara yang tidak mampu dipahami oleh siapapun. 

Kisah mereka mungkin adalah kisah yang sangat mengharukan sekaligus juga membosankan. Membosankan karena kau tidak akan mau berlama-lama memperhatikan beberapa helai daun tua pada sebuah pohon beringin yang kau temui secara sembarang saja, hanya untuk mencoba memahami kisah yang terjadi di antara mereka. Namun, kisah ini juga, mungkin saja, mengharukan karena aku yang menceritakannya padamu dengan bahasa dan kata-kata yang aku rangkai sendiri dengan sedemikian rupa dan susah payah hanya agar kau mau membaca cerita ini sampai habis. Anyway. Kau sebenarnya bisa saja mereka-reka sendiri kisah daun-daun tua tersebut ketika kau melihatnya masih bertengger di kepala sebuah pohon beringin, jika saja kau merasa ceritaku tidak cukup memuaskan.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler