Daun yang gugur

Seseorang selalu menemukan perjalanan. Perjalanan nya di setiap waktu. Baik perjalanan ke suatu tempat , ke suatu pertemuan bahkan ke dalam perjalanan kehidupan seseorang di sekitar.

Sejak kita keluar dari perut sang Ratu dunia, yaitu Ibu. Hingga sekarang, sebelum keluar pun sudah di tuliskan garis start dan garis finish perjalanan hidup. Bisa di bilang, garis start itu adalah pertama kali kita bernafas, melihat, menyentuh, mendengar dan bersuara tatkala kita lahir. Dan garis finish nya adalah kematian. Tentu garis finish bukanlah garis akhir yang kita tempuh. Justru akan ada garis baru lagi. Garis kehidupan lain yang di antara kita tak akan pernah tahu apa rasa nya, kecuali ada petunjuk-Nya di dalam hadits dan Al-Qur'an. Hanya ada gambaran, namun terkadang bagi kita itu hanyalah sebuah gambaran umum. Biasa saja. Coba berpikir lagi, ketika kamu berpikir seperti itu, tahukah kamu? Hati mu telah banyak noda hitamnya. Tak ada celah sedikitpun menerima ke-khusyuk-an tentang-Nya. Hati mu dan batu tak ada beda nya.
Memang benar, Al-Insan atau Manusia di takdirkan dengan sifat pelupa, membantah. Musibah ini lah awal sebuah bencana sebelum mencapai garis finish.
Baru saja kita akan melewati jembatan, tapi kita malah sibuk membangun istana di atas jembatan tersebut. Tahukah apa jembatan itu? Jembatan yang aku maksud adalah dunia.
Sebelum hujan air bergantikan hujan batu.
Sebelum cahaya mentari terik kan sinarnya.
Sebelum langit biru merubah warnanya menjadi gelap selamanya.
Sebelum daun gugur tapi jatuh ke atas.
Apakah masih ada kesempatan dalam hati kita untuk memberi ruang cahaya yang harusnya kita ambil?
Aku telah banyak menggelapkan cahayaku yang seharusnya menjadi petunjuk jalan ku di jembatan itu.
Jembatan kehidupan di atas kehidupan.
Jangan kamu tanyakan hatiku.

Coba, tanyakan hati kita.
Masih kah ada kerinduan yang dulu ingin dekat dengan-Nya?


-di bawah terik mentari-
MKH