Skip to Content

DIA GADIS MUNGIL KU

Foto agiz

Aku kini baru sadar bahwa ia bukan gadis mungilku yang dulu lagi, dulu ia selalu datang memelukku sehabis aku pulang kerja. masa masa itu telah berlalu siring gugurnya daun- daun jati yang meranggas.setiap kali aku menatap wajahnya aku seperti melihat bidadari. kini wajah itu mulai memudar seiring bergantinya musim, lama kelamaan wajah itu seperti .......wajah ibuku.

semenjak kepergian kedua orang tuaku, akulah yang menjadi ayah sekaligus ibu baginya, aku masih teringat waktu ia merengek- rengek minta di belikan coklat, namun aku keukeuh menahannya, hingga akhirnya ia nagis dan mogok makan seharian penuh, pun akhirnya aku mengalah juga dengan membelikannya silverqueen. pikirku saat itu aku takut kalau nanti giginya akan berlubang tidak karuan karena ia seorang cewek. jangan sampai giginya seperti gigiku sekarang ini, dari gigi seri yang atas dan bawah, semuanya berlomba2 beradu siapa yang paling bisa numbuh jadi besar.

aku masih teringat hal lucu, sekaligus konyol. saat menjelaskan padanya apa itu menstruasi. aku berusaha menjelaskan secara ilmiah, tapi dia tidak bisa mengerti juga, aku juga bingung maenganalogikan semua tanpa alat bantu. akhirnya dengan mentutupi segala rasa malu yang ada aku pergi juga ke warung yang agak jauh dari tempat tinggalku sekarang, kau tahu apa yang ku beli saat itu...................pembalut wanita, sungguh memalukan sekali bagi seorang laki2, karena saat itu sang penjualnya-pun sedikit mengedipkan mata saat aku menyebutkan barang yang ku minta. "aku berdalih untuk istri saya" ( boro2 punya istri, mencari teman kencanpun aku kesampingkan sejauh ini).

Aku juga bingung saat menjelaskan satu kata yang begitu sulit aku dheskripsikan......."pemerkosaan". karena aku tahu bahwa kerasnya kehidupan Jakarta membuat setiap kondisi yang ada di jadikan sebuah alasan pembenaran untuk melakukan sebuah tindakan kejahatan. akhirnya aku sodorkan juga buku2 tentang siklus perkembangan seorang wanita, walau aku terkesan memaksa tapi hanya itu yang kurasa cara yang tepat untuk menyampaikan pesan. 

karena over protektif, terkadang aku selalu mngecek jadwal pulang sekolahnya, dengan siapa ia berteman, teman lelaki mana yang dekat dengan dia. sampai-sampai pernah sekali aku memasuki daerah privasinya......membuka tas kepunyaanya tanpa meminta izin terlebih dahulu.

"assalamu'alaikum .... kakak...., dede pulang!!!", kebiasaan itu sampai saat ini belum juga ia hilangkan. setiap ia pulang dari dari sekolah, ia langsung datang memelukku. ohya aku belum memberi tahumu, adikku itu kini kelas 1 SMP.
" eeeeh apa yang kemarin kakak bilang sama dede!!!", aku pura- pura melotot
" sekarang kakak nggak sayang lagi sama dede!!"
"sudah sana ganti baju dulu, lalu kita makan bareng, sudah kakak siapkan makanan kesukaanmu. sayur asem, sama ikan asin".

mendengar kataku, liam( ya.. nama itulah yang aku pakai untuk memanggilnya, nama sebenarnya maryam, tapi karena saat itu ia masih kecil, bibirnya masih cadel, hingga yang keluar dari mulutnya saat ditanya tetangga "siapa namamu gadis kecil?" dijawabnya "maliam" kini setelah ia tumbuh dewasa aku tak mau mengganti namanya dengan maryam, bagiku sampai kapanpun ia tetap maliam, adik permpuanku yang paling kucintai sedunia ). bergegas ia kekamarnya. selang beberapa menit kemudian ia sudah mengganti bajunya dengan setelan baju warna biru muda. seperti biasanya lewat meja makanlah kami mendiskusikan segala masalah yang ada. mulai dari bagi2 pekerjaan, beres-beres rumah, dan kali ini, aku akan menjelaskan padanya hal yang kurasa sudah saatnya ia mendengarnya. kini kami berdua duduk berhadap2an. kumulai pembicaraanku di sela2 makan siang hari ini. " sudah kau baca buku2 yang kakak berikan kemarin?" ia mengangguk saja karena di mulutnya masih penuh dengan nasi yang masih di kunyahnya. ku jelaskan padanya bahwa sekarang ia bukan anak kecil lagi, ia harus menjaga jarak dengan teman main laki2 termasuk aku, tak boleh lagi sembarangan peluk.

awalnya ia protes padaku, ia menyangkal bahwa sekarang aku tidak menyayanginya lagi. tapi kini aku mulai bisa menyampaikan saranku dengan analogi yang bisa ia terima. setahun berlalu kini gadis itu tak bisa kusebut kecil lagi, rambutnya kini tergerai panjang, bagian depannya kini tak seperti dulu lagi, kini ia lebih terlihat feminim, dan mulai keluarlah kecentilan gadis remajanya.

aku sendiri sampai saat ini hanya mengandalkan penghasilanku dari jual majalah dan koran harian. sesekali aku iseng mengirimkan cerpen ke sebuah penerbit majalah remaja. aku sendiri hanya tamatan smp, karena semenjak kebakaran yang menghabiskan seluruh harta benda termasuk kedua orang tuaku itu aku putus sekolah, namun hal itu tidak menghilangkan kebiasaanku membaca buku.

sekarang setelah terlihat sebagai remaja. aku tak canggung lagi pergi ke pasar untuk membelikan peralatan dan accecoris buat adikku. karena orang yang bertemu dengan kami pasti selalu mengira bahwa kami ini pasangan yang cocok. sejak saat itu kontan saja setiap ada orang yang tak mengetahui siapa kami berdua, aku mengatakan bahwa ia pacarku.

Dulu ia terlihat tomboi, makanya sekalian saja aku suruh ia ikut olah raga beladiri, agar kalau ada apa2 di jalan ia bisa membela diri dengan baik. "akhir - akhir ini kakak lihat kamu jarang masuk latihan karate lagi?" 
" cape kak, lagian badan dede, sakit kalau habis latihan"
memang tujuanku sebenarnya bukanlah untuk sebuah kejuaraan tingkat nasional ataupun internasional. tujuanku saat itu hanya sekedar untuk membekali dirinya bila sewaktu- waktu ada kejadian yang tidak di inginkan di jalanan, apalagi di kota metropolitan sebesar Jakarta.

"Tapi, kakak yakin ada satu jurus yang tidak diajarkan oleh senseimu"
"jurus apaan itu kak? , khan kakak nggak pernah ikut bela diri apappun?". 
"bagi kakak ilmu itu bisa di dapat, di mana saja dan kapan saja asalkan kita mau"

"liam"? apa yang akan kamu lakukan bila suatu saat kamu dalam suatu jalan buntu dan kamu akan diperkosa seorang laki2 yang kalau di taksir kamu tak akan pernah bisa mengalahkannya?.

dia diam saja tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.....
"liam" pukul aja membabi buta"...
"kalau ia sebesar ade rai?"

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler