Aku menganggap serius semua kisah cinta yang pernah dikisahkan kepadaku.
Aku menghormati semua cinta yang digambarkan dalam kisah-kisah yang diceritakan untukku.
Aku mungkin akan tersenyum mendengar kisah cinta monyet yang diceritakan salah satu muridku dulu, gadis belasan tahun yang begitu mengharapkan cintanya dibalas, sampai sampai dia menggunakan ancaman kekerasan atau bunuh diri.
Tapi, aku tetap menganggap serius perasaan si gadis itu, karena yang dirasakannya adalah kepedihan yang manis dan tak tertahankan dari kerinduan yang dalam. Perasaan semacam itu aku yakin, tidak semestinya aku remehkan sebagai kebodohan menggelikan seorang anak.
Toh, aku juga melihat diriku dan sebagian perasaanku dalam diri si gadis belasan tahun muridku ini.
Aku, dia si gadis belasan tahun, dan kita semua, pada satu ketika akan mendapat peringatan awal dari sphinx yang menakutkan, yang menghadapkan dua dari msiteri-misteri besar kehidupan:
"bagaimana mungkin aku begitu mencintai seseorang, sedangkan mereka tidak mencintaiku" dan
"bagaimana mungkin aku bisa mencintai dan membenci orang yang sama?"
kita tuh cuma punya dua hal dalam hidup, keterbatasan dan kemungkinan
kita ini cuma budak, budak dari perasaan dan logika kita
kalau jiwa kita tidak diasah, kita kan terus jadi budaknya perasaan dan logika kita.
padahal yang kita punya cuma keterbatasan dan kemungkinan
kita ternyata sejatinya tidak pernah punya apa apa
maka seandainya kita tidak diperbudak perasaan dan logika kita sendiri
kapanpun dikasih dan kapanpun diambil sama tuhan, waktu akan membantu dengan cepat meredakan semua rasa dan logika kabur itu
seorang sahabat, pernah punya pacar selama 5 tahun, sudah beristri dan beranak, pemakai narkoba pula
dia terima dengan penuh cinta
pada satu ketika mereka menikah sirri
ternyata, pernikahan itu hanya berlangsung dua bulan, si laki-laki pergi meninggalkannya begitu saja
...........
kejadian itu dua tahun yang lalu, dan aku sangat tahu pasti perjalanan dia sampai detik ini
benci dan tetap cinta pada orang yang sama
teman yang lain, dengan kisah yang jauh lebih tragis
suami pertama suka main tangan, punya dua anak kemudian cerai
suami kedua meninggalkannya begitu saja ketika anaknya baru berusia 3 bulan
dan hingga kini dia tetap sangat mencintai suaminya, meski demikian menyakiti
seandainya bisa, menghadapi masa-masa emosional penuh chaos dalam jiwa hingga memungkinkan kita mengambil langkah diluar batas.... ijinkan kusampaikan
redakan dulu emosi ini
kuasai dulu jiwa dalam diri
temukan diri dalam diri ini sendiri
ketika itu sudah terjadi, aku yakin hal-hal yang kan dilewati di setiap detik kehidupan, tidak akan membuat terombang ambing dalam ketidakpastian dan keterpurukan
tapi jangan heran bila prosesnya tidak mudah, tidak sebentar, dan sangat berliku
tinggal bagaimana cara menghadapinya
Komentar
Tulis komentar baru