Skip to Content

Emosi Bayi

Foto Steven Sitohang

Rengekan dalam dorongan penuh paksa. Menghapus kesunyian malam, memainkan kekuatiran. Air mata pasrah mengiba hati dewasa, memberi susu dalam gendongan pelukan ternyaman. Berjibaku pahami bahasa aneh dalam ayunan, pahami berbagai peranan di bawah satu atap. Banyak yang belum dan mengapa terasa umum?. Berusaha menilai dalam tugas segala tatap.

 

Bertubi hal baru terlihat dalam ruang dalam alam, melihat langit sebagai satu lukisan terindah. Orang tua jadi badut setelah keluar dari ranah terdalam. Badut yang menyedihkan membuat rengekan, rintihan, tangisan adalah bahasa.

 

Bukan sekedar bahasa kehangatan, bukan hanya gendongan atau peran yang kau kenakan. Bukan tentang makanan lezat dan sehat untukku, bukan tentang susu dari buah dadamu. Dan bukan saja tentang ciuman itu. Segalanya indah bagiku. Tapi….

 

Tengoklah sekelilingmu, ayah dan ibuku. Apa yang telah kau lakukan pada serangga itu. Puluhan nyamuk kalian bunuh katanya karena aku!. Apa yang kau lakukan pada parit itu, ia tersesat sesak karena tersumbat. Apa yang terjadi pada hutan, yang mungkin 10 tahun lagi akan aku nikmati segala keindahan isinya. Apa yang terjadi pada gunung itu, pada saat itu juga aku akan mendakinya dan paru-paruku ingin menikmati udara segarnya. Apa yang terjadi di sungai dan laut. Itu adalah air, ayah dan ibuku. Kita semua tahu, tubuh ini mengandung air sebagian besar. Apakah kelak aku masih bisa bermain dan berenang di sana. Dan kalian bisa mengganti air dengan apa!

 

Ini tentang apa yang telah dan sedang kalian lakukan berdampak puluhan tahun kedepan. Kalian bisa berkaca pada cermin hari kemarin, meneropong hari esok, sekaligus setia pada hari ini. Katanya kau sayang padaku. Kau tetap menjagaku dengan benar. Dan kau terisolasi pada diriku saat ini, itu kesalahan sekaligus alasanmu. Jelas puluhan tahun kedepan adalah juga tentang diriku dan teman-temanku. Tentang manusia dan alamnya. Tentang gadis-gadis itu, yang manis, bersemangat dan penuh dengan kebahagian, yang akan menjadi kekasihku dan satu akan jadi istriku, keluargaku seperti dirimu sekarang. Kami pun ingin menikmati alam dengan udaranya, dengan pohon-tumbuhannya, bersama kupu-kupu, dengan burung-hewan, dengan apa adanya. Kau sangat baik tapi egois untuk hari esok!

 

 

( Kayu Agung, Palembang. 31 Juli 2014)

Komentar

Foto Mah Khamoon

Iss keren

Iss keren

#MahK

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler