DI hari ahad itu seorang Guru Besar berfatwa kepada murid-muridnya.
" Berpaling dari ALLAH ketika turunnya qodrat berarti matinya agama, binasanya tauhid, musnahnya kepasrahan & keikhlasan".
" Ya, semua jiwa itu saling bertentangan, saling berebutan. maka barang siapa yang menginginkan kebaikannya, hendaklah ia melatihnya sehingga ia terbebas dari keburukannya".
" Dengan pertolongan & pengharapan bersabarlah kalian bersama-Nya, ingatlah kalian kepada-Nya. Dan jangan kalian tinggalkan ingatan itu sesudah mati, karena pada saat itu tidak ada guna bagimu tentang ingat ALLAH".
" Perbaikan hati hanya dapat dapat dilakukan dengan taqwa, kepasrahan kepada-Nya, meng-Esakan-Nya & ikhlas dalam semua amalnya".
" Ingatlah wahai murid-muridku, jangan engkau memberi petuah kepada orang lain, sementara di dalam dirimu bersemayam sesuatu yang perlu engkau perbaiki".
" Jika tauhid berada di ambang pintu, sementara syirik berada di dalam rumah, maka itulah esensi kemunafikan, celakalah engkau, mulutmu bertaqwa, sementara hatimu durhaka. Mulutmu bersyukur, sementara hatimu berpaling".
" Tidurlah di bawah naungan qodrat, luruskan dengan kesabaran, mengikuti dengan ketaatan, beribadah dengan selalu menantikan kebahagiaan, jika engkau benar-benar seperti itu, maka Dzat yang maha kuasa akan menyiramkan semua anugerah-Nya, semua nikmat-Nya, dari semua yang diluar apa yang engkau cari, apa yang engkau angan-angan".
" Wahai hati, wahai ruh, wahai manusia, wahai jin, wahai orang-orang yang berharap kepada sang Raja. Marilah ! kita ketuk pintu sang Raja. Berusahalah kalian kepada-Nya dengan telapak hati kalian, dengan telapak taqwa & tauhid kalian, kemakrifatan, kewira'an kalian yang berharga".
Komentar
Tulis komentar baru