Skip to Content

GANYANG MALAYSIA

Foto usman hasan

GANYANG MALAYSIA

Crepen Usman Hasan

Aku tak ingat persis hari, tanggal dan bulan. . Yang jelas peristiwa itu terjadi pada tahun 1960-an,di-era  pemerintahan Sukarno. Aku masih  kanak-kanak. Ketika itu masih SD (dulunya namanya sekolah rakyat disingkat SR).

Kami siswa dari SD sampai SLTA melakukan demo besar-besaran. Mungkin setelah mendengar kata demo kemudian yang terpikir oleh pembaca adalah demo masa reformasi 98, atau demo anti korupsi ke KPK, atau demo warga menolak tambang asing.  Bukan. Demo kami anak sekolah ketika itu demo yang berbeda. Mendemo negara Malaysia. Mendemo PM Malaysia Teuku Abdul Rahman yang oleh Sukarno disebut sebagai pemimpin boneka negara imperialis Amerika dan Inggris.

Terus demonya gimana ? Karena mendemo Teuku Abdul Rahman, apa kemudian mendatangi istananya di Malaysia. Oh tidak, pembaca yang budiman. Kalau ke Malaysia, pertama harus mengeluarkan biaya besar, Kedua, mengandung resiko besar, jangan-jangan yang demo malahan ndak kembali lagi ke tanah air.

Jadi, ada caranya. Baiklah saya ceritakan caranya .

Anak sekolah dikumpulkan ditengah lapangan luas. Ada berbagai bendera  dari partai politik. Ada PNI, PKI,NU, PSII, Perti, Parkindo, Partai Katolik, IPKI, Murba. Ada juga bendera dari  organisasi siswa yang menjadi sayap dari partai politik (maklumlah, kala itu setiap partai politik memiliki organisasi siswa yang menjadi sayap partai seperti GSNI sayap dari PNI dll). Kemudian ada mimbar tempat Bupati, petinggi partai, petinggi organisasi siswa berorasi.

Ganyang Malaysia. “ Teriak orator.

“Ganyang.” Sambut siswa

“Teuku Abdul Rahman. “

“Gantung .”

“Amerika. “

“Setrika”

“Inggris.”

“Linggis.”

“Armada ke VII Amerika. “

“Usir.”

 

Sesudah itu bagaimana kelanjutannya ?

Melakukan pembakaran . Tapi jangan salah duga pembaca sekalian,  yang dibakar bukan toko China. Bukan gedung pemerintahan. Bukan kediaman Bupati.

Yang dibakar adalah patung Teuku Abdul Rahman. Jadi, memang sudah ditempatkan sebuah patung yang terbuat dari ijuk, dianggap sebagai Teuku Abdul Rahman. Di patung itu ditempelkan poster Teuku Abd Rahman. Setelah siswa sudah emosi,  kebenciannya sudah memuncak, maka siswa diarahkan  menusuk pakai bambu runcing patung Teuku Abdul Rahman. Siswa berebutan menusuk . Setelah puas,  Petinggi salah satu partai membawa korek api dan bensin, patung dibakar. Siswa dan petinggi partai politik bersorak gembira. Puas. Acara selesai ***

 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler