Skip to Content

Gula tanpa Kopi

Foto Miyos Ndaru

Beberapa malam terakhir yang kulewati memang terasa dingin, namun kali ini lebih dingin dari malam-malam sebelumnya. Mungkin karena sejak tadi pagi hujan mengguyur tanpa henti. Berkali-kali kurapatkan jaket biru pemberian Dewa, calon suamiku. Reseleting depan yang sudah rusak, membuatku tak dapat mengancingkannya. Meskipun sudah rusak, aku tetap masih suka memakainya. Beberapa kenangan bersamanya memang sulit sekali untuk dilupakan, bahkan barang-barang pemberiannyapun masih kusimpan.

“Stop, sini saja Lan!”, perintahku kepada Wulan yang mengantarku pulang malam ini. Dulu sewaktu masih ada Dewa, dia yang selalu mengantarkan dan menjemputku pulang kerja. Biasanya aku selalu membawakan kopi bubuk yang belum jadi, bonus lembur malam hari. Sesampainya di rumah, setelah mengantarkanku pulang kerja barulah kita menikmati kopi buatanku. Setelah itu dia pulang ke rumah kontrakannya. Namun, sekarang bonusan kopi bubuk itu, kutinggalkan saja disana, terkadang Wulan yang mengambilnya. Aku sudah enggan membawanya pulang. Sebab sudah setahun lebih kami harus menghentikan kebiasaan itu. Dewa terpaksa harus pergi ke surga.

“Kok nggak sampai rumah aja Nis?”, tanyanya penuh selidik. ”Sampai rumah saja ya, biasanya kan juga sampai rumah”.

“Terimakasih Wulan, aku turun disini saja ya, lagian masih rame kok”, elakku. Memang rumahku masih 10 menit dari sini, tetapi kasihan Wulan jika mengantarkanku sampai rumah. Lagipula besuk dia juga masuk kuliah pagi. Jarak kedai kopi, tempat kita bekerja separuh waktu, dengan rumahku sekitar 20 menit, namun rumah Wulan lebih jauh dari rumahku, dia nanti sampai rumah bisa dini hari, sekarang saja sudah pukul 23.30, pikirku. Sama halnya dengan Wulan, semenjak ayah meninggal, aku harus bekerja agar bisa tetap kuliah, dan tidak merepotkan ibu.

“Ya, sudah kalau begitu, salam buat ibu ya”, aku hanya mengangguk dan tersenyum. Kulihat Wulan mulai memutar balik motornya dan menjauh dariku.

Setelah dia sudah tak terlihat lagi, aku mulai menyusuri jalan menuju rumah. Perlahan mulai kulangkahkan kedua kakiku. Jalanan yang becek akibat hujan deras tadi, membuatku berjalan agak sedikit berjinjit. Gerimispun mulai turun lagi.

Dari kejahuan kulihat sebuah bangunan yang gelap tanpa penerang. Gedung itu bekas pabrik gula yang sudah lama mati. Kuingat beberapa cerita mengenai gedung tua itu. Beberapa tetanggaku sempat melihat bekas para pekerja disana berjalan mondar-mandir sambil membawa tangan atau kepala mereka di depan gedung. Ada pula yang katanya mendengar suara berbagai mesin hidup kembali. Namun, kutepis semua ingatan  tentang cerita gedung itu. Kembali kulangkahkan kaki, sambil berkomat-kamit membaca doa apapun yang aku ingat.

Sampai di depan gedung, jantungku mulai berdebar kencang. Lidahku tiba-tiba kelu. Ingatanku tentang beberapa surat pendek hilang seketika. Hawapun terasa sangat dingin. Aku semakin mempercepat melangkahkan kedua kakiku tanpa melihat ke arah gedung itu. Tiba-tiba seseorang melintasiku sambil berlari ke arah ke gedung itu. Mau tak mau aku harus melihatnya. Kutengok ke kanan dan ke kiri tak ada satu pun tanda-tanda kehidupan. Aku masih berpikir darimana asalnya orang itu, padahal gedung ini dikelilingi oleh sawah.

Rasa penasaranku dengan orang yang sempat menyerempetku tadi semakin menjadi-jadi. Kuberanikan diri memasuki gedung. Lampu baterai yang selalu kusimpan di tas kerjaku mulai kukeluarkan. Perlahan kulangkahkan kedua kakiku masuk ke pelataran gedung. Sesampainya di depan pintu gedung, kucoba mendorong pintunya yang telah terbuka sedikit. Bunyi denting kaca mulai terdengar samar-samar. Sepertinya orang itu sibuk mengaduk ngaduk sesuatu di atas meja, sambil duduk membelakangiku.

“Rengganis, kenapa diam saja, ayo kita nikmati bersama, kamu bawa kopi seperti biasanya kan sayang?,” katanya sambil berbalik memegang dua cangkir dan tersenyum manis kepadaku.”Lihat ini sudah kumasukkan gulanya, sekarang mana kopinya?”, lanjutnya.

"Dewa?", pekikku nyaris tak terdengar.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler