Skip to Content

Jalan Hidup dan Obsesiku

Foto Zhaf Vulcano

Jalan Hidup dan Obsesiku

 

Meretas hari menapaki hidup, betapa tidak terbelalak mata hatiku melihat kenyataan  ini. Kembali ke belakang pikiranku, lintasan hidupku tahun-tahun kemarin kuurut kembali. Sebagaimana orang lain, aku telah menapaki hidup dengan berbagai warna. Warna itu ibarat benang beraneka warna bila ditarik ada yang lurus dan ada yang kusut, tak beraturan, dengan warna yang tidak serasi lagi, no matcing. Kutempuh setapak demi setapak, kadang menemukan jalan lurus atau jalan yang tidak kupikirkan sebelumya akan terjadi, apalagi singgah di hatiku.

Aku masih muda, boleh dibilang terlalu muda. Dengan genggaman tanganku bisa meraih masa depan. Flash back pikiranku kembali lagi, apa sebenarnya yang kumau? Sering aku tidak mengerti. Antara keinginan dan kenyataan yang sering berbenturan membuatku hampir-hampir putus asa menghadapi hidup ini. Tetapi apakah dulu aku memilih untuk dilahirkan? Namun rasa syukur itu selalu ada. Disaat usiaku masih remaja seperti sekarang ini, kiranya langkahku masih panjang, meski batu terjal kehidupan akan menghadangku. Oww....apakah aku kuat untuk melangkah terus?

Kuurai berbagai obsesiku, aku suka sekali dengan alam dan jagat ini. Terinspirasi untuk menjadi seorang antariksawan, yang menyatu dengan jagat ini sebagai tanda syukurku. Atau aku esok berkeinginan berkecimpung di dunia seni, dengan segala kepekaan hatiku. Namun semua itu segera tertepis dengan ingin menjadi pesepak bola. Kenapa? Inilah rasanya satu-satunya impianku kelak aku akan berhasil. Masih lekat dalam inganku, waktu SD ditanya guruku, “Jika sudah besar kamu mau jadi apa?” Kiranya pertanyaan ini adalah hal yang biasa dilontarkan oleh seorang guru untuk menyemangati muridnya tentang cita-citanya kelak. Kalau teman-temanku banyak yang menjawab aku mau jadi dokter, tentara, polisi....tapi aku jawab, “Menjadi pemain sepak bola terkenal, bu.” Sembari pikiranku melayang pemain sepak bola idolaku, baik  dalam negeri maupun luar negeri yang juga digandrungi oang lain, terutama anak muda sepertiku. Mungkin guruku agak kaget juga, kok pesepak bola? Mungkin itu yang kubaca dalam pikiran guruku. Namun,  dia hanya memberiku saran, “ Berdoalah supaya sepak bola Indonesia segera membaik.” Betulkan....mungkin guruku khawatir juga denganku, muridnya, dengan melihat perkembangan sepak bola tanah air yang masih jauh panggang dari api. Mungkin kalau suasana seperti itu bisa-bisa suram masa depanku. Untuk menepis rasa kekhawatirannya, aku antusias menjawab, “ Iya bu aku akan berdoa untuk itu.”

Hatiku mulai berkelana lagi. Dulu pernah terlintas dibenakku untuk menjadi guru olah raga. Karena memang hobiku olah raga. Pernah mengantongi juara sepak bola d tingkat kecamatan dan propinsi, saat masih SD dulu. Pikirku, sayang kalau tidak kuteruskan. Apalagi  aku sering berlatih dibawah bimbingan klub sepak bola di kotaku. Sungguh, aku menguasai di bidang atletik, saat itu. Tidak hanya aku saja yang merasa mampu, namun, orang-orang disekitarku mendukung bakatku, termasuk bapak dan ibuku. Tetapi, dasar aku masih bocah, dengan mudah keinginanku itu terabaikan. Bukan apa-apa aku mengalihkan keinginan jadi guru ke lainnya. Apa pasal? Bapak ibuku seorang guru.  Sukwan (guru sukarelawan = GTT, guru tidak tetap lagi!). Berapa gajinya? Mengharapkan untuk diangkat PNS terasa jauh sekali. Kalaupun harus keluar, bekerja apalagi untuk ekonomi keluargaku. Semua itu ditekuni bapak-ibuku dengan penuh kesabaran. Tetapi alangkah bijaksananya bila tak kuputuskan dengan serta merta keinginanku menjadi pemain sepak bola atau menjadi guru olah raga. Karena kegiatan sepak bola sudah lama tak aku tekun, terasa mulai kendor semangatku, jarang berlatih. Untuk itu, bukannya kubatalkan total, hanya ingin beristirahat sejenak. Menunggu munculnya semangat baru. Hingga terkesan tidak main-main dalam mengambil keputusan. Hidup orang siapa dapat tebak.

Ada lagi yang memengaruhiku rupanya. Berpikir untuk meraih kesuksesan jalan hidup. Sesuai zamannya sekarang marak sekali dengan internet. Pernah terlintas aku ingin berprofesi sebagai gamer atau youtuber.  Ya, gamer dan youtuber merupakan dua kegiatan yang pas bila dipadukan. Saat aku sibuk di ajang game, hingga ada yang merekam permainanku, lalu di-unggah di youtube. Asyik bukan? Tetapi sayang lagi, waktu luangku tak bisa dipastikan. Padahal perlu latihan yang memakan waktu.

Tahu tidak, keinginanku sekarang apa? Dari serentetan keinginan dan cita-citaku dulu, sejatinya aku sambil mencari jadi diri sebagai anak muda. Memang Allah Maha Berkehendak. Allah menunjukkan dan menuntun langkahku saat aku mencoba pinjam buku perpustakaan keliling di kotaku. Kuambil sebuah judul menarik bagiku: Rantau 1 Muara, karya A.Fuadi. Kuhabiskan waktuku membaca buku itu. Seperti terhipnotis dan seakan-akan energiku terhempas ke angkasa, membumbung kuat menuju asa. Langkah hati dan kakiku terasa mantab sangat. Aku terinspirasi menulis karangan. Membuat novel, atau apalah berbentuk tulisan. Inilah jalan mencurahkan segala pikiran dan isi hati sejujur-jujurnya.

Keinginan itulah kiranya aku harus mematri kesabaran untuk mencapai puncak menara asa. Sesuai dengan motto hidupku : ” Man shabara zhafira” Barangsiapa yang bersabar akan beruntung. Persis bukan dengan namaku? Nama yang indah pemberian ibuku. Keinginan ibuku, kelak agar aku menjadi anak yang beruntung, bisa memberi manfaat kepada siapa saja yang membutuhkan.

Kini aku mulai mencoba menulis.  Menulis apa saja untuk mengasah ketrampilanku mengasah otak, berimajinasi, beropini.  Jika ada waktu luang, kugunakan untuk menulis. Menulis apa saja. Cerita pendek, puisi, opini, bahkan novel. Untuk sementara ini, tak ingin aku mentargetkan yang muluk-muluk. Bagiku, rutin menulis ditengah kesubukkanku sebagai anak pondokan sudah cukup. Takutnya kalau pasang target yang tinggi, aku akan bosan dan kecewa. Meski, kegiatan ini aku lakukan karena kondisiku.

Yach....betul...kondisiku. Kondisiku ini bermula, mengingatkanku peristiwa dan kenyataan yang tidak mengenakkan, diluar dugaanku. Sejalan dengan bertambahnya usiaku, kini aku sadar dan mengerti bagaimana kondisi orang tuaku. Dari dulu memang kesulitan dan keterbatasan ekonomi ayah ibuku tidak pernah aku ketahui, atau mungkin aku yang cuek terhadap kondisi mereka. Terbesit dalam hatiku, penyesalan kenapa aku seakan buta terhadap kondisi rumahku. Meski tak ada kata terlambat, menyesal kemudian tak berguna, Aku harus bangkit! Harus bangkit!

Terbersit dalam hati ini untuk membantu ekonomi orang tuaku. Bekerja apa saja. Tetapi, aku yakin, ayah ibuku pasti tidak setuju, aku harus menyelesaikan sekolahku dulu dan menamatkan pondokanku. Kadang saat di pondokan teringat rupiah demi rupiah yang diberikan untukku. Ingin menggunakan atau menghabiskan uang sakuku rasanya teringat akan jerih payah mereka yang memang terkesan mencukup-cukupkan. Apalagi kalau harus mencari hutangan kesana kemari. Banting tulang mereka semua untukku, kakaku dan adikku. Untuk itulah mencoba untuk membantu mereka, paling tidak bisa memenuhi kebutuhanku sendiri tanpa harus meminta.

Live style! Ya anak muda sepertiku rasanya tak bisa terlepas dari pengaruh gaya. Meski anak pondokan, teman-temanku banyak juga yang suka bergaya. Apalagi akses internet, gadget yang sudah menjadi kebutuhan primer masa kini, masa teknologi informasi. Sering kulihat gaya hidupnya yang wah...hanya sebatas penglihatan luar saja. Namun dibalik semua itu, tidak tahu bagaimana kondisi orang tua mereka sebenarnya. Pastilah memakai uang orang tua mereka. Aku menulis ini, memang lagi teringat, bagaimana aku dulu, yang menutup mata kondisi orang tuaku hanya memenuhi tampilan luarku sebagai anak muda yang penuh gaya dengan segala penampilanku.

Sesadar-sadarnya kuungkapkan, betapa tiada gunanya ilmuku. Ilmu pondokanku. Kini aku bangkit untuk tujuan satu dulu, membantu orang tuaku tanpa harus mengorbankan pendidikanku kedua-duanya, di sekolah umum maupun di pondokan. Karena aku ingin mendalami ilmu buat bekal duniaku dan ilmu pondokan untuk memantabkan imanku pada Allah.

Untuk mendapatkan uang dengan cepat, rasanya tidak mungkin. Pengalamanku saja masih nol. Pingin rasanya gabung di klub sepak bola. Kalau bisa jadi pemain tenar honornya wow...besar sekali. Tapi, apa ya mungkin, bagaimana dengan pondokanku yang punya jadwal padat? Makanya untuk sementara kupending dulu keinginanku menjadi pemain sepak bola, karena menjadi pemain yang handal perlu berlatih rutin dengan jadwal yang sudah diatur oleh klub sepak bola. Untuk sementara ini, bagiku belum bisa. Entahlah esok hari, bila aku sudah bisa atur jadwal.  Prioritas yang penting tentu yang kudulukan.

Petualangan hidupku rasanya baru kumulai sekarang ini. Kutatap jauh kedepan dengan kesadaran hatiku. Aku berangkat dari desa menuju kota untuk mencari ilmu ditengah-tengah teman-temanku berjiwa muda yang penuh gaya. Hampir saja aku terikut arus mereka. Namun, kiranya Allah masih melindungiku. Apakah aku malu dengan perubahanku yang kata teman-teman ketinggalan zaman? Rasanya tidak sama sekali. Toh meski sering diginjing teman-temanku aku tak peduli. Buat apa bergaya dab hura-hura hanya kamuflase semata mencari ketenaran dengan menutupi diri dengan keadaan sebenarnya yang sebenarnya kasihan bila orang melihatnya?

Kupikir lagi, kiranya aku harus sering menulis, menulis dan menulis. Karena ini tidak memerlukan waktu atau jadwal khusus. Cukup perlu semangatku, kertas, ballpoin dan komputer bisa di rental. Bila tulisanku sudah jadi, segera kukirim ke majalah. Berharap dimuat, agar dapat honor. Meski tidak banyak yang penting bisa membantu orang tuaku untuk mencukupi kebutuhanku sendiri. Ada juga keinginan membantu menyekolahkan adikku. Toh dengan menulis, tentunya aku mempunyai wawasan yang lebih. Karena mau tak mau harus rajin membaca dan menganalisa suatu masalah. Belum lagi aku harus berguru kepada orang yang lebih pandai tentang membuat tulisan yang bermutu. Tak kalah pentingnya kelak temanku bertambah dengan masuknya aku dalam klub penulis muda yang berbakat. Tulisanku, tunggu aku, tunjukkan aku, bahwa aku mampu, mampu selalu menghasilkanmu, meski berawal dari keinginanku membantu orang tuaku dalam hal ekonomi.

Majegan-Wlingi, Feb 2017

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler