Skip to Content

jimat pemanggil

Foto ugi yasmin sastrais

"Bila aku bisa mendapat kesempatan sekali lagi untuk memilih hidup. aku ingin hidup seperti angin, bisa melenggang kemana aja tanpa batas. sesuka hati."

Reta nampak kesal sore itu. sembari memandangi senja yang menua di ujung cakrawala, ia memoncongkan bibirnya ke kanan dan ke kiri. pasalnya udah berbulan-bulan kekasihnya merantau tanpa kabar. katanya kalau sudah tiba di Batam akan langsung telepon or sms. tapi ini malah membuat dirinya uring-uringan sepanjang hari.

"di batam itu orang akan menjadi betah meski baru satu hari." reta dengar dari para tetangganya soal orang-orang yang merantau ke Batam.

"Masa sih. Mas Pram akan lupa juga kepadaku kalau sudah sampai di pulau Batam. memangnya di sana ada apa?"

makin sebal saja Reta mengingat obrolan ibu-ibu itu tentang pacarnya. senja hampir ditelan gelap tapi Reta masih malas untuk mengayunkan kakinya. di gubuk tengah sawah itu ia masih membayangkan wajah kekasihnya. lisannya menyebut lirih nama Mas Pram.

***

malam itu Reta minta restu kepada bapaknya. ia ingin ikut merantau ke Batam ikut Mas Pram. akan tetapi bapaknya menolak karena mereka belum menikah. dan alasan kenapa mereka belum menikah karena Pramono belum memiliki penghasilan tetap. sebenarnya bukan tidak mampu orang tua mereka memberikan kekayaan setelah mereka berumah tangga, tetapi ...

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler