Skip to Content

Kau Membuatku Sakit

Foto fhathyolala

Kau Membuatku Sakit

“Kamu kenapa lagi nangis”. Tanya Viola.

“aku ngak bisa ngeliat mereka berdua selalu bersama”. Kata Tiara dengan mengusap air matanya,namun air matanya tetap jatuh juga.

“sudah kamu jangan nangis terus nanti kamu sakit”. Bujuk Viola,kemudian membantu Tiara mengusap air matanya.

“aku ngak bisa melihatnya”. Kata Tiara dengan suara serak.

“ emangnya kenapa kalau mereka berdua?”. Tanya Viola.

“jika mereka berdua aku ingat dulu masa-masa aku masih berteman dengan Vian”. kata Tiara.

“sudahlah biarlah yang lalu berlalu”. Kata Viola kemudian memeluk Tiara. Tiara pun hanya menangis dalam pelukan Viola. Kehidupan Tiara berubah setelah semua itu. Orang yang Tiara sayangi perlahan pergi meninggalkannya. Ibunya satu-satunya orang yang paling ia sayangi kini meniggalkannya selama-lamanya. Tak lama kemudian ayahnya juga harus pergi bekerja. Tiara tidak punya kakak ia anak tunggal jadi ia harus tinggal di rumah Viola yang memang telah lama ditinggal mati oleh orangtuanya disebabkan kecelakaan maut yang merenggut nyawa kedua orangtuanya.

Keesokan harinya Tiara dan Viola ke sekolah lebih awal dari sebelumnya. Hal itu mereka lakukan untuk menghindari Vian yang selama ini membuat hati Tiara sakit. Mereka langsung menuju ke kelas mereka dan duduk. Air mata Tiara jatuh lagi membasahi pipinya.

“ kamu kenapa nangis lagi?”. Tanya Viola.

“ngak aku ngak apa-apa”. Jawab Tiara kemudian cepat-cepat menghapus air matanya agar tidak di lihat oleh Viola.

“jadi kenapa kamu nangis?buktinya mata kamu merah”. Kata Viola.

Tiara kehabisan kata-kata. Ia tidak bisa lagi mengelak.

“sudah Tiara. Kamu ngak boleh cengeng. Kamu harus kuat. Allah tidak akan memberi cobaan kepada hambanya melebihi batas kemampuannya”. Kata Viola menasihati Tiara.

“ tapi kenapa cobaan itu tidak pernah berhenti. Kenapa semua itu datang di saat aku...

Kata-kata Tiara terhenti tangisnya tak bisa terbendung lagi. Ia pun  menangis sejadi-jadinya di pagi itu. Ia meluapkan semuanya dengan cara menangis yang baginya sala satu yang bisa mengurangi rasa sakit itu.

“sudahlah”. Kata Viola kemudian memeluk sahabatnya tersebut dan membiarkan sahabatnya menangis di pelukannya. Air mata Viola juga sudah tidak bisa lagi ia tahan. Ia tahu apa yang dirasakan sahabatnya tersebut sekarang. Pukulan yang sangat berat yang datang bertubi-tubi hadir dalam kehidupan sahabatnya tersebut.

            Viola pun melepaskan sahabatnya tersebut dari pelukannya,kemudian menghapus air mata Tiara.

“ sudahlah. Kamu hanya harus tegar menghadapi semua ini. Allah selalu bersama orang yang sabar”. Kata Viola kemudian mengusap air mata Tiara.

Tak lama kemudian teman kelas mereka semuanya datang. Tampak Shyla bersama dengan Vian di depan pintu berbicara. Tiara hanya bisa menghembuskan napas berat melihat semua itu. Shyla pun lewat di dekat Tiara. Tiara langsung memalingkan wajahnya ke arah yang lain dan berpura-puara tidak melihat Shyla.

“ pagi Tiara”. Sapa Shyla dengan mengukir senyuman yang indah.

“juga”. Jawab Tiara asal-asalan.

Tiara tidak bisa melihat wajah Shyla. Hatinya terasa sakit ketika melihat wajah Shyla. Shyla pun berlalu ke kursinya dan duduk dengan manis. Tempat duduk Tiara dan Shyla hanya berjarak 1 meter dari belakang. Mereka pun belajar seperti biasanya. Tak terasa bel istirahat pun berbunyi. Tiara dan Viola pun ke kantin bersama-sama. Pada saat ingin ke kantin Tiara melihat Shyla dan Vian berbicara sambil tertawa. Tiara langsung mengajak Viola mengambil jalur berlawanan dari tempat mereka berbicara.

“kita lewat sana aja”. Ajak Tiara kemudian menarik tangan Viola. Viola hanya menuruti kemauan sahabatnya tersebut karena ia tahu sahabatnya tersebut mengambil jalur yang berlawanan karena ia tidak ingin melihat Shyla dan Vian berbicara di jalur yang lain tersebut.

Setelah mereka ke kantin mereka langsung ke kelas dan mengambil jalur itu kembali. Setelah mereka naik,ternyata Shyla dan Vian masih berbicara di tempat itu. Tiara kemudian lari menuju ke kelas. Viola pun ikut berlari mengejar sahabatnya tersebut.

Pada saat itu tidak ada pembelajaran. Viola dan Tiara pun pergi ke Rald dan Steven. Mereka pun berkumpul empat dan memikirkan apa yang akn mereka lakukan.

“ apa yang kita akan lakukan?”. Tanya Viola yang duduk sambil bertopang dagu.

“kita main jujur-jujuran saja”. Usul Steven.

“sip”. Jawab kami berempat serempak.

Permainan itu pun di mulai. Tak lama kemudian kami capek. Kami pun berempat kemudian meletakkan kepala kami masing-masing di atas meja. Tak ada kata yang keluar dari mulut kami berempat. Kami hanya merasa lelah.

Akhirnya bel pulangpun berbunyi. Kami berempat langsung pulang bersama. Kebetulan jalur ke rumah Viola dan jalur ke rumah Steven dan Rald searah. Mereka pun pulang berempat. Dan akhirnya singgah di rumah mereka masing-masing. Viola dan Tiara langsung ke kamar dan melempar diri mereka ke kasur.

“ ternyata baik ya Steven sama Rald”. Kata Tiara sambil manatap langit-langit kamar Viola.

“iya mereka baik banget sama kita”. Kata Viola sambil senyum senyum sendiri.

“ mereka berdua juga seru orangnya”. Tambah Tiara.

“sudahlah. Ayo pergi makan mungkin bibi sudah masakin kita”. Ajak Viola sambil bangun dan berdiri menunggu Tiara bangkit dari kasurnya. Mereka pun berdua pergi ke ruang makan.  Setelah mereka makan mereka pun kembali ke kamar dan beristirahat.

 Jam beker berbunyi. Angka enam yang  artinya mereka berdua harus bangun. Tiara pun bangun dan mematikan beker tersebut. Tiara kemudian membangun Viola. Setelah Viola bangun Tiara kemudian merapikan tempat tidur dan membiarkan Viola mandi duluan. Setelah Viola mandi, Tiara pun pergi mandi. Setelah mereka berpakaian sekolah mereka langsung keluar dan memakai sepatu.

“ kamu sudah siap untuk hari ini?”. Tanya Viola pada Tiara yang sedang mengikat tali sepatunya.

“ siap dong”. Jawab Tiara yang kemudian berdiri mengajak Viola pergi ke mobil.

Mereka berdua langsung berjalan ke mobil untuk mengurangi tenaga sopir yang sedari tadi menungggu. Mereka langsung masuk ke mobil dan duduk.

“ pak jalan. Nanti telambat ke sekolah!”. Perintah Viola kepada pak sopir sambil melihat jam tangannya.

“ iya non”. Jawab pak sopir sambil menyalakan mesin mobil kemudian mengemudi mobil untuk mengantar Viola dan Tiara.

Di perjalanan mereka berdua bercerita tentang hal-hal yang mungkin mereka lakukan ketika sampai di kelas.

“ kamu mau ngapain ketika sampai di kelas?”. Tanya Viola pada Tiara yang duduk di dekatnya.

“ aku akan baca buku “. Kata Tiara yang duduk di dekat Viola sambil mengulaskan sebuah senyum yang telah lama menjadi ciri khasnya.

“ kalau kamu? Apa yang akan kamu lakukan ketika kamu sampai di kelas?”. Tanya Tiara kepada Viola yang duduk di sampingnya.

“aku akan duduk dan baca buku seperti apa yang akan kamu lakukan nanti”. Jawab Viola kemudian menyandarkan belakangnya ke kursi mobil.

Kemudian di antara mereka berdua tidak ada yang saling berbicara. Ketika mereka sampai di sekolah mereka langsung ke kelas mereka dan duduk dengan baik kemudian melakukan apa yang mereka akan lakukan ketika mereka berbicara di mobil tadi. Tak terasa kelas sudah terisi dengan berbagai hal yang di lakukan oleh berbagai siswa. Ada yang cerita,main dan sebagainya. Pemandangan seperti itu seringkali mereka lihat. Akan tetapi pada saat itu Tiara tidak melihat Shyla. Tak lama kemudian tampaklah Shyla yang kemudian masuk. Akan tetapi,sebelum Shyla masuk Shyla sempat melambaikan tangan kepada seseorang. Tiara langsung bisa menebaknya.

“pasti Vian di situ”. Kata Tiara sambil menggoyang-oyangkan kepalanya.

“ apa kamu bilang tadi?”. Tanya Viola yang otomatis mendengar apa yang Tiara katakan sebelumnya.

“ ngak kok aku hanya....e..e... ngak usah kamu pikirin deh”. Jawab Tiara cepat sambil tersenyum manis.

“ ohhh”. Kata Viola.

Ketika Shyla lewat di dekatnya Tiara langsung memalingkan wajahnya. Pemandangan yang seringkali Shyla lihat ketika ia lewat di dekat Tiara itu langsung membuata Shyla bertanya.

“ Tiara kamu kenapa sih?”. Tanya Shyla kepada Tiara yang sedang melihat ke arah lain seolah-olah tidak ada orang di dekatnya yang bertanya.

“ Tiara jawab dong?”. Tanya Shyla sekali lagi.

“ ngak aku ngak apa-apa”. Jawab Tiara tanpa melihat wajah Shyla.

“ jadi kenapa setiap aku lewat kamu selalu memalingkan wajah kamu?”. Tanya Shyla

“ kenapa sih kamu. Mau-mau gue muka-muka gue emangnya kenapa masalah gitu?”. Tanya Tiara sambil berdiri dan menatap tajam kepada Shyla yang berdiri di dekatnya. Seketika keributan di pagi itu lenyap seketika. Semua pandangan tertuju kepada mereka berdua. Viola yang berada di samping mereka langsung menarik Tiara ke tempat duduknya.

Shyla langsung pergi ke tempat duduknya dan menangis terisak-isak. Ketika itu pula Vian datang ke kelas Tiara dan langsung melihat Shyla yang sedang menangis di tempat duduknya. Vian langsung berlari menghampiri Shyla yang menangis di tempat duduknya. Pemandangan itu langsung membuat hati Tiara sakit seperti tergores benda yang sangat tajam.

“ kamu kenapa menangis?”. Tanya Vian kepada Shyla,Kemudian duduk di sebelah Shyla.

“aku ngak apa-apa”. Jawab Shyla dan menghapus air matanya.

“ ngak kenapa-kenapa gimana. Buktinya kenapa mata kamu merah?”. Tanya Vian kepada Shyla yang masih terisak-isak di sebelahnya. Vian langsung mengambil alih Shyla dan menenangkannya.

“ sudah kamu ngak usah nangis lagi”. Kata Vian kepada Shyla.

Shyla kemudian menganggukkan kepalanya. Pemandangan itu langsung membuat Tiara semakin membenci Shyla.

“ jangan sok manis kamu”. Kata Tiara yang langsung berdiri di dekat Vian sambil menunjuk ke arah Shyla.

“ kamu kenapa sih Tiara?”. Tanya Vian yang kemudian berdiri melemparkan tatapan tajam ke arah Tiara.

“ kamunya yang kenapa. Tanya pada diri loh sendiri”. Balas Tiara sambil menunjuk ke arah Vian. rasa marah yang telah menguasai Tiara membuat Tiara tidak takut lagi kepada Vian.

Vian langsung diam dan tak bisa lagi merespon pertanyaan Tiara.

“ kenapa kamu ngak jawab?”. Tanya Tiara kepada Vian yang berada di hadapannya.” Dasar pecundang!”.

“ kamu kenapa Tiara. Kamu kerasukan?”. Tanya Vian yang tak mengerti awal permasalahan itu sehingga ia terlibat.

“ aku ngak apa-apa urus aja dia. Dia lebih butuh kamu sekarang ini”. Kata Tiara sambil menunjuk ke arah Shyla yang sedang menangis di sebelah Vian.

Tiara pun meniggalkan kelasnya keluar sambil berlari untuk menghindari sakit hati yang ada dihatinya selama ini. Ia tidak menyangka semua ini akan seperti ini. Pemandangan yang sangat menyakitkan akan ia lihat dalam situasi yang sangat menyakitkan. Viola kemudian berlari menyusul sahabatnya yang kini berlari entah keman perginya. Viola mencari-cari dari lantai bawah,lantai atas,di setiap ruangan, dan di sudut-sudut ruangan.

“ kemana sih Tiara?”. Kata Viola sambil memegang pinggangnya yang tersa sakit di karenakan sedari tadi berlari mencari Tiara. Kemudian terdengar suara isakan tangis di belakan sekolah.

“ Tiara. Apa itu kamu?”. Tanya Viola sambil melihat ke belakang sekolah. Suara tangis itu kemudian berhenti.

“ ya aku Tiara”. Jawab Tiara sambil menahan tangisannya.

Kemudian Viola mendatangi Tiara sambil merangkulnya.

“sudah. Kamu jangan nangis”. Kata Viola menghibur Tiara.

Tiara hanya bisa mengangguk. Ia tidak bisa berbicara.

“ ayo ke kelas”. Ajak Viola.

Mereka kemudian berdiri dan berjalan ke kelas. Di perjalanan Tiara menutupi mukanya karena matanya merah dikarenakan menangis sedari tadi ketika mereka masuk,Viola melihat Shyla dan Vian masih berada di tempatnya semula. Viola langsung mengajak Tiara ke tempat lain,agar hati Tiara tidak bertambah sakit melihat mereka berdua bersama seperti orang pacaran.

“ ayo ke tempat lain”. Ajak Viola.” Disini ngak bagus jika kamu ke kelas kamu akan tambah sedih”. Bujuk Viola.

Tiara kemudian mengangguk dan mengikuti kemana sahabatnya tersebut akan membawanya pergi.

“sudahlah Shyla kamu ngak usah cengeng”. Kata Vian membujuk Shyla.

“kamu ngak ngerti. Kamu ngak tau apa yang di ucapin Tiara padaku. Ucapannya sangat menyakitkan.”. kata Shyla sambil menatap Vian dengan mata berkaca-kaca.

“sudahlah,kamu ngak usah nangis Cuma gara-gara Tiara. Kamu ngak usah hiraukan semua kata-kata Tiara”. Kata Vian menasihati Shyla.

Shyla kemudian mengangguk sambil menghapus air matanya yang membasahi pipinya.

“aku pergi dulu ya”. Kata Vian untuk berpamitan  kepala Shyla.

“ Tiara kamu ngak usah nangis deh”. Kata Viola sambil jongkok di depan Tiara.

“ kamu  tau ngak hatiku sakit,sakit sekali”. Kata Tiara sambil memegang dadanya  dan menangis terisak-isak.

“ tapi ngak gitu juga kali. Masa gara-gara Vian kamu berubah menjadi cengeng”. Kata Viola. “ kamu harus kuat hadapi semuanya ya”. Tambah Viola menyemangati Tiara.

Pada malam harinya mereka berdua saling mengerjakan tugas masing-masing. Mereka berdua sibuk sendiri.

“ apa yang kamu kerjakan di situ?”. Tanya Viola yang melihat Tiara duduk sendiri sambil menatap bintang.

“ malam ini indah sekali,tapi kenapa tak seperti hatiku yang masih terasa sakit setelah kejadian tadi pagi.

“ sudah. Kamu ngak usah pikirin Vian. belum tentu juga sekarang dia lagi mikirin kamu. Udah kamu ngak usah berharap banyak sama dia. Kamukan baik. Kamu bisa mencari orang yang lebih baik daripada Vian. biarkan saja Shyla dan Vian bersama”. Kata Viola sambil mengambil kursi kemudian duduk di dekat Tiara.

“ tapi,aku ngak bisa. Aku ngak bisa lupain masa-masa bertemanku dulu sama Vian”. kata Tiara sambil tetap menatap bulan purnama yang bersinar terang yang dengan di taburi bintang-bintang yang berkerlap-kerlip dengan sangat indah.

“ kamu harus bisa!”. Kata Viola menyemangati Tiara.

Tiara hanya bisa tersenyum. Sambil terus menerus menatap rembulan yang memancarkan sinarnya dengan begitu indah. Akan tetapi, hatinya sama sekali tidak bisa melupakan masa-masa dimana ia dan Vian masih selalu bersama bermain bersama dan selalu bersama.

Malam makin larut. Udara semakin dingin. Tiara tak bosan-bosannya menatap sang rembulan yang masih setia menemaninya, melewati malam yang begitu dingin. Tak sadar, lamunannya harus berakhir ketika suara Viola mengejutkannya untuk tidur.

“ Tiara, ayo tidur udah larut malam nih.” Kata Viola yang sudah bersiap-siap untuk tidur.

Hari-hari berlalu seperti biasanya. Bulan berganti tahun. Tak sadar sekarang mereka harus melaksnakan UN hari terakhir yang menentukan apakah mereka lulus atau tidak.

“bagaimana soalnya  Ara? Susah atau gampang?”Tanya Shyla yang langsung dialas kasar oleh Tiara.

“susah atau gampang itu bukan urusan kamu kan.” Balas Tiara yang memang dari dulu tidak suka sama Shyla.

“aku cuma bertanya Ara. Gank ada salahnya kan?.’’ Tanya Shyla kembali kepada Tiara. Tiara tak menghiraukan pertanyaan Shyla, ia langsung pergi mencari Viola yang memang berbeda ruangan. Shyla hanya meratapi jejak demi jejak kaki Tiara yang sudah jauh meninggalkan Shyla  yang hanya berdiri di tempatnya.

“hey”. Sapa Tiara dari kejauhan kepada Viola sambil melambaikan tangannya.

“Tiara”. Sapa Viola, kemudian berlari-lari kecil ke arah Tiara.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kau Membuatku Sakit

“Kamu kenapa lagi nangis”. Tanya Viola.

“aku ngak bisa ngeliat mereka berdua selalu bersama”. Kata Tiara dengan mengusap air matanya,namun air matanya tetap jatuh juga.

“sudah kamu jangan nangis terus nanti kamu sakit”. Bujuk Viola,kemudian membantu Tiara mengusap air matanya.

“aku ngak bisa melihatnya”. Kata Tiara dengan suara serak.

“ emangnya kenapa kalau mereka berdua?”. Tanya Viola.

“jika mereka berdua aku ingat dulu masa-masa aku masih berteman dengan Vian”. kata Tiara.

“sudahlah biarlah yang lalu berlalu”. Kata Viola kemudian memeluk Tiara. Tiara pun hanya menangis dalam pelukan Viola. Kehidupan Tiara berubah setelah semua itu. Orang yang Tiara sayangi perlahan pergi meninggalkannya. Ibunya satu-satunya orang yang paling ia sayangi kini meniggalkannya selama-lamanya. Tak lama kemudian ayahnya juga harus pergi bekerja. Tiara tidak punya kakak ia anak tunggal jadi ia harus tinggal di rumah Viola yang memang telah lama ditinggal mati oleh orangtuanya disebabkan kecelakaan maut yang merenggut nyawa kedua orangtuanya.

Keesokan harinya Tiara dan Viola ke sekolah lebih awal dari sebelumnya. Hal itu mereka lakukan untuk menghindari Vian yang selama ini membuat hati Tiara sakit. Mereka langsung menuju ke kelas mereka dan duduk. Air mata Tiara jatuh lagi membasahi pipinya.

“ kamu kenapa nangis lagi?”. Tanya Viola.

“ngak aku ngak apa-apa”. Jawab Tiara kemudian cepat-cepat menghapus air matanya agar tidak di lihat oleh Viola.

“jadi kenapa kamu nangis?buktinya mata kamu merah”. Kata Viola.

Tiara kehabisan kata-kata. Ia tidak bisa lagi mengelak.

“sudah Tiara. Kamu ngak boleh cengeng. Kamu harus kuat. Allah tidak akan memberi cobaan kepada hambanya melebihi batas kemampuannya”. Kata Viola menasihati Tiara.

“ tapi kenapa cobaan itu tidak pernah berhenti. Kenapa semua itu datang di saat aku...

Kata-kata Tiara terhenti tangisnya tak bisa terbendung lagi. Ia pun  menangis sejadi-jadinya di pagi itu. Ia meluapkan semuanya dengan cara menangis yang baginya sala satu yang bisa mengurangi rasa sakit itu.

“sudahlah”. Kata Viola kemudian memeluk sahabatnya tersebut dan membiarkan sahabatnya menangis di pelukannya. Air mata Viola juga sudah tidak bisa lagi ia tahan. Ia tahu apa yang dirasakan sahabatnya tersebut sekarang. Pukulan yang sangat berat yang datang bertubi-tubi hadir dalam kehidupan sahabatnya tersebut.

            Viola pun melepaskan sahabatnya tersebut dari pelukannya,kemudian menghapus air mata Tiara.

“ sudahlah. Kamu hanya harus tegar menghadapi semua ini. Allah selalu bersama orang yang sabar”. Kata Viola kemudian mengusap air mata Tiara.

Tak lama kemudian teman kelas mereka semuanya datang. Tampak Shyla bersama dengan Vian di depan pintu berbicara. Tiara hanya bisa menghembuskan napas berat melihat semua itu. Shyla pun lewat di dekat Tiara. Tiara langsung memalingkan wajahnya ke arah yang lain dan berpura-puara tidak melihat Shyla.

“ pagi Tiara”. Sapa Shyla dengan mengukir senyuman yang indah.

“juga”. Jawab Tiara asal-asalan.

Tiara tidak bisa melihat wajah Shyla. Hatinya terasa sakit ketika melihat wajah Shyla. Shyla pun berlalu ke kursinya dan duduk dengan manis. Tempat duduk Tiara dan Shyla hanya berjarak 1 meter dari belakang. Mereka pun belajar seperti biasanya. Tak terasa bel istirahat pun berbunyi. Tiara dan Viola pun ke kantin bersama-sama. Pada saat ingin ke kantin Tiara melihat Shyla dan Vian berbicara sambil tertawa. Tiara langsung mengajak Viola mengambil jalur berlawanan dari tempat mereka berbicara.

“kita lewat sana aja”. Ajak Tiara kemudian menarik tangan Viola. Viola hanya menuruti kemauan sahabatnya tersebut karena ia tahu sahabatnya tersebut mengambil jalur yang berlawanan karena ia tidak ingin melihat Shyla dan Vian berbicara di jalur yang lain tersebut.

Setelah mereka ke kantin mereka langsung ke kelas dan mengambil jalur itu kembali. Setelah mereka naik,ternyata Shyla dan Vian masih berbicara di tempat itu. Tiara kemudian lari menuju ke kelas. Viola pun ikut berlari mengejar sahabatnya tersebut.

Pada saat itu tidak ada pembelajaran. Viola dan Tiara pun pergi ke Rald dan Steven. Mereka pun berkumpul empat dan memikirkan apa yang akn mereka lakukan.

“ apa yang kita akan lakukan?”. Tanya Viola yang duduk sambil bertopang dagu.

“kita main jujur-jujuran saja”. Usul Steven.

“sip”. Jawab kami berempat serempak.

Permainan itu pun di mulai. Tak lama kemudian kami capek. Kami pun berempat kemudian meletakkan kepala kami masing-masing di atas meja. Tak ada kata yang keluar dari mulut kami berempat. Kami hanya merasa lelah.

Akhirnya bel pulangpun berbunyi. Kami berempat langsung pulang bersama. Kebetulan jalur ke rumah Viola dan jalur ke rumah Steven dan Rald searah. Mereka pun pulang berempat. Dan akhirnya singgah di rumah mereka masing-masing. Viola dan Tiara langsung ke kamar dan melempar diri mereka ke kasur.

“ ternyata baik ya Steven sama Rald”. Kata Tiara sambil manatap langit-langit kamar Viola.

“iya mereka baik banget sama kita”. Kata Viola sambil senyum senyum sendiri.

“ mereka berdua juga seru orangnya”. Tambah Tiara.

“sudahlah. Ayo pergi makan mungkin bibi sudah masakin kita”. Ajak Viola sambil bangun dan berdiri menunggu Tiara bangkit dari kasurnya. Mereka pun berdua pergi ke ruang makan.  Setelah mereka makan mereka pun kembali ke kamar dan beristirahat.

 Jam beker berbunyi. Angka enam yang  artinya mereka berdua harus bangun. Tiara pun bangun dan mematikan beker tersebut. Tiara kemudian membangun Viola. Setelah Viola bangun Tiara kemudian merapikan tempat tidur dan membiarkan Viola mandi duluan. Setelah Viola mandi, Tiara pun pergi mandi. Setelah mereka berpakaian sekolah mereka langsung keluar dan memakai sepatu.

“ kamu sudah siap untuk hari ini?”. Tanya Viola pada Tiara yang sedang mengikat tali sepatunya.

“ siap dong”. Jawab Tiara yang kemudian berdiri mengajak Viola pergi ke mobil.

Mereka berdua langsung berjalan ke mobil untuk mengurangi tenaga sopir yang sedari tadi menungggu. Mereka langsung masuk ke mobil dan duduk.

“ pak jalan. Nanti telambat ke sekolah!”. Perintah Viola kepada pak sopir sambil melihat jam tangannya.

“ iya non”. Jawab pak sopir sambil menyalakan mesin mobil kemudian mengemudi mobil untuk mengantar Viola dan Tiara.

Di perjalanan mereka berdua bercerita tentang hal-hal yang mungkin mereka lakukan ketika sampai di kelas.

“ kamu mau ngapain ketika sampai di kelas?”. Tanya Viola pada Tiara yang duduk di dekatnya.

“ aku akan baca buku “. Kata Tiara yang duduk di dekat Viola sambil mengulaskan sebuah senyum yang telah lama menjadi ciri khasnya.

“ kalau kamu? Apa yang akan kamu lakukan ketika kamu sampai di kelas?”. Tanya Tiara kepada Viola yang duduk di sampingnya.

“aku akan duduk dan baca buku seperti apa yang akan kamu lakukan nanti”. Jawab Viola kemudian menyandarkan belakangnya ke kursi mobil.

Kemudian di antara mereka berdua tidak ada yang saling berbicara. Ketika mereka sampai di sekolah mereka langsung ke kelas mereka dan duduk dengan baik kemudian melakukan apa yang mereka akan lakukan ketika mereka berbicara di mobil tadi. Tak terasa kelas sudah terisi dengan berbagai hal yang di lakukan oleh berbagai siswa. Ada yang cerita,main dan sebagainya. Pemandangan seperti itu seringkali mereka lihat. Akan tetapi pada saat itu Tiara tidak melihat Shyla. Tak lama kemudian tampaklah Shyla yang kemudian masuk. Akan tetapi,sebelum Shyla masuk Shyla sempat melambaikan tangan kepada seseorang. Tiara langsung bisa menebaknya.

“pasti Vian di situ”. Kata Tiara sambil menggoyang-oyangkan kepalanya.

“ apa kamu bilang tadi?”. Tanya Viola yang otomatis mendengar apa yang Tiara katakan sebelumnya.

“ ngak kok aku hanya....e..e... ngak usah kamu pikirin deh”. Jawab Tiara cepat sambil tersenyum manis.

“ ohhh”. Kata Viola.

Ketika Shyla lewat di dekatnya Tiara langsung memalingkan wajahnya. Pemandangan yang seringkali Shyla lihat ketika ia lewat di dekat Tiara itu langsung membuata Shyla bertanya.

“ Tiara kamu kenapa sih?”. Tanya Shyla kepada Tiara yang sedang melihat ke arah lain seolah-olah tidak ada orang di dekatnya yang bertanya.

“ Tiara jawab dong?”. Tanya Shyla sekali lagi.

“ ngak aku ngak apa-apa”. Jawab Tiara tanpa melihat wajah Shyla.

“ jadi kenapa setiap aku lewat kamu selalu memalingkan wajah kamu?”. Tanya Shyla

“ kenapa sih kamu. Mau-mau gue muka-muka gue emangnya kenapa masalah gitu?”. Tanya Tiara sambil berdiri dan menatap tajam kepada Shyla yang berdiri di dekatnya. Seketika keributan di pagi itu lenyap seketika. Semua pandangan tertuju kepada mereka berdua. Viola yang berada di samping mereka langsung menarik Tiara ke tempat duduknya.

Shyla langsung pergi ke tempat duduknya dan menangis terisak-isak. Ketika itu pula Vian datang ke kelas Tiara dan langsung melihat Shyla yang sedang menangis di tempat duduknya. Vian langsung berlari menghampiri Shyla yang menangis di tempat duduknya. Pemandangan itu langsung membuat hati Tiara sakit seperti tergores benda yang sangat tajam.

“ kamu kenapa menangis?”. Tanya Vian kepada Shyla,Kemudian duduk di sebelah Shyla.

“aku ngak apa-apa”. Jawab Shyla dan menghapus air matanya.

“ ngak kenapa-kenapa gimana. Buktinya kenapa mata kamu merah?”. Tanya Vian kepada Shyla yang masih terisak-isak di sebelahnya. Vian langsung mengambil alih Shyla dan menenangkannya.

“ sudah kamu ngak usah nangis lagi”. Kata Vian kepada Shyla.

Shyla kemudian menganggukkan kepalanya. Pemandangan itu langsung membuat Tiara semakin membenci Shyla.

“ jangan sok manis kamu”. Kata Tiara yang langsung berdiri di dekat Vian sambil menunjuk ke arah Shyla.

“ kamu kenapa sih Tiara?”. Tanya Vian yang kemudian berdiri melemparkan tatapan tajam ke arah Tiara.

“ kamunya yang kenapa. Tanya pada diri loh sendiri”. Balas Tiara sambil menunjuk ke arah Vian. rasa marah yang telah menguasai Tiara membuat Tiara tidak takut lagi kepada Vian.

Vian langsung diam dan tak bisa lagi merespon pertanyaan Tiara.

“ kenapa kamu ngak jawab?”. Tanya Tiara kepada Vian yang berada di hadapannya.” Dasar pecundang!”.

“ kamu kenapa Tiara. Kamu kerasukan?”. Tanya Vian yang tak mengerti awal permasalahan itu sehingga ia terlibat.

“ aku ngak apa-apa urus aja dia. Dia lebih butuh kamu sekarang ini”. Kata Tiara sambil menunjuk ke arah Shyla yang sedang menangis di sebelah Vian.

Tiara pun meniggalkan kelasnya keluar sambil berlari untuk menghindari sakit hati yang ada dihatinya selama ini. Ia tidak menyangka semua ini akan seperti ini. Pemandangan yang sangat menyakitkan akan ia lihat dalam situasi yang sangat menyakitkan. Viola kemudian berlari menyusul sahabatnya yang kini berlari entah keman perginya. Viola mencari-cari dari lantai bawah,lantai atas,di setiap ruangan, dan di sudut-sudut ruangan.

“ kemana sih Tiara?”. Kata Viola sambil memegang pinggangnya yang tersa sakit di karenakan sedari tadi berlari mencari Tiara. Kemudian terdengar suara isakan tangis di belakan sekolah.

“ Tiara. Apa itu kamu?”. Tanya Viola sambil melihat ke belakang sekolah. Suara tangis itu kemudian berhenti.

“ ya aku Tiara”. Jawab Tiara sambil menahan tangisannya.

Kemudian Viola mendatangi Tiara sambil merangkulnya.

“sudah. Kamu jangan nangis”. Kata Viola menghibur Tiara.

Tiara hanya bisa mengangguk. Ia tidak bisa berbicara.

“ ayo ke kelas”. Ajak Viola.

Mereka kemudian berdiri dan berjalan ke kelas. Di perjalanan Tiara menutupi mukanya karena matanya merah dikarenakan menangis sedari tadi ketika mereka masuk,Viola melihat Shyla dan Vian masih berada di tempatnya semula. Viola langsung mengajak Tiara ke tempat lain,agar hati Tiara tidak bertambah sakit melihat mereka berdua bersama seperti orang pacaran.

“ ayo ke tempat lain”. Ajak Viola.” Disini ngak bagus jika kamu ke kelas kamu akan tambah sedih”. Bujuk Viola.

Tiara kemudian mengangguk dan mengikuti kemana sahabatnya tersebut akan membawanya pergi.

“sudahlah Shyla kamu ngak usah cengeng”. Kata Vian membujuk Shyla.

“kamu ngak ngerti. Kamu ngak tau apa yang di ucapin Tiara padaku. Ucapannya sangat menyakitkan.”. kata Shyla sambil menatap Vian dengan mata berkaca-kaca.

“sudahlah,kamu ngak usah nangis Cuma gara-gara Tiara. Kamu ngak usah hiraukan semua kata-kata Tiara”. Kata Vian menasihati Shyla.

Shyla kemudian mengangguk sambil menghapus air matanya yang membasahi pipinya.

“aku pergi dulu ya”. Kata Vian untuk berpamitan  kepala Shyla.

“ Tiara kamu ngak usah nangis deh”. Kata Viola sambil jongkok di depan Tiara.

“ kamu  tau ngak hatiku sakit,sakit sekali”. Kata Tiara sambil memegang dadanya  dan menangis terisak-isak.

“ tapi ngak gitu juga kali. Masa gara-gara Vian kamu berubah menjadi cengeng”. Kata Viola. “ kamu harus kuat hadapi semuanya ya”. Tambah Viola menyemangati Tiara.

Pada malam harinya mereka berdua saling mengerjakan tugas masing-masing. Mereka berdua sibuk sendiri.

“ apa yang kamu kerjakan di situ?”. Tanya Viola yang melihat Tiara duduk sendiri sambil menatap bintang.

“ malam ini indah sekali,tapi kenapa tak seperti hatiku yang masih terasa sakit setelah kejadian tadi pagi.

“ sudah. Kamu ngak usah pikirin Vian. belum tentu juga sekarang dia lagi mikirin kamu. Udah kamu ngak usah berharap banyak sama dia. Kamukan baik. Kamu bisa mencari orang yang lebih baik daripada Vian. biarkan saja Shyla dan Vian bersama”. Kata Viola sambil mengambil kursi kemudian duduk di dekat Tiara.

“ tapi,aku ngak bisa. Aku ngak bisa lupain masa-masa bertemanku dulu sama Vian”. kata Tiara sambil tetap menatap bulan purnama yang bersinar terang yang dengan di taburi bintang-bintang yang berkerlap-kerlip dengan sangat indah.

“ kamu harus bisa!”. Kata Viola menyemangati Tiara.

Tiara hanya bisa tersenyum. Sambil terus menerus menatap rembulan yang memancarkan sinarnya dengan begitu indah. Akan tetapi, hatinya sama sekali tidak bisa melupakan masa-masa dimana ia dan Vian masih selalu bersama bermain bersama dan selalu bersama.

Malam makin larut. Udara semakin dingin. Tiara tak bosan-bosannya menatap sang rembulan yang masih setia menemaninya, melewati malam yang begitu dingin. Tak sadar, lamunannya harus berakhir ketika suara Viola mengejutkannya untuk tidur.

“ Tiara, ayo tidur udah larut malam nih.” Kata Viola yang sudah bersiap-siap untuk tidur.

Hari-hari berlalu seperti biasanya. Bulan berganti tahun. Tak sadar sekarang mereka harus melaksnakan UN hari terakhir yang menentukan apakah mereka lulus atau tidak.

“bagaimana soalnya  Ara? Susah atau gampang?”Tanya Shyla yang langsung dialas kasar oleh Tiara.

“susah atau gampang itu bukan urusan kamu kan.” Balas Tiara yang memang dari dulu tidak suka sama Shyla.

“aku cuma bertanya Ara. Gank ada salahnya kan?.’’ Tanya Shyla kembali kepada Tiara. Tiara tak menghiraukan pertanyaan Shyla, ia langsung pergi mencari Viola yang memang berbeda ruangan. Shyla hanya meratapi jejak demi jejak kaki Tiara yang sudah jauh meninggalkan Shyla  yang hanya berdiri di tempatnya.

“hey”. Sapa Tiara dari kejauhan kepada Viola sambil melambaikan tangannya.

“Tiara”. Sapa Viola, kemudian berlari-lari kecil ke arah Tiara.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler