Skip to Content

KERIKIL DIBAWAH TELAPAK KAKI

Foto Gusmiadi

 

Aku tak pernah tau dan tak pernah sadari dengan apa yang pernah terjdi dengan diriku. Walaupun aku selalu melangkah kedepan dan terkadang membalikkan raga ini kebelakang namun tetap satu tujuan yaitu meraih cita-cita dan cinta. Goresan ini adalah sebagian dari saksi hidupku, melangkah menjejaki langkah demi langkahdalam naskah Tuhan yang tak tahu akhirnya menjadi misteri dalam pikiranku.Aku bertanya pada Tuhan dalam sujud malamku,kenapa skenario kehidupan yang kumainkan begitu sulit. Mengapa tidak semudah skenario  yang aku jalani ketika aku bermain teater bersama kawan-kawanku. Kadang air mata ini tak mampu terbendung saat merasakan kehampaan hati yang menyelimuti resah dan risauku ketika satu cinta yang aku miliki tiba-tiba pergi tanpa penjelasan dari pertanyaan-pertanyaan dan tetap menjadi pertanyaan hati yang terluka. Di satu kehidupan kumerasakan  sebuah senyum manis dan tawa menyelimuti bibir mungil nan indah, yang dahulu pernah kurasakan kecupan hangat sebuah cinta yang menghanyutkan damaiku pada sebuah harapan besar yang terbersit dalam angan-angan hati cucu sang Adam, yaitu menjadikan titisan sang hawa dalam sebuah keluarga bahagia yang sakinah, mawadah dan warahmah. Harapan itu selalu menghantui dan mengganggu pikiranku dikala purnama sang penerang malam menyapaku ketika kududuk terdiam bertanya pada angin malam, bertanya pada merdunya binatang kecil yang mengejekku ketika kuteteskan air mata kala kumerintih merindukan sosok gadis yang sedang bahagia disana. Sejujurnya aku malu pada diriku sendiri, pada batu yang membisu, pada rumput yang menari dan pada burung-burung yang berkicau dipagi hari.

***

Rindu hanya kerinduan yang aku rasakan saat hati ini menyebut dan memanggil namamu. Rasa ingin berjumpa yang begitu besar,namun tak bias kudapatkan. Ternyata Tuhan belum siap mempertemukan aku dengannya, meski dalam do’a kumemohon agar aku bisa hidup bersamanya. Dan kini Tuhan masih terdiam dengan permintaan tulus yang datang dari gejolak hati yang gundah gulana tersakiti cinta. Teringat akan masa laluku bersamanya. Canda senyum dan tawa mengiringi saat kugenggam tangannya.  Berdua berjalan melangkah diikuti bayangan bahagia di atas air kolam cinta. Masih kurasakan hangat peluknya saat duduk berdampingan kala ia bersandar dipundakku dengan belaian lembut tanganku pada helai rambut panjangnya. Ingin lagi kurasakan masa-masa indah itu bersamanya. Tapi, sekarang aku bagaikan kerikil dibawah telapak kaki yang terinjak-injak senyuman manisnya bersama orang lain yang membuat semuanya berubah.

Hari demi hari dan waktu berlalu tanpanya. Aku meraskan kesepian yang begitu mendalam. Hingga pada suatu hari hadirlah sosok seorang gadis di hatiku, namun terasa biasa saja karna hati ini masih merasakan luka. Seiring perjalananku sendiri mengobati luka, sedikit warna tersirat pada gadis ini. Ia mampu membuatku tersenyum dan tertawa,yang kadang mampu membuatku lebih tenang dan melupakan baying-bayang yang menyiksa dihati. Namun warna itupun tak lama kurasakan indahnya, perlahan melepuh tersapu embun pagi kerinduan yang terlahir saat kupejamkan mata dalam mimpi. Meski aku bias tersenyum dan tertawa tapi belum mampu mengobati hati yang masih penuh dengan luka yang tak pernah mongering. Begitu banyak gadis yang mengetuk hati ini , tak satupun yang  bisa mengganti dirinya. Begitu tulus dan sucinya hati ini mencintai dirinya, namun perasaan ini sudah kehilangan daya dan upaya untuk bisa berjumpa lagi bersamanya. Hingga pada suatu saat aku coba bertahan  untuk bisa melupakannya dan membiarkan lukaku tak terurus. Namun perihnya tak mau menghilang, hingga air mata ini bergeliimang tak berdaya ingin bertemu. Ternyata Tuhan menjawab do’aku , walaupun masih ada keraguan dan ketakutan di benakku. Apakah dia masih mengenalku atau tidak, keraguan it uterus menghantui pikiranku. Tapi aku tak mau lemah dan menyerah dengan itu semua. Aku hanya manusia biasa yang berusaha untuk kuat. Tak ada daya yang mungkin bisa aku lakukan,hanya kata dan do’a yang terucap di bibir yang kaku ini. Rasa ingin bersamanya begitu besar.  Terkadang aku malu, aku malu pada raut muka sedih sang purnama yang menatapku di balik awan.

***

Dan kini akupun masih sendiri mengobati perihku. Perih yang merusak syarafku untuk tersenyum, perih yang merubah kehidupanku hingga aku lupa akan diriku sendiri. Bintang malam masih bersinar di langit gelap. Walaupun bulan masih tetap malu menyapaku dalam haru pilluku. Dan binatang malam masih bernyayi riang mengejekku karena  sebuah kegagalan. Meski segala rasa telah aku tumpahkan begitu saja di hadapannya. Tapi kenapa,,,??? Kenapa ia tak mau merasa dan menganggapnya ada. Mungkin dimatanya aku hanyalah duri-duri tajam yang mungkin saja suatu saat bisa melukainya. Tapi sungguh aku adalah insan yang sangat mencintainya dengan kesungguhan dan ketulusan yang sebenarnya sangat indah. mungkin ini akan tetap menjadi garis hidup yang tak akan bisa sempurna untukku. Karna jalan bereliku yang harus kutempuh masih begitu panjang yang tak tahu aku dimana ujung yang masih kucari tempat kuberhenti dan bersandar. Meskipun begitu warna kehidupan yang aku rasa tak pernah redup, walau begitu besar ujian yang terus menghampiriku disaat aku ingin dekat denganmu.

Begitu kacau pikiranku,kepala ini seakan mau meledak seperti bom yang berpacu dengan waktu, terpompa aliran darah yang mengalir menelusuri urat-urat di dalam tubuh. Seperti jiwa ini juga makin kacau saat bayang-bayang namamu mulai teringat. Ingin sekali kulupakan masa lalu bersamamu, walaupun masa-masa itu indah. Seperti jingga di langit senja yang pelan-pelan semakin menghilang oleg sang malam. Seperti itulah yang aku rasakn padamu, meskipun sangat indah namun teta terasa hampa. Dan ini tak akan pernah aku pungkiribila keadaan ini terus aku alami. Aku tahu dan sadar tuhan lebih senang melihatku seperti ini, karna ini ujian dari-Nya.

Mentari pagi bersinar begitu indah, menghangatkan embun pagi yang berguguran jatuh terhempas terhisap dunia. Akupun terus melangkahkan kakiku dalam sepiku. Walau cinta di hatinya mungkin tak bisa kumiliki lagi. Walau janji yang pernah terucap olehnya mungkin juga tak akan bisa ditepati. Aku akan tetap menjadi diriku sendiri yang terhanyut menjadi korban sebuah cinta. Dan kini saatnya aku harus berfikir semua yang aku jalani ini ternyata salah. Masa depan menantiku. Tapi apakah aku harus menyerah menghadapimu. Mungkin iya,,,aku harus mengalah untuk kebahagiaanmu. Aku mengalah dan menyerah bukan karna aku lemah, karna mengalah itu merupakan suatu kekuatan. Kekuatan untuk bangkit dari kegagalan cinta yang akan menjadi pelajaran untuk sebuah cinta yang abadi.

Akupun harus pergi darinya seiring dengan berakhirnya goresan-goresan ini yang tercipta dari perasaan tulus kala aku memikirkannya. Selamat tinggal cinta, selamat tinggal adinda. Sudah waktunya aku harus melanjutkan perjalananku untuk mencari cinta sejati yang lainnya. Walaupun tanpa tujuan yang pasti kemana aku akan melangkah. Namun terus kuayunkan langkahh kakiku seiring hembusan angin di balik daun-daun kering dan ranting-ranting patah terurai. Meskipun terkadang aku haarus berhenti sejenak melepaqs penak dahaga yang aku rasakan, sampai nanti, sampai kuayunkan lagi langkah kakiku untuk mencari sosok cinta seperti yang dia miliki. Terima kasih engkau telah mengajarkanku apa itu kesetiaan yang sesungguhnya,,Adinda.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler