Skip to Content

The Long and Winding Road, ... but ... how long?

Foto Samudera Yekti

....  "Setiap hari adalah halaman yang berbeda, dan setiap hari bisa penuh kejutan.  Kau tak paernah tahu apa yang akan ada selanjutnya sebelum kaubuka halaman itu"

 

Aku memikirkannya.  Kata-kata itu ada benarnya.  Setiap hari esok memang seperti halaman dalam novel. 

"kalau kau benar-benar ingin bunuh diri, aku mengerti.  Tapi aku tidak suka melihatmu terburu-buru menutup bukumu dan melewatkan kesenangan yang mungkin saja terjadi padamu di halaman selanjutnya-halaman yang akan kau tulis".

 

 

Jangan terburu-buru menutup bukumu ... Apakah aku terburu-buru menutupnya?  sesuatu yang indah bisa saja terjadi besok" ....  Sidney Sheldon, Memoar, The Other Side of Me halaman 14-15, yang menceritakan bahwa sidney sheldon pernah committed suicide dan kepergok oleh ayahnya, yang lalu mengajaknya jalan-jalan "sebelum" bunuh diri

 

 

---------

 

ya ... setiap hari adalah tantangan, sekaligus misteri .. sebagaimana novel-novel bergenre suspense yang memacu adrenalin, dan seharusnya juga memacu keingintahuan halaman selanjutnya.

 

Sidney Sheldon, sang penulis best seller itu, pada masa depresi besar di amerika di paruh tahun 30 an menjadi saksi sebagaimana ditulis pada halaman 10.  Pada tahun 1934 itu Amerika sedang dilanda krisis yang membinasakan.  Pasar saham telah hancur lima tahun sebelumnya dan ribuan bank merugi. Di mana-mana berbagai usaha gulung tikar.  Lebih dari 13.000.000 orang kehilangan pekerjaan mereka dan putus asa.  Upah harian anjlok hingga serendah-rendahnya.  satu juta gelandangan, termasuk 200.000 anak-anak berkeliaran di jalanan.  Kami dalam cengkeraman depresi yang mengerikan.  Para mantan jutawan bunuh diri, dan para eksekutif menjadi pedagang apel di jalanan.  Lagu yang paling populer adalah Gloomy Sunday*1. 

 

Setiap orang, saya, anda, kita semua pernah mengalami saat yang terasa that long and winding road.  Dunia suram, dan itu benar-benar cocok dengan suasana hati.  lalu berpikir bahwa kita sudah sampai ke puncak keputusasaan.  Hingga berpikir merasa tersingkir dan tersesat, merana dan setengah mati merindukan sesuatu yang tak diketahui dan tak dapat disebutkan. 

 

Setiap hari adalah misteri, setiap saatnya, setiap inchi langkah yang terambil.

setiap hari membawa segala kemungkinan, bahkan kemungkinan yang terburuk

Jika hanya gangguan dari manusia, itu sudah biasa

lah wong kita ini hidup berdampingan dengan manusia, menjadi antara zoon politicon atau homo homini lupus.

 

Manusia, yang hanya bisa kita lihat wajahnya, bajunya, ekspresinya, kulit luar yang membungkus seluruh anatomi tubuhnya.

 

Padahal, manusia terdiri dari banyak hal, mulai dari al-insaanu ma'alul khotto' wan nisy-yan, al insaanu fi ahsani taqwiim, dan lain-lain. 

sekali lagi, karena yang bisa kita lihat hanya lapisan luarnya saja, kita enjoy berdampingan dan bersinggungan dengan sesama manusia.

 

Coba bayangkan, jika lapisan di dalam kulit, yang sejatinya menakutkan itu, dapat kita lihat.

Daging yang berwarna merah, diselimuti sekian milyar urat syaraf, otot, jaringan darah, dan silang sengkarut mesin yang mungkin tengah membusuk melawan penyakit, berdarah-darah putih menjadi nanah terserang virus atau bakteri atau kotoran dari luar tubuh yang harus dikeluarkan .. dan aroma basin darah, aroma bangkai usus besar tempat tinja diproses ...

 

Di dalam diri kita, yang terbungkus wajah cantik, tampan, tua, muda ... sejatinya sangat buruk rupa.

bayangkan kalau kita tidak dilapisi kulit ... itulah kita, itulah orang orang di sekeliling kita ...

 

Padahal, kita disebut sebagai sebagus bagusnya makhluk ... bukankah itu membingungkan?

bukankah itu menyesatkan?

 

ya, kita memang sangat mudah tersesat ...

Di setiap langkah kita, di setiap detik yang kita miliki ...

 

Manakah yang lebih baik ... tersesat untuk menemukan jalan kembali

 

atau tersesat selamanya, karena belum lagi kita menemukan jalan kembali, untuk memperbaiki segala sesuatu yang tampaknya tidak beres, ternyata kita harus mati ....

meninggalkan ketersesatan tak terselesaikan ...


*1  Lazzlo Javor menulis sebuah lagu yang berjudul Gloomy Sunday. Lagu tersebut kemudian dijadikan irama musik oleh Rezsoe Seres dan rekaman lagu itu langsung meledak. Lagu itu dikarang Lazzlo untuk kekasihnya. Tetapi, kejadian buruk yang tidak diperkirakan terjadi, kekasih Lazzlo Javor mencabut nyawanya tidak lama setelah peluncuran lagu tersebut.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler