Skip to Content

LUKA GADIS

Foto Agung wijaksono

1
Pagi itu, Ia beranjak bangun dari kasurnya dengan tergesa-gesa. Ia melawan rasa kantuknya dengan segera menenggelamkan wajahnya dalam guyuran air sumur.


Ia berjalan cepat menuju gedung tempat perayaan hari wisuda si Gadis. Tak lupa Ia membeli sebuah boneka beruang yang memakai toga. Ia ingat jika Gadis yang akan ditemuinya sangat menyukai boneka beruang. Dulu, sebelum peristiwa itu terjadi Ia sering membelikan Gadis boneka beruang dan Gadis akan memeluk dirinya segera setelah menerima boneka beruang darinya.

Suasana di luar gedung perayaan wisuda si Gadis belum terlalu ramai, meyakinkan dirinya jika Gadis pasti masih ada di dalam gedung. Ia memilih menunggu di taman yang ada di sebelah kanan gedung, taman yang sudah Ia kenal sejak dulu. Ia duduk di bangku kayu yang posisinya ada di belakang pohon beringin besar dan sulit terlihat bahwa ada orang duduk dibelakangnya. Sebelum peristiwa itu, Ia ingat jika di bangku kayu ini Ia dan Gadis sering menghabiskan waktu bersama sebelum senja tiba. Bahkan Ia masih ingat bagaimana suara Gadis merajuk, suara Gadis mendesah


Ia menyalakan rokok kreteknya dan menghirupnya dalam-dalam, segera setelah itu asap keluar dari mulut dan hidungnya. Berkali-kali Ia menebarkan pandang ke arah pintu keluar gedung dan Ia hanya mendapatkan kekecewaan, Gadis belum juga keluar gedung. Bahkan saat semua yang mengisi gedung telah keluar Ia tak juga melihat sosok Gadis, mencium baunya pun tidak. Ia mencoba untuk berkeliling di sekitar gedung tersebut berharap melihat Gadis sedang berdiri menunggunya, namun tetap tak juga Ia temui Gadis. Menyerah, Ia pun kembali ke bangku kayu.


Ia coba mengingat terakhir kali Ia bertemu dengan teman si Gadis, temannya mengingatkan jika Gadis akan wisuda di hari ini. iya, hari ini. Ia yakin ini adalah hari wisuda Gadis. Ia tak akan pernah salah dalam hal ini, bahkan Ia manjadikan tanggal hari ini sebagai password kartu ATMnya. Bahkan Ia sudah menyIapkan kata-kata apa yang akan Ia ucapkan jika Ia bertemu Gadis hari ini.


Ia tak percaya Gadis tak dilihatnya hari ini. Ia kembali ke kebIasaannya, merokok. kebIasaan yang sangat dibenci oleh Gadis. Gadis pernah berhenti bicara seminggu dengannya karena Ia ketahuan sedang merokok di pojok kamar kosannya saat Gadis membuka pintu kosan bermaksud mengejutkannya di hari ulang tahun hubungan mereka. Selama seminggu Ia meyakinkan Gadis dan berjanji akan berhenti merokok selamanya. Sebuah janji yang Ia ucapkan tanpa kesungguhan karena keesokan harinya Ia kembali merokok, tanpa sepengetahuan Gadis.


Pertemuan mereka terjadi di hari minggu, 2 tahun yang lalu. Ia dan teman-temannya sedang lari pagi mengitari sebuah danau tak jauh dari kosannya. Ia sudah lelah mengitari danau empat kali dan bermaksud membeli air mineral untuk membasahi kerongkongannya yang terasa kering ketika Ia melihat seseorang duduk di pinggir danau dengan tatapan kosong. Ia mendekati seseorang tersebut dan duduk di sampingnya. Begitulah dan Ia tahu namanya Gadis. Sejak itu, Ia dan Gadis selalu bertemu di hari minggu di tempat yang sama dan keadaan yang sama. Ia kehausan dan Gadis duduk di pinggir danau dengan tatapan kosong.


Dua bulan setelah pertemuan. Ia mulai tertarik untuk menjadikan Gadis sebagai kekasihnya. Ia mulai sering melontarkan rayuan dan akan berhenti jika Gadis sudah mencubit atau menepuk bahunya. Ia melihat Gadis adalah seorang yang cocok untuknya dan tak lama lagi Ia akan segera mengutarakan cintanya pada Gadis. Ia akan membawa boneka beruang pada hati minggu. Ia sudah memesan boneka beruang dengan tanda love di perutnya. Ia tahu Gadis sangat menyukai boneka beruang dan Ia juga tahu Gadis tak akan menolaknya. satu yang Ia tak tahu, Ia tak tahu jika di dalam diri Gadis terdapat luka dan lukanya tak akan pernah bisa sembuh.

2
Gadis baru saja selesai menyelesaikan sekolahnya di SMA 1 Kendewani. Gadis tak tahu jika dirumahnya sedang terjadi peristiwa yang akan mengubah hidupnya 180 derajat. Gadis yang saat itu ingin memeluk ibu dan ayahnya karena lulus SMA dengan predikat peringkat 1 di sekolahnya tertunduk lesu saat melihat rumahnya ramai dengan orang berlarIan. Ada yang membawa ember di tangan. Ada yang berlari menyelamatkan diri. Ada ibu duduk menangis sambil menggendong anak bayinya. Ada petugas yang menyemprotkan air ke arah api. Gadis melihat semua yang dilakukan orang-orang tanpa bisa melakukan apapun. Gadis hanya berdiri memegang kertas berisi nilai ujIan akhir sekolah yang sebagIan besar berisi angka 8 dan 9.


Seseorang datang mendekati Gadis, memeluknya. Gadis balas mendekap pelukan dan menangis sesenggukan. Gadis memandang wajah pemeluknya dan yang dipandang cukup mengetahui maksud Gadis. Ibumu pergi nak, ibumu meninggalkan kita. Kata-kata yang membuat hidup Gadis serasa berhenti sejenak. Pingsan.


Pagi itu ternyata adalah pagi terakhir yang disedIakan oleh Tuhan untuk Gadis melihat dan memeluk ibunya. Api telah menyambar habis rumahnya dan membawa serta ibunya pergi bersamaan dengan asap yang membumbung tinggi. Gadis sadar dari pingsannya dan berharap jika api yang datang tak diundang di rumahnya adalah sebuah mimpi. Gadis tak menemukan ibunya sepanjang Ia memandang, hanya ayahnya yang Ia lihat dan sebuah boneka beruang tertidur di sampingnya. Ayahnya memberitahu jika boneka beruang itu hadIah dari ibunya untuk merayakan kelulusannya dan tak sempat diberikan kepada Gadis. Sejak itu Gadis percaya api memang telah datang diutus Tuhan untuk membawa ibunya pergi.


3
Ia memeluk Gadis di bangku kayu taman itu. Semenjak Ia mengutarakan cintanya pada Gadis mereka tak lagi bertemu di pinggir danau. Ia dan Gadis lebih suka menghabiskan waktu menunggu senja di bangku kayu taman samping gedung yang terhalang pohon beringin besar. Ia bIasanya akan bercerita panjang lebar kepada Gadis tentang sejarah bangsa mereka. Tentang Ken arok arok yang menikahi ken dedes dan tentang korupsi yang menggerogoti negara ini. Ia akan menyudahi ceritanya jika Gadis mulai menyandarkan kepala di bahunya, karena itu artinya tugas mulutnya untuk bercerita berganti. Berciuman.


Hubungan Ia dan Gadis berjalan layaknya hubungan-hubungan manusIa lain. Bertemu untuk berduaan, berpisah untuk menumbuhkan rindu. Sampai suatu hari peristiwa itu terjadi. Peristiwa yang membuat Ia memutuskan untuk meninggalkan Gadis.


4
Gadis meringkuk di pojok kamarnya. Semenjak ibunya meninggal Gadis dan ayahnya pindah dan menempati sebuah rumah kontrakan di pinggiran Jakarta. Ayahnya bekerja dari pagi hingga maghrib tiba sebagai pekerja bangunan di sebuah proyek di Jakarta.


Dua tahun setelah kepergIan ibunya. Gadis mulai merasakan perubahan dalam diri ayahnya. Ayahnya kini menjadi pemarah dan menyiksa Gadis dengan kata-kata kasar dan tangannya. Gadis dan ayahnya kini tak lagi saling bicara karena Gadis selalu keluar kamar pagi sekali untuk kulIah dan pulang sehabis senja tiba. Sampai di rumah Gadis langsung masuk kamar dan menguncinya rapat-rapat. Gadis hanya akan membukanya jika sudah terdengar ketukan di pintu kamarnya. Ketukan yang suaranya tak begitu keras tapi cukup membuat tubuh Gadis menggigil. Awalnya tak ada yang aneh dengan gelagat ayahnya. Ayahnya hanya meminta Gadis untuk memijit badannya yang terasa pegal-pegal. Namun sIapa sangka, itulah awal petaka bagi Gadis.


Ayahnya meminta Gadis untuk membuka pakaIannya. Gadis menolak, namun ayahnya kembali memaksa dan Gadis tak kuasa menolak. Gadis memijat ayahnya mulai dari punggung, tangan, dan kaki. Gadis memijat dengan terburu-buru berharap tugasnya cepat selesai dan ayahnya akan keluar dari kamar, membebaskan dirinya dari ketakutan. Seminggu sudah setIap malam Gadis memijat tubuh ayahnya dan seminggu itu juga setIap malam Gadis harus menanggalkan pakaIan di depan mata ayah yang membesarkannya.

 

Hingga tiba hari kedelapan. Gadis tengah berdIam diri di kamar mengerjakan tugas kulIah. Ia sama sekali tak keluar kamar sejak tiba di rumah jam 7 malam dan Ia bahkan lupa jika sejak sIang perutnya belum lagi terisi makanan. Ia sudah terbIasa menahan lapar sejak ayahnya berubah, satu yang tidak bisa Gadis tahan, menanggalkan pakaIan di malam hari dan di depan mata ayahnya sendiri. Terdengar pintu kamarnya di ketuk, Gadis menggigil. 

 

Ketukan di pintu semakin keras. Gadis memilih untuk dIam tak beranjak dari duduknya. Hingga terdengar satu bentakan dari luar kamar dan Gadis memutuskan membuka pintu kamar. Gadis takut ayahnya hilang akal dan mendobrak pintu kamar. Pintu di buka dan Gadis melihat ayahnya telah telanjang bulat. Gadis menggigil melihat ayahnya dan lari ke pojok kamar. Gadis melihat ayahnya mendekat. Tubuh Gadis dIangkat oleh sang ayah dan direbahkan ke kasur. Gadis tak berani membuka matanya dan terjadilah malam itu Gadis harus merelakan kesucIannya terenggut di tangan sang ayah. 

 

Pagi sekali Gadis bangun dan masih terbayang wajah ayahnya semalam. Ayah yang seharusnya menjaga Gadis justru menjadi orang yang merusak dan membuat luka di hidup Gadis. Sejak malam itu, Gadis harus sIap jika ayahnya meminta masuk ke kamar dan dalam keadaan telanjang bulat. Ayahnya sudah lupa daratan dan menjadikan Gadis sebagai pemuas nafsu belaka. 

 

Gadis menderita mendapati hidupnya telah hancur dan bernIat untuk mengakhiri hidupnya pagi itu, hari minggu di pinggir danau. Gadis membawa botol air dengan racun di dalamnya. Gadis sudah bernIat untuk meminum racun sebelum seseorang tiba-tiba duduk disampingnya. Ia.

 

5

Gadis mandapati dirinya menemukan kembali bahagIa jika berduaan dengan Ia. Gadis sudah tidak perduli perlakuan ayahnya di malam hari. Gadis hanya perduli dengan waktu menuju senja. Waktu yang disedIakan oleh Tuhan untuk Gadis dan Ia melepas rindu di balik pohon beringin besar samping gedung. Gadis menyukai Ia yang suka bercerita panjang dan lebar kepadanya. Gadis juga menyukai apa yang Ia lakukan dengan bibir dan tangannya di bangku kayu itu. Gadis merasa Ia akan mampu membawa dirinya pergi dari derita yang selama ini mendera.

 

Pagi itu Gadis bangun dan segera mandi. Gadis tak mau berlama-lama untuk berada di rumah. Ia lebih suka berangkat pagi-pagi, berkulIah dan bertemu Ia di taman samping gedung. Gadis sedang merIas wajahnya saat tiba-tiba pintu kamar diketuk dari luar. Gadis kembali menggigil. Gadis tak kuasa menolak dan pagi itu Gadis tak berangkat kulIah. 

 

Ia masih duduk menunggu Gadis di bangku kayu. Ia sudah menunggu satu jam dan Gadis tak juga muncul. Ia berpikir untuk melihat Gadis di rumahnya. Ia tahu rumah Gadis saat dulu pernah mengantar Gadis pulang ke rumahnya setelah Ia memaksa Gadis untuk mengantarnya. Gadis tak pernah mau dIantar pulang oleh Ia karena Gadis tak mau ayahnya mengetahui.

 

Ia tiba dirumah Gadis dan mendapati rumah Gadis tak terkunci. Ia masuk ke dalam rumah karena penasaran tak ada tanda-tanda aktivitas ketika Ia mengetuk rumah Gadis hampir sepuluh kali. Ia masuk dan mendengar suara-suara dari salah satu kamar. Ia merasa tak asing dengan suara-suara itu. Ia memepercepat langkahnya dan membuka pintu kamar. Ia terkejut melihat Gadis tengah berburu desahan dengan seseorang. Gadis yang tengah mendesah melihat pintu terbuka dan Ia sudah ada di depan kamarnya. Gadis ingin berterIak namun takut ayahnya menyadari ada Ia di dalam rumah. Ayahnya tak melihat pintu terbuka karena tertutup tubuh Gadis. 

 

Ia segera keluar dari rumah Gadis demi melihat Gadis berburu desahan dengan lelaki lain. Ia tak mampu menahan amarah. Ingin Ia membunuh lelaki yang sedang bersama Gadis, namun Ia justu melihat Gadis tidak sedang diperkosa. Gadis menikmatinya. Ia pergi dan berjanji tak akan mengganggu kenikmatan Gadis. 

 

Gadis mencari Ia dan tak pernah menemukannya. Gadis sungguh menyesal dirinya tak pernah kabur dari ayahnya dan justru menikmati perlakuan ayahnya setelah beberapa kali coba melawan. Gadis pergi ke kosan Ia dan menemukan kamar Ia terkunci dengan tempelan "kosan kosong" menempel di pintunya. Gadis juga pergi ke taman samping gedung dan duduk di bangku kayu belakang pohon beringin setIap hari. Namun Ia tetap tak pernah menemui dirinya. 

 

6

Gadis kembali ke dunIanya dahulu. DunIa saat belum mengenal Ia. Gadis kembali ke penderitaannya yang dahulu. Tak ada lagi Ia disampingnya. Tak ada lagi Ia menemaninya di bangku kayu sambil bercerita panjang dan lebar. Gadis menyesali dirinya. 

 

Gadis terkejut. Gadis merasakan ini memang sudah takdirnya. KematIan yang coba dijemput di pinggir danau bukan tidak disetujui oleh Tuhan. Namun hanya ditunda olehNya. Sejak malam itu Gadis sudah bertekad untuk kembali ke pinggir danau. Dahulu Gadis berjanji pada Ia untuk minta ditemani jika ingin pergi ke pinggir danau.

 

Minggu itu, seminggu sebelum hari wisudanya dan dua bulan setelah Ia meninggalkannya dan tak lagi menemuinya. Gadis pergi ke pinggir danau membawa botol air mineral yang sudah di beri racun. Gadis meminum air tersebut dan tubuhnya segera kejang-kejang. Mati. 

 

Di dalam kamar Gadis ditemukan kertas yang Gadis simpan di bawah bantalnya sesaat sebelum Gadis pergi ke pinggir danau. Kertas itu untuk Ia, kekasihnya. Tertulis "Maaf aku tak menepati janjiku, aku pergi ke pinggir danau dan aku tak minta dirimu untuk menemani. Maaf aku kembali ke tempat itu, tempat kita bertemu. Aku sudah memutuskan. Kau tahu Ia, aku hamil. Aku hamil dan anak yang ku bawa ke pinggir danau dalam kandunganku adalah anakmu"

 

Ciputat, 13 November 2017

Agung Wijaksono (KupuSara) 

kupusara.wixsite.com/agungwijaksono

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler