Skip to Content

Malaikat dapat kesetanan

Foto Ilham pasawa

Aroma hujan masih mengisi seluruh ruang kosong dalam kota ini. Aku masih saja memikul beban yang tak sedikitpun bertambah ringan. Beban hanya akan bertambah berat acapkali detik bergeser ke arah kanan. Muso, sahabatku ia benar - benar lupa tujuan utamanya ketika ia berniat untuk mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Kali ini pun rasa - rasanya ia lupa terhadapku. 

Lalu, kala itu di tengah suasana terik mentari yang membakar. Aku datang menemui Muso di kantor dinasnya. Lalu ku sampaikan pesan orang - orang desa yang menitipkannya kepadaku. Tetapi ia tampak tak mengubris sedikitpun. Lagaknya bagaikan seorang raja diatas singasana, Arogan. 

Aku masih ingat betul percakapanku dengan Muso ketika masih menjadi seorang mahasiswa. 

" Muso, kiranya apa yang dipikirkan pejabat - pejabat yang tak perduli dengan rakyatnya itu " kataku

" yah, itu karena sikap kesombongan dan kearogansian yang ada pada pejabat itu. Seharusnya pejabat itu harus selalu perduli terhadap kepentingan rakyat, dan bisa menghargai pesan - pesan dari rakyat " kata Muso setengah menjelaskan

" kau benar Muso. Tapi menurutku setiap pejabat pasti sebelumnya memiliki niat macam itu, namun setelah ia dapat tahta ia seakan amnesia dengan niatnya itu " kataku.

" aku sendiri tidak pernah berniat untuk menjadi pejabat, sekalipun nanti aku jadi pejabat aku akan menjadi pejabat yang berpihak kepada rakyat " kata Muso

 

Dan kini, hampir 30 tahun berlalu, dan Muso seakan telah lupa oleh kata - kata yang terlontar dari mulut gigihnya ketika masih menjadi seorang aktivis kampus. Dan kini ia telah dikubur. Muso saat ini adalah Muso yang dikendalikan oleh ambisi dan birahi. Ah Muso, aku seakan tak melihat sosok kau kali ini. Sudah ku bilang, jabatan dapat merubah malaikat menjadi setan.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler