Skip to Content

Marah ... untuk apa?

Foto Samudera Yekti

Manusia, lahir membawa hak asasi, juga membawa trah sebagai zoon politicon sekaligus homo homini lupus..

 

Saya, seperti manusia yang lain bisa lebih baik dari malaikat, bisa lebih buruk dari setan.

 

Manakala ada yang menyinggung perasaaan, atau melakukan hal-hal agar saya tidak bisa lebih maju (dalam bidang apapun) alias menjegal langkah saya ... maka, insyaAllah, setelah 33 tahun hidup mencecap pahit-getir-asam-manis kehidupan, saya akan hijrah dari tempat tersebut, mencari tempat lebih baik.

 

Toh, Tuhan menyediakan bumi ini untuk saya pijak, dan saya manfaatkan untuk hidup... dan saya pasti bisa hidup dimanapun, bisa makan dimanapun dan dari hasil bumi yang saya kelola dengan baik.

 

Tidak perlu berkecil hati, karena, dengan menjadi diri sendiri ...saya sudah merasa luar biasa sangat bahagia.

 

Jadi, Marah? untuk apa?

Tak ada gunanya

 

A table, a chair, a bowl of fruit and a violin; what else does a man need to be happy?

A perfection of means, and confusion of aims, seems to be our main problem.

A man should look for what is, and not for what he thinks should be.

(Einstein)

 

A man, needs him/herself to be happy, just beeing whatever they are.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler