Skip to Content

Mati Hati

Foto saiful bahri

ALAM kampung masih pagi sekali ketika terbetik kabar bahwa penguasa kampung telah mati hati. Terperangahlah kami orang-orang penghuni kampung. Tepatlah ramalan Si Nujum Tua tiga belas purnama lalu bahwa akan tiba masa mati hati bagi penguasa tanah kampung pusaka sisa akhir generasi anak negeri. Telah masa mati hati! Sudah masa mati hati!


Lalu, pantas tak pantas bertanyalah kami : dukacitakah ini? Sukacitakah kami? Kami, si sisa akhir generasi anak negeri, menjelang usai pagi ini telah memacak anak panah pesakit sakit hati yang kami bidik sendiri untuk tercucuk tepat di ulu hati kami sendiri, biar hati kami turut mati, seperti mati hatinya penguasa pengayom kampung kami. Maka, ketika anak panah itu tertikam di cekam-cekam di sekujur hati kami, terbersitlah nikmat terselubung kala detik-detik merayap menjelang sekarat mati hati kami. Di tengah nikmat sangat itu, sungguh telah datang secuil masa paling celaka, karena ketika sekarat itu menerkam-terkam, mendadak sekali kami dipaksakan untuk sadar kembali. Hati kami dilarang mati. Hati kami dipaksa tetap hidup segar kembali!

Wahai, apalah guna denyut sekerat hati kami yang paceklik , jika sebungkah raya hati penguasa kampung kami kini membatu, membeku di kelam mati hati! Lalu, pantas tak pantas kami pantas-pantaskan saja engkau tetap menjadi penguasa di kampung kami, karena cuma engkau yang paling lihai menguasai seutuhnya keberadaan kami lahir-batin. Engkau pukau kami dengan kelakar melingkar, engkau jengkal kami dengan tangkal membebal. Bebal-beballah setangkup hati kami. Sebal-seballah engkau bermati hati!

Masa mati hati, masa penguasa racuni mimpi-mimpi suci kami. Masa mati hati, masa penguasa berkehendak-kehendak sesukannya sendiri! Lalu, malu-malu kami menakar untung rugi hidup di zaman ini, di udik kampung kami sendiri. Menceracaulah kami di warung-warung kopi yang tak pernah sepi, di gelanggang rapat akbar dan demo-demo sepanjang hari - sepanjang bulan - sepanjang tahun - sepanjang usia, di hiruk pikuk jalan-jalan sesak yang sempit pengacau arah tuju kami, dibau-bau anyir kumuhnya pasar ikan, di lobby-lobby mewah hotel berbintang, di selokan air hitam limbah kotoran yang tersumbat, di kolom-kolom kecil berita gosip tak penting, di sela-sela khotbah dan dakwah-dakwah, di lembar usang buku catatan harian, di sekujur diri, di seujung rambut, di seujung kaki kami. Kami ulur-ulur sisa waktu kami, agar panjang umur hati kami, agar kami tetap bernyali untuk tak larut dalam mati hati penguasa kampung kami!

Ketika mati hati, kemerdekaan semu itu sungguh percuma engkau cecap-cecap sendiri! “Anak-anak, pelajaran kita pada hari ini adalah pelajaran etika,”ujar seorang Ibu Guru di sebuah sekolah kampung kami.

“Etika, Bu?”tanya murid-murid serentak.
“Iya!”
“Etika apa, Bu?”
“Etika manusia…”
“Etika siapa, Bu?”
“Etika manusia…”
“Manusia siapa, Bu?”
“Manusia kita!”
“Manusia kita?”
“Iya, manusia kita!”
“Lho, kok kita?”tanya murid-murid bingung. Mereka mulai berisik berkasak-kusuk.
“Iya, ya... Kok, kita ya?”Bu Guru turut bingung. Ia mendadak linglung.
Guru sekolah kampung kami bersama-sama muridnya terperangkap sepanjang siang untuk tak jemu-jemu mencari jawab atas tanya yang mereka tanya untuk mereka jawab sendiri. Sungguh sukar jawab itu terjawabkan, hingga sampai berdenting lonceng tanda sekolah usai mereka belum jua bersua jawab.

Esok harinya Ibu Guru sekolah kampung kami tak mau lagi mengajar. Lusanya murid-murid sekolah kampung kami mulai ogah-ogah masuk sekolah. Seminggu setelah itu sekolah kampung kami dibubarkan, lalu dirobohkan, lalu tanahnya digadaikan, uangnya digunakakan untuk sesuatu yang seorang pun tidak boleh tahu. Nah!

***

Telah masa mati hati! Sudah masa mati hati! Di tengah hiruk pikuk kampung yang bergerak cepat sekali, kami orang-orang kampung meringkuk-ringkuk di kesunyian yang sunyi sekali. Hati kami terasa sakit sekali. Mungkin sekejap lagi kami akan senasib dengan penguasa kampung kami, bermati hati tanpa kami sangka-sangka, luput dari segala duga!

Banda Aceh, 24 Oktober 2009

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler