Skip to Content

Matinya Sang naga Api

Foto Yudho

Rimba raya kini semakin rusak tak menentu, banyak pohon pohon baik besar maupun kecil yang mati, atau tanah yang tak lagi bisa ditanami, semua akibat ulah raja mereka yang rakus dan tak perduli dengan rimba mereka, yaitu Sang Naga Api. Melihat keadaaan itu maka para kurcaci penghuni rimba mengadakan suatu pertemuan di tengah rimba, mereka ,merencanakan suatu gerakan untuk meminta keadilan pada sang naga api. Hingga akhirnya diputuskan bahwa pada hari ke delapan saat matahari berada tepat di atas kepala, mereka semua akan berkumpul di depan gerbang kerajaan rimba itu untuk menyampaikan tuntutannya.

Hari yang ditentukan tiba, sesaat menjelang matahari berada tepat diatas kepala, para kurcaci penghuni rimba telah berkumpul di depan gerbang istana sang naga api. Melihat hal tersebut para penjaga gerbang segera bersiap dan  segera melaporkan hal tersebut kepada penjaga lain yang berada didalam istana untuk disampaikan kepada sang raja. Salah satu dari penjaga tersebut menghampiri pimpinan para kurcaci dan menanyakan maksud dan keperluan mereka disitu. Dengan lantang pimpinan kurcaci menyatakan tuntutannya tentang keadilan terhadap rimba tempat para kurcaci hidup.

"kami menuntut perlindungan dan bantuan raja atas hidup kami di dalam rimba" kata pemimpin kurcaci pada si penjaga.

"perlindungan dan bantuan apa?" kata si penjaga tidak mengerti atau pura pura tidak mengerti maksud si kurcaci

Sang pemimpin kurcaci melanjutkan "kami ingin raja lebih merawat dan memperhatikan rimba kami, karena kini kami tak lagi memiliki air dan tak bisa menanami rimba kami,....dan satu lagi, kami ingin menyampaikan langsung kepada raja Naga Api".

Tanpa mengangguk atau menggeleng sang penjaga pergi ke gerbang istana, namun tak berapa lama penjaga dalam istana terlihat datang dan berbisik menyampaikan sesuatu padanya.

Tak berapa lama penjaga dalam istana kembali ke dalam gerbang sementara penjaga yang tadi berbincang dengan pimpinan kurcaci kembali menghampiri para kurcaci tersebut dan dengan lantang berkata "hai para kurcaci tuntutan kalian telah kami terima, kami berjanji akan menyampaikannya kepada raja kita, sang naga api, pulanglah sekarang karena saat ini sang raja sedang tidak bisa diganggu, percayalah.... tuntutan kalian akan kami sampaikan"

Mendengar itu seketika rombongan kurcaci menjadi riuh, tak lama sang pemimpin kurcaci maju ke depan dan berkata "tuan penjaga.. tolong hargai kami, perjalanan kami kesini bukan untuk disuruh pergi, kami berjalan kaki kesini dengan sedikit persediaaan makan dan minum namun kami rela, agar kami dapat bertemu dan mendapatkan penjelasan dari raja naga api tentang nasib kami, tolonglah tuan penjaga..." kata sang pemimpin dengan lantang. Namun bukan jawaban yang didapat sang pemimpin, malah tak lama datang tiga orang penjaga lain kearahnya, kata mereka "hai pak tua, kami coba bicara dan menyuruh kalian pergi baik baik, namun apabila kalian membangkang, jangan salahkan kami kalau kami harus menyuruh pergi kalian dengan kasar". Ketiga penjaga tadi malah mengancam para kurcaci tersebut, namun bukan takut yang dirasa sang pemimpin kurcaci malah balik menjawab "bukan kami membangkang hei penjaga, namun apabila kalian mengancam kami seperti itu, kamipun tidak takut, karena bagi kami sama saja, dengan raja yang tidak memperhatikan kami dan rimba kami beserta isinya, kamipun akan mati, lantas kenapa harus takut kalau mati sekarang dan disini" papar sang pemimpin yang disambut gaduh oleh teriakan teriakan kurcaci lain para pengikutnya.

Si penjaga nampak semakin marah, ia siap untuk kembali memaki-maki kembali pemimpin kurcaci, namun sebelum sepatah katapun keluar dari mulutnya, tiba-tiba terlihat bulatan bola api besar beberpa kali dari pelataran istana membelah langit. Ternyata sang naga api telah keluar dari peraduannya dan sepertinya sangat marah. Melihat hal ini pucat pasi wajah si penjaga, namun tidak demikian dengan sang pemimpin kurcaci. Dengan gagah ia malah menghampiri gerbang menuju pelataran istana diikuti kurcaci-kurcaci yang lain, sementara para penjaga seperti tertancap paku, terdiam ditempatnya tanpa dapat bergerak apalagi mencegah para kurcaci untuk masuk istana.

saat memasuki halaman depan istana, sang pemimpin kurcaci nampak cukup terkejut, karena baru pertama kali inilah ia berada begitu dekat dengan rajanya, ternyata sang naga api begitu besar dan seram, dan pastinya tidak ramah. Namun ia buang jauh-jauh rasa terkejutnya dan mulai menyampaikan tuntutanya. Namun belum sempat ia membuka mulut, tiba-tiba jilatan api yang sangat besar hampir saja mengenai tubuhnya yang kecil. Rupanya naga Api benar-benar marah, dan semburan api dari mulut sang naga diarahkan beberapa kaki dari sang pemimpin kurcaci sebagai peringatan bahwa dia marah, setelah menyemburkan apinya berkatalah sang naga " hei kurcaci-kurcaci tak berguna, apakah para penjagaku tak menyampaikan pada kalian bahwa aku tak ingin diganggu?" katanya dengan nada marah. Dengan tegas sang pemimpin kurcaci menjawab "benar yang mulia, para penjaga sudah menyampaikannya, namun tolonglah mengerti yang mulia hidup kami di tengah rimba sudah sangat menderita, sudilah kiranya baginda raja sang naga api yang perkasa membantu kami agar keluar dari kesusahan itu" kata sang pemimpin dengan sedikit membungkuk, sebagai tanda penghormatan pada rajanya.  Tak berapa lama Naga Api menjawab "kuminta kalian pulanglah, kesusahan juga dialami oleh semua penghuni rimba, nanti aku akan membantu pada saatnya". "tapi saat ini adalah waktunya yang mulia, keadaan kami sudah sangat menderita, bahkan ada beberapa diantara kami yang sudah mati paduka."

Dengan sedikit mengibas ekornya sang rajamenjawab "Pergilah, sebelum kalian merasakan kemarahanku, saat ini aku tak bisa bantu apa-apa". suara gaduh terdengar dari para kurcaci. Tak lama jilatan dan bola bola api keluar dari mulut sang naga api kearah langit. "diam semua...." teriak sang raja. Kalau kalian semua tak mau pulang, juga jangan salahkan aku aku akan membunuh kalian dengan apiku, termasuk kau kurcaci tua" kata sang raja kepada para kurcaci. Merasa putus asa dan tak tahu mau bagaimana lagi, maka sang pemimpin kurcaci dengan nekat menghampiri mulut raksasa sang naga, tanpa diduga sebelum sempat ia bicara, sebuah sorotan api dari mata sang naga membakarnya hingga tak bersisa. Rupanya sang naga benar-benar marah sehingga dengaqn kejam tega membantai rakyatnya sendiri. Melihat pimpinannya mati, para kurcaci lain sebagian ada yang kabur kembali kedalam hutan, namun tak sedikit pula yang nekat menyerang sang naga, namun pertempuran memang tak berimbang, walau para kurcaci berjumlah lebih banyak dari sang naga, namun karena ukuran, tenaga dan kemampuan yang sangat jauh dengan sang naga, maka tak lama satu persatu para kurcaci berguguran hingga tinggal satu kurcaci yang paling muda, ternyata ia adalah anak dari pemimpin kurcaci yang tadi telah dibunuh sang naga. Saat detik terakhir sebelum disembur api kepadanya ia berteriak kepada sang naga "Hentikan wahai naga yang perkasa....". karena terkejut sang naga menghentikan serangannya, "Hmmh... kenapa? apa kau hendak meminta ampun hei kurcaci kecil?" sang naga bertanya. "Bukan" jawab si kurcaci, "Aku hanya ingin bertanya, apakah kau juga suka memakan musuhmu tanpa harus menyemburkan api, kalau jawaabmu iya, aku mengaku kalah tapi ijinkanlah aku mati dimakan olehmu bukan di sembur api olehmu". "hmmh...permintaan yang aneh.. tapi baiklah, lagipula buat apa aku menghamburkan apiku hanya untuk membunuh kurcaci lemah sepertimu". Maka dibukalah mulutnya, dan melangkahlah si kurcaci kedalam mulut sang naga". Sang Naga Api merasa senang dan berdiri, bersiap untuk mengunyah kurcaci tadi,  namun tak disangka, sebelum sang naga mengunyahnya, si kurcaci langsung meluncur turun melalui kerongkongan naga tadi. Dalam meluncur turun tersebut, ternyata diam diam ia telah menyelipkan sebilah pisau saat ia masuk mulut naga tadi, maka pada saat meluncur tersebut, ditancapkannya pisau tersebut ke pinggiran kerongkongan hingga sobeklah lapisan tersebut dan dengan leluasa si kurcaci mencabik-cabik isi perut sang naga dengan pisaunya. Sementara sang naga mengamuk sejadi-jadinya karena sakit bukan kepalang, mulutnya mengeluarkan bola api tak henti, sedang matanya mengeluarkan sinar api yang membakar dinding dinding istananya sendiri nhingga hangus dan terbakar, lama kelamaan gerakan sang naga melemah dan akhirnya diam sama sekali, sang naga mati.

Bagaimana nasib si kurcaci muda? dengan sisa tenaga terakhir si kurcaci mencabik-cabik seluruh isi perut sang naga sebelum akhirnya ia kehabisan nafas dan mati bersama naga tersebut. Akan halnya para penjaga istana? mereka telah mati oleh para kurcaci yang tak berani melawan sang naga namun melampiaskan kemarahannya kepada para penjaga tersebut, dan kini para kurcaci tersebut hidup tenang didalam rimba tanpa ada yang merusak rimba mereka yang berangsur pulih seperti sediakala.   

Komentar

Foto ofra linda

saya sangat menyukai cerpen

saya sangat menyukai cerpen ini .?!!!

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler