Skip to Content

(Me)malaikat(kan) Iblis

Foto Diyan Fauziyah

Kalut. Dan banyak muslihat. Dua kalimat itu yang terus mengalir di sendi-sendi tubuhku. Ku pikir, badanku pun ikut lelah dengan kemauan diri yang sangat absurd untuk dimengerti. Bahkan, sangat mungkin terjadi, tatkala kutuliskan huruf-huruf ini dengan penuh konsentrasi, segalanya terasa remuk redam.

Kau tahu? Tuts-tuts keyboard ini menertawakanku dengan girang karena telah berulang kali aku salah memencet salah satu dari mereka. Tuts-tuts ini, membuatku iri. Tentu saja sangat bisa menjadikan makhluk lain iri jika yang di lakukan tuts-tuts keyboard ini adalah berada di tempatnya sendiri tanpa mengkhawatirkan tangan-tangan jahil yang menindas bagian-bagian dari mereka. Sangat natural.Tanpa perlawanan.Tanpa pergolakan.Tanpa pikiran.Dan terus ada sepanjang laptop masih digunakan.

Sangat jauh berbeda denganku. Walau aku duduk manis dengan indahnya di sofa rumahku. Memanggut-manggut lirih pada tiap kata yang terjejalkan di layar laptop sambil berusaha sok tidak bingung memikirkan kata apa yang selanjutnya ku dentumkan pada tuts-tuts yang tak tergoyahkan ini. Ku gosok-gosok cincinku, berharap ada beberapa makhluk lain yang mau menyinggahi otakku sehingga aku tak memperumit diri dengan menerus-neruskan hal tak penting begini.Namun, hampa ini rasa-rasanya terlanjur betah bersarang di benakku.

Saat mataku  mulai terasa menggantung, kantuk yang menyerang tentu saja, aku sudah mulai melantur. Sempat tadi kulihat ada beberapa ketukan kecil di pintu rumahku.Tanda seseorang tengah berdiri menunggu sebuah kepastian dari sebuah pintu.

Ah, tentu saja, dia pikir, aku mau membukakan pintu untuknya sekalipun sangat jelas sekali aku mendengar ketukan tangannya pada pintu itu?  Jangan bodoh . .

Lalu datanglah beberapa iblis di sampingku, mencoba mengalihkan perhatianku dari apa yang sedang kulakukan saat ini.Entah dari mana datangnya.

“hei, kau itu manusia apa bukan?” sesosok iblis menunjuk-nunjuk hidungku. Kurang ajar.

“kenapa dirimu repot-repot menanyakan hal yang sepantasnya di pertanyakan oleh orang-orang di luar dunia kalian?” aku mengernyit malas.

Suara ketukan di luar makin sering terdengar.Mungkin seseorang tengah tak sabar bertemu dengan salah satu penghuni rumah.Apa itu aku yang ingin ditemuinya? Masa bodoh.

Satu iblis mulai menempatkan tubuh kacanya di sampingku, ku geser posisi dudukku.Tak sudi bersentuhan dengannya.

“kau, terkesan sangat serius dengan benda yang kau pencet-pencet dari tadi. Kau tidak takut dengan kedatangan dari kami semua yang berbondong-bondong kemari?”

Spontan aku menoleh padanya dengan pandangan mengejek, “huh, kamu bicara apa? Takut?Hahaha, yang benar saja. “

Malam mulai mendingin. Dan aku tetap tak tergerak untuk melakukan hal lain selain ini.

Beberapa iblis mulai berbisik-bisik rikuh di sekitarku sambil melirik-lirik tak percaya padaku.Peduli apa aku? Di dunia iblis saja, bergosip pun bukan hal yang tabu.Dasar iblis.

“spadaaaaa,,,,, ada orang di dalam?” kupikir, sesorang di balik pintu sana sangat jengah dengan ketukan-ketukannya pada pintu rumah. Kenapa tidak pergi saja ya ketika jelas-jelas tak ada yang menanggapi kedatangannya?Bahkan, ku kira, orang-orang rumahku juga sepertinya sudah jengah ketika harus bangun dari mimpi-mimpi erotic mereka.Menjijikkan.Dan seseorang di luar itu, aneh.

“heh manusia, kau benar-benar ……….”

“ya, tepat sekali, aku sudah tidak berminat menjadi manusia. Atau iblis seperti kalian semua. Bagaimanapun nantinya ketika kalian mulai heran dengan tingkahku, aku tak akan ambil pusing. Ku kira, aku sudah mengantongi alasan-alasan yang masuk akal di pikiranku untuk tidak takut dengan makhluk rendah seperti kalian.Atau setidaknya pada manusia-manusia konyol.Apalagi yang di luar pintu rumahku itu. “

Sesosok iblis mendekatkan wajahnya di depanku.Melihatku lekat-lekat sambil melotot tak mengerti.

“baiklah, baiklah. Aku berencana jadi malaikat.Separuh dari jiwaku sudah bermetamorfosis. Mulai bercahaya di sana sini. Atau kalian ingin menawarkan aku untuk menjadi pemimpin kalian? Hei, yang serius dong, aku tak sebodoh itu mau mengulang kesalahan yang sama. kecuali aku di paksa dengan sangat tidak manusiawi agar menggantikan posisi raja-raja terkutuk kalian.”

Ku ambil bungkus rokok yang tergeletak di atas meja.Tak tahu siapa yang meletakkannya.Juga tak tahu milik siapa.Sebatang saja. Kunyalakan rokok, ku hisap dalam-dalam dan ku hembuskan asapnya ke depan wajah iblis di sampingku. Dia terbatuk-batuk menerima kecongkakanku.Rasakan saja asap-asap laknat ini.

“namamu siapa?” beberapa iblis mulai tak sabar.

Aku menggeleng. “tidak. Kalian tak akan pernah membutuhkan namaku.”

“kami serius!!!” teriak salah satu iblis yang dari tadi hanya diam.

“oke, oke. Aku Dee. Iya, biasanya, manusia-manusia memanggilku begitu.Setidaknya aku di anggap ada sehingga mereka masih perlu memberi dan memanggilku dengan nama itu.”

“sepertinya, kau sungguh orang yang kami cari, Dee. Dengan begitu banyak riwayat kejahatan dan kebrutalan yang selama ini kau aksikan di balik kami, catatan tentangmu sungguh mengagumkan. Walau itu terlaksana bukan atas nama kami sebagai iblis. Merusak tatanan moral, melucuti kebaikan banyak laki-laki, mendermakan tubuhmu pada mereka yang tengah kacau, menambah topeng-topeng manismu di samping kebusukan rayuanmu, menjerat begitu banyak hasrat di sekelilingmu, membunuh cinta yang tak tersentuh, membantai kepala-kepala kebijaksanaan manusia, membisikkan kata-kata penikmat, mencuri cerita-cerita bahagia orang tak berdosa, memutilasi potongan rasa pecintamu tanpa ampun, menghancurkan hidup orang-orang, mengebom otak-otak yang siap tumbuh, menghapus kaidah-kaidah keimanan manusia di bumi, bahkan, kau mampu membuat korban-korbanmu bangga dengan segala yang telah kau lakukan, juga ….”

“Stop!Kalian mencoba menghakimiku atau bagaimana?Sudah kukatakan tadi bahwa aku ingin menjadi malaikat.Sangat tak mungkin ku langkahi kejadian-kejadian yang ku lakukan yang pernah ada pada masa terdahulu.Hei, aku juga tidak seterkutuk itu mau menuruti kalian.Apalagi menjadi pimpinan.Coba saja salah satu dari kalian lah yang bertindak sebagaimana aku dulu.Maka tak perlu lagi kalian alami krisis kepemimpinan begini.”

Diam. Suara di pintu sudah tak terdengar lagi.Heran.

“tapi, kami merasa kau lah yang tepat. Urungkan niatmu untuk menjadi malaikat.Toh perubahanmu juga masih belum sempurna.”

Iblis saja tertarik padaku.Mereka ini mungkin tak sadar kalau ku permainkan dengan mudahnya.

Tapi, aku sedikit terganggu dengan berhentinya ketukan pintu.Siapa sebenarnya seseorang itu?Mengapa dia berhenti setelah sekian lama begitu gigihnya menggedor-nggedor pintu rumah?Pulangkah dia?Lelahkah dia? Atau mungkin, sebenarnya dia membutuhkanku seperti orang-orang sebelumnya yang juga melakukan hal yang sama? ah ….

Ku matikan rokokku.Sesosok iblis melemparkan beberapa kertas di atas laptopku.

“kau pertimbangkan lagi. Ini surat permintaan.”

aku tak menyahuti. Sambil penuh tanda Tanya, aku bangkit dari posisi dudukku.Melangkah penuh heran menuju pintu rumah. Menimbang-nimbang, haruskah membuka pintu atau posisi kemalaikatanku akan berubah lagi jika aku mengerti siapa yang di luar sana.

Lalu bagaimana jika dia masih disitu?Jika dia kedinginan?Malam-malam begini.

Terdengar iblis tertawa-tawa melihat tulisan di laptopku.Iblis-iblis kurang hiburan.

Ku pegang knop pintu.Perlahan-lahan ku putar. Cklek! Berhasil.Ku buka perlahan pintunya.Ku lihat sekeliling luar rumah.Kosong. Bahkan pagar depan rumah juga tidak terbuka gemboknya. Aneh.Apa sesorang tadi meloncat? Terbang?Atau bagaimana?

Dan kurasakan sesorang menekan tubuhku ke pintu. Aku terkesiap.
“Dee, bukankah sudah lama sejak itu?Aku menginginkanmu.”Bisiknya lirih di telingaku. “mereka tidak ada yang sepertimu, Dee. Mereka tak sehebat dirimu.Semoga, aku belum terlambat untuk menyenangkanmu lagi.Seperti malam-malam kita sebelumnya.”

Aku menggelinjang di buatnya.Tangan-tangannya tak pernah berhenti menelusuriku.Bisu.Bahkan satu kata pun tak mampu ku ucapkan ketika matanya sudah memenjarakan pandangan dan seluruh syaraf-syaraf kesadaranku.Hal ini, sangat tidak asing lagi dengan apa yang dia lakukan terhadapku. Mungkinkah aku menolaknya?

Ketika beberapa iblis mulai meneriakkan kemenangan mereka atas bodohnya pilihanku sebagai malaikat, aku sudah kehilangan kesadaranku.Ku bawa seseorang itu ke dalam kegelapan yang biasa kita jelajahi bersama.Tanpa kesadaran yang utuh.

Gelap.Dan makin gelap.

 

Malang, 12 Oktober 2013

Komentar

Foto EreNGe

tertarik

tertarik dengan bentuk ini : (Me)malaikat(kan)

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler