Skip to Content

Mimpi

Foto Sayyid Herlan

Hujan turun sangat deras, diluar sana. Demikian pula aku, dengan mata dan pipi yang lembab, kedinginan dipinggir jendela yang basah, mengetuk-ngetuk air yang secara bergantian jatuh ke tanah, dan dengan telunjuk menuliskan, "Aku...”. Tiba-tiba tubuhku lemas, aku terjatuh, dan terlelap seketika.

 

***

 

Hijau, daun, teduh. Samar-samar kulihat aku terbaring di bawah pohon rindang. Aku terbangun dengan mata yang masih sayu. Aku tak ingat pernah kesini, yang aku ingat hanyalah sesuatu yang menyakitkan, bahwa dia –orang yang paling aku kasihi- dengan sangat jelas meninggalkanku. Akupun duduk dan bersandar, menghayati semua yang terjadi.

“Inki..”, pelan kudengar suara seseorang memanggil namaku. Kucoba dengar dengan seksama, dan suara itu terdengar lagi. Aku langsung menoleh ke arah suara itu, di belakang pohon, dan aku cukup terkejut melihatnya.

 

Dia. Ya, Dia. Dia tersenyum kepadaku, teduh sekali. Senyuman yang selalu kusuka. Tanpa sadar akupun tersenyum, tapi saat kuingat lagi kejadian itu, senyumku menciut. Akupun menghampirinya, dan ikut duduk disampingnya.

“Kau tidur pulas sekali”, dia tersenyum lagi.

“Kau, kenapa kau meninggalkanku?”, dia malah menatapku aneh.

“Meninggalkan? Kapan? Aku terus disini, Kau pasti bermimpi ya?”, dia lalu menertawaiku.

Mimpi? Apa benar itu semua hanya mimpi? Tapi semua kejadian dan semua rasa sakitnya sangat terasa nyata. Bahkan aku masih ingat semua kalimatnya:

 

“Maaf, kurasa kita harus berpisah”

 

Semuanya, lengkap. Tak satu suku katapun aku lupa.

“Halo? Kau kenapa? Kau tadi mimpi buruk?”, dia bertanya lagi. Aku masih mencoba menyerap perkataannya. Mimpi?

“Apa aku tadi tertidur?”, aku bertanya penasaran. Dia hanya diam, menatapku sejenak, lalu kemudian tertawa.

“Hahaha, kau ini lucu. Apa kau masih mengantuk? Tentu saja, Kau tadi tertidur sangat pulas”, dia masih tertawa, tangannya menutup mulutnya.

Aku menahan nafas lega. Syukurlah. Aku suka situasi ini, dimana hanya ada aku dan dia ditengah padang rumput nan indah, dibawah pohon nan sejuk, dan kami tertawa bersama. Bahkan sekalipun ini benar-benar hanya mimpi, aku rela berada disini selamanya.

 

Angin sejuk makin kencang menerpa setiap senti kulit kami. Aku menatapnya, Dia menatapku, dan kita tersenyum. Tapi kemudian, perlahan-lahan, semuanya –dia- jadi terlihat kabur. Aku merasa sangat lemas, dan akhirnya aku terbaring jatuh.

 

***

 

Hujan tampaknya telah lama berhenti. Gelap. Sepertinya telah lama juga aku tertidur. Saat kusadar, aku berbaring dilantai, tepat dibawah jendela yang basah. Aku mencoba bangkit dan benar-benar sadar. Dan perlahan-lahan, aku ingat sesuatu tentang pohon, angin, padang rumput, dan suara seseorang memanggil namaku. Dia. Semua yang dialaminya terasa sangat nyata. Apakah semua itu hanya mimpi? Atau.. justru aku yang sekarang adalah mimpi?

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler