Skip to Content

misteri gunung batu

Foto ARZapata

Di ujung desa yang jauh dari keramaian kota, tinggalah seorang nenek dengan kedua cucunya. Setiap hari nenek mencari kayu di hutan yang tak jauh dari rumahnya. Kayu-kayu yang diambil nenek, hanyalah ranting kayu yang berjatuhan, setelah mengering dari induknya.

Rumah nenek sangatlah sederhana, hanya sebuah gubuk anyaman bambu dengan perabot satu bangku dari bambu, satu tempat tidur dari bambu, dan tikar dari anyaman daun pohon gabus yang dikeringkan.

Nenek tua memiliki dua cucu, yang masing-masing dipanggil `tio` dan `ito`. Tio adalah adalah kakak kandung dari Ito. Kedua anak ini memiliki orangtua yang sudah meninggal, jadi mereka berdua adalah anak yatim piatu!.

Tio anak yang cerdas, tetapi mempunyai perangai yang buruk, dengan keadaannya sebagai anak yatim piatu, tio sadar bahwa orang-orang akan membelas kasihani dirinya. Dengan bekal belas kasihan Tio menjadi anak yang manja dan rakus. Bahkan Tio  boleh dikatakan anak yang malas.

"Tio, tolong ambilkan pisau di dapur!", pinta nenek di suatu hari.

"Sebentar nek, tanggung nih.....", balas Tio. Setelah sekian lama permintaan nenek tidak dilaksanakan, nenek mengulangi lagi, "Tio...mana pisaunya?"

"Nenek gimana sih, kan aku lagi istirahat, kok disuruh-suruh?, kan ada Ito di luar", Jawab Tio sambil membetulkan letak sarung kembali tertidur.

Akhirnya nenek mengalah dan mengambil pisau sendiri. Nenekpun tidak menyuruh Ito, karena Ito sedang bekerja keras membantu nenek membelah kayu-kayu besar untuk menjadi kayu bakar.

Suatu hari, datanglah pengemis tua berbaju gembel.....

"tolong, sudah beberapa hari ini belum makan, tolong den...", iba pengemis tua kepada Tio dan Ito, yang sedang asyik bermain di depan rumah.

"Sana-sana, jangankan buat kakek, buat kami sendiri kekurangan!", hardik Tio, namun Ito yang ikut mendengar pembicaraan, segera mengambilkan sepiring nasi...

"Kek-kek, jangan pergi dulu, sebentar aku ambilkan sesuatu buat kakek..!", teriak Ito mencegah kakek pengemis pergi.

"Baiklah nak, ", balas kakek.

Tak seberapa lama Ito membawa sebungkus nasi dan lauk pauknya," Ini kek, ini saja yang bisa kubantu, kasihan kakek, kakek mau kemana?".

"Terimakasih cu, kakek akan ke atas sana", jawab kakek sambil menunjuk arah ke gunung berbatu.

"Kakek sendirian?, biar aku antar kek...",

"Iya kakek sendirian, tidak perlu diantar, tetapi bila cucu ingin berkunjung ke tempat kakek, tempat kakek di atas sana...."

"Baik kek, hati-hati ya kek?".

Setelah kakek pengemis berlalu, Tio menghardik Ito, "Heh, kamu kok sok sekali, memangnya kamu tidak lapar tidak mau makan?, makanan kita hanya cukup untuk tiga orang, aku, kamu sama nenek!, ngasih-ngasih segala..."

"Kak, biarlah hari ini aku lebih baik baik tidak makan, daripada kakek itu yang sudah beberapa hari tidak makan".

"Awas ya, kalau kamu ambil jatahku!"

"Ya ya, .....", jawab Ito memelas, sambil membayangkan tidak makan sehari ini.

Hari demi hari berlalu, badan Tio semakin besar saja, sedangkan Ito kurus kering tetapi otot-ototnya kuat, maklum Tio kerjanya hanya tidur dan tidur, sementara Ito bekerja keras membantu nenek sehari-hari.

Setelah menunggu berhari-hari, nenek mengkhawatirkan Ito yang sedang mencari kayu di dalam hutan dan belum pulang.

"Tio, sana cari adikmu di hutan..", perintah nenek gusar.

"Kenapa bukan nenek sendiri yang mencari, kan menyuruh mencari kayu, kan nenek?", bantah Tio.

Nenek sudah kehilangan kesabaran, selama ini nenek hanya diam saja, apabila Tio membantah...

"Baik!, nenek akan pergi ke hutan!, akan aku tinggalkan kamu sendirian disini..."

Saat itu juga, nenek berkemas dan menyiapkan segala sesuatunya untuk dibawa masuk ke hutan.

Pagi berganti siang, siang berganti malam, sang nenek belum juga pulang.

"Aku lapar nek...lapar, kapan nenek pulang?", keluh Tio tanpa sesiapa yang bisa diajak bicara.

Baru kali ini Tio merasakan, bahwa jasa nenek sangat besar, tanpa ada nenek dia tidak bisa makan, tanpa ada nenek dia tidak bisa berkeluh kesah......

"Aku menyesal kenapa selama ini aku egois, masih lumayan Ito yang masih bisa memasak, mengerjakan sesuatu sendiri, sedangkan aku? aku hanya anak yang pemalas dan tak tahu apa-apa, tetapi sombongku selangit. Ito sering aku marahi, dan kuanggap anak bodoh, karena selalu menurut perintah nenek...", gumam Tio sendirian.

"Lapar nek...aku lapar, apa yang harus aku makan?", rintih Tio sekali lagi.

Di dalam hutan sang nenek sedang menyalakan api unggun untuk mengusir dingin, oh ya hari memang sudah gelap, suasana hutan demikian mencekam di malam hari, namun nenek tidak takut sedikitpun, karena nenek selalu percaya bahwa Tuhan selalu melindunginya.

"Kemana ya Ito?...rasanya aku lelah mencarinya kesana-kemari, tidak ketemu juga, lebih baik aku istirahat dulu, besok aku lanjutkan mencarinya....", nenek bicara kepada diri sendiri.Karena seharian lelah mencari Ito, sang nenek ketiduran, dalam tidurnya sang nenek bermimpi.....

"Selamat datang di istana kami nek...ada yang bisa saya bantu?", sambut kakek-kakek tua berjubah putih.

"Terimakasih....saya sedang mencari cucuku Ito namanya...", jawab sang nenek.

"Oo...Ito? anak yang baik itu ya?"

"kakek kok tahu sifat Ito?...kapan ketemu, dimana anak itu?"

"Sabar nek sabar....Ito baik-baik saja, dia sedang makan malam bersama di sini..., Ito memang anak baik dia pernah menolongku di suatu hari, selayaknyalah aku berbuat baik untuknya, dan tentunya nenek termasuk yang harus aku layani sebaik mungkin, supaya Ito tidak kecewa...", kata sang kakek.

Suara kokok ayam hutan membangunkan sang nenek.....

Udara yang segar di pagi hari ini, menghantar sang nenek dari bangun tidurnya....

"Alhamdulillah masih diberi umur panjang, ha? dimana?dimana aku ini?", teriak nenek kaget, dilihatnya kanan kiri sungguh menakjubkan, tempat tidur bak tempat tidur raja, kamar yang luas dan bersih, ada satu meja yang di atasnya penuh dengan buah-buahan dan makanan.....

"Bukankah aku tertidur di hutan? dan bermimpi....?", desis nenek, tiba-tiba pintu kamar berderit terbuka, "Selamat Pagi nek..., silakan dimakan hidangannya nek, semalam nenek pasti belum makan dan lapar...", pinta seseorang yang diduga seorang pelayan.

"e..e..e, terimakasih, kalau boleh tahu ini rumah siapa?", tanya nenek.

"Ini rumah Juragan baru kami, namanya Ito..."

"Apa? siapa? Ito?...", tukas sang nenek dalam keraguan.

"Iya nek...ini rumah Juragan Ito..."

"Apakah dia sudah tua?"

"Tidak nek, dia masih anak-anak...", jawab pelayan sambil tersenyum....

"Silakan nenek makan hidangan kami yang seadanya ini, kalau nenek ingin bersih-bersih, nenek bisa ke belakang, tempatnya sebelah sana nek", jelas pelayan sambil menunjuk tempat kamar mandi. Pelayan pamit kepada nenek,"Maaf Nek, nenek saya tinggal sebentar, kalau nenek perlu apa-apa, nenek cukup pencet tombol merah di tempat tidur nenek". Nenekpun latah memencet tombol merah, dan tak seberapa lama muncul pelayan lain. Pelayan-pelayan itupun saling berpandangan, salah satu pelayan segera berinisiatif,"Nenek telah memencet tombol merah, begitulah contohnya jika nenek butuh bantuan, tombol merah ada dimana-mana, nenek tinggal memencet saja...", jelas pelayan. Sang Nenekpun gugup,"maaf-maaf, tadi nenek tidak sengaja memencet...", aku nenek merasa bersalah. "Tidak apa-apa nek, tugas kami memang membantu nenek". Sang nenek maklum,"Silakan nak, sekarang aku sudah tahu, terimakasih".

Sepeninggal pelayan, nenek menampar pipinya berkali-kali, "Aku mimpi apa tidak ya?, coba kucubit tanganku....aduh! sakit!, ternyata ini alam nyata..."

"Kalaulah benar ini semua milik Ito, pasti selama ini Ito ada sesuatu yang dirahasiakan sama Nenek, awas ya kalau ketemu nanti....", gumam Nenek sembari menuju kamar mandi, ingin buang air kecil. Sekalilagi Nenek terpana, dilihatnya sekeliling kamar mandi layaknya kamar mandi istana, disana tersedia bak mandi yang luas, air yang jernih, ruangan berbau harum, lemari kaca di dalamnya tersedia handuk dan perlatan mandi.....

Badan Nenekpun terasa segar setelah mandi berlama-lama di kamar mandi.

Teringat keberadaan Ito, nenekpun meminta bantuan tombol merah....., dan tak seberapa lama datanglah seorang pelayan, "ada yang bisa saya bantu Nek?". Sang Nenekpun cepat-cepat menyampaikan keinginannya, seolah takut keinginannya itu tidak kesampaian,"Iya nak, dimana Ito? bolehkah saya menjumpainya?".

"Nenek tenang saja, Juragan Ito sudah ada di depan kamar, tepatnya di ruang tengah Nek".

"Nenek boleh kesana?", tanya Nenek.

"Silakan Nek, itu apabila tidak merepotkan Nenek..."

"Maksudnya?"

"Maksudnya, biarlah saya yang menyampaikan keinginan Nenek kepada Juragan Ito, dan Juragan Ito yang kesini..."

"wah, benar-benar sopan dan tahu tatakrama anak ini", bisik nenek dalam hati.

"Baiklah, Nenek tunggu disini..."

"Baik Nek, mohon pamit..."

Nenekpun membalas dengan anggukan.

Kembali Nenek terpana, bayangan pelayan belumlah lenyap di balik pintu, Ito sudah ada disampingnya.....

"Nek? Nenek kaget ya?, maafkan Ito Nek...."

Semula Nenek ingin marah kepada Ito, yang dikiranya mempermainkan Nenek hingga harus mencari susah payah masuk ke hutan, namun mengingat Ito tidak pernah berbuat kasar, apalagi nakal, hati Nenekpun luluh....

"Kemana saja cu, kamu selama ini, nenek sangat kehilangan..."

"Ceritanya panjang Nek, ya sudahlah Nek yang penting sekarang sudah ketemu disini, dimana Tio Nek?"

"Ah tidak usah dipikirkan anak durhaka itu biarkan dia merasakan, kedua orantuamu dulu meninggal gara-gara ulahnya..."

"Iya iya Nek saya tahu ceritanya, mohon jangan diulang-ulang, aku berharap Kak Tio menjadi cucu Nenek yang baik...."

"Kamu memang anak berbhakti, sedikitpun tidak punya rasa dendam kepada kakakmu. Makanya Tuhan selalu menyayangimu, sekarang kamu bahagia disini?"

"Ini semua hanya amanat Nek, semua harta di dalam gunung batu ini diwariskan kepadaku oleh kakek tua, yang dulu pernah aku beri sebungkus nasi...."

"Nenek heran, kenapa kakek itu mudah saja menolong Nenek sewaktu di hutan, apakah Kakek itu Kakek jadi-jadian?"

"Nenneeek.., Nenek jangan begitu, jaman sekarang tidak ada cerita tahayul, Kakek itu adalah ilmuwan yang menemukan zat-zat berharga di dalam gunung ini, dengan sebongkah batu di dalam gunung ini, sudah cukup untuk membangun istana, laboratorium, alat-alat canggih, makanya Nenek jangan heran aku bisa samapi disini dalam sekejam mata, itu hasil temuan Kakek namanya teknologi transpolarisasi...."

"Aku semakin tua saja cucuku, aku tidak tahu apa yang kamu jelaskan, tetapi Nenek sangat bahagia mempunyai cucu sepertimu...."

 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler