Skip to Content

NOVEL: MAGHDALENA (11/14)

Foto SIHALOHOLISTICK

SEBELAS

 

HARI-HARI selanjutnya dilalui Bayu dengan menjalin hubungan dengan gurunya, Bu May. Ia juga terus mengikuti latihan yang udah mereka jadwalkan. Ia dan teman-temannya terus ngikuti season demi season di Altar Big Band. Bayu merasa sangat termotivasi dengan perasaan yang dimilikinya.

Ia ngerasa semua berjalan baik-baik aja, karena ia ngerasa gak ada yang di nomor satukan dan gak ada yang di nomor duakan. Ia nyoba ngatur waktu sebaik mungkin.

Di sekolah, ia masih ngejalin hubungan itu dengan Bu May. Ngobrol di kantin, perpus dan di mana aja, namun hubungan itu gak ada yang diketahui sobat-sobatnya. Mereka hanya tau kalau keduanya hanya antara guru dan siswa dan hubungan persahabatan orang tua keduanya.

Masuk bulan ke tiga, Bayu mulai gak bisa ngatur waktu, karena mereka nambah waktu latihan setiap malam Minggu dan malam libur. Bayu sering molor dengan waktu latihan yang sudah dijadwalkan jam delapan malam sampai jam sepuluh malam.

Seperti malam Minggu sebelumnya, malam Minggu kali ini ia juga telat. Tadi ia mampir di rumah May dan beru setengah sembilan ia tiba di SMA Pelita Bangsa.

“Sorry friend’s. Gue telat setengah jam.” katanya memasuki ruangan latihan sambil ngulas senyum tanpa merasa bersalah. Ia juga tersenyum pada Prasetyo dan Sheila yang kebetulan datang pengen ngordinir mereka latihan. Keduanya sengaja datang pengen pastiin  laporan Maghdalena soal Bayu yang sering telat.

Malam itu, keduanya udah liat kedatangan Bayu yang gak tepat waktu. Hampir setengah jam dan hampir setiap latihan.

“Kok telat, Yu?”

“Maaf, Kak. Tadi Bayu ke toko buku nemanin adik sebentar.” balasnya  tanpa merasa bersalah dan berdosa.

“Tiap malam Minggu, nih, ke toko buku.” balas Prasetyo nanggapi alasan Bayu yang menurut cerita Maghdalena, selalu alasan itu yang diberikan Bayu.

“Anu, Kak. Oo ...,” kata Bayu bingung dengar perkataan Prasetyo.

“Anu apa, Yu?” tanya Prasetyo mendesak.

“Yu, kita mo festival. Jadi kakak pengen lo benar-benar disiplin sampai festival. Kita  harus tampil maksimal, Yu, dan  untuk  tampil  maksimal  itu  gak  mudah,  Yu.  Gak semudah balikin telapak tangan. Saingan kita udah malang melintang ama alat musik, sementara kita dari nol.”

“Bayu ngerti banget, Kak. Tapi ngerti dikitlah. Gak mungkin Bayu ngelawan bokap cuman gara-gara itu. Ntar kalo dilarang, urusannya malah lebih besar lagi daripada setengah jam. Masak gara-gara setengah jam, semua jadi brabe?” balas Bayu membela diri.

“Iya, kita ngerti, kok. Tapi lo bisa ngasih tau biar orang gak bete nunggu lo di sini.” kata Sheila.

“Maaf, deh, kalo gitu. Lain kali gue bakal kasih tau kalau gak bisa datang cepat?”

“Minggu depan bisa datang tepat waktu kan?” tanya Maghdalena.

“Gue usahain!” balasnya singkat dan menuju tempatnya.

Tanpa perintah, musik segera mengalun memenuhi ruangan itu. Masing-masing mereka mencoba menampilkan kemaksimalan permainan mereka. Penampilan Bayu dan Maghdalena juga gebukan drum Lucky hampir mendekati sempurna. Aida dan Melani juga gak mau ketinggalan nunjukin permainan mereka yang udah berkembang.

Perkembangan Melani bahkan lebih pesat dari apa yang dibayangkan oleh sobat-sobatnya. Dengan agresifnya ia memainkan melody di saat lagu SO7 mereka nyanyikan.

Semakin hari, semangat mereka terus mereka pacu, hingga dari situ tumbuh rasa percaya diri mereka. Tapi mereka gak pengen  mandang rival mereka sebelah mata dan enteng.

Mereka nyadar, kalau sikap anggap enteng itu bakal ngancurin impian mereka sendiri yang sekian lama mereka bangun, suka dan duka mereka lalui.

Bayu ngusahain ngatur waktunya seefisien mungkin, bahkan apel ke rumah Bu May dibatasinya. Sebagai presiden, ia pengen memotivasi sobat-sobatnya dengan sebuah keyakinan baru. Menjadi tiga besar adalah awal dari semua impian mereka.

Hubungannya dengan Bu May benar-benar di nomor duakan. Ia hanya berharap Bu May ngerti keadaannya beberapa bulan menjelang festival yang tinggal beberapa bulan lagi.

Di samping, di saat break mereka terpaksa membuka buku pelajaran dan diskusi. Mengingat ulangan semester juga sudah di ambang pintu. Kini mereka rasakan serba mendesak. Persiapan kostum yang dirancang Bayu udah mulai dipersiapkan. Sementara ulang tahun The Parlement, mereka tunda setelah selesai festival.

Prasetyo dan Sheila yang mereka angkat sebagai  manajer mereka, Pak Han sebagai penasehat mereka dan Bu Isma Sawitri, istri Pak Handoko sebagai pengurus keuangan mereka sesuai ketetapan dalam Konferensi The Parlement III, merasa senang melihat perkembangan Bayu dan sobat-sobatnya bermain musik.

Spanduk-spanduk pemberitahuan bahwa pendaftaran peserta telah dimulai bergantungan di tempat-tempat strategis di seluruh kota. Formulir pendaftaran dapat diperoleh di stasiun-stasiun radio yang ikut menjadi ikon di festival ini.

Prasetyo dan Sheila segera mengambil formulir pendaftaran dan menyerahkan pada mereka untuk diisi serta melengkapi persyaratan-persyaratan yang diminta. Begitu juga dengan profil group band mereka. Formulir kembali diserahkan kepada panitia bidang administrasi.

Mereka mulai bimbang, ketika mengetahui banyaknya peserta yang pengen menjajal kemampuan di ajang festival ini.  Mungkin karena jarangnya  diadakan festival yang serupa, sehingga masyarakat luas menyambut dengan sangat antusias.

Seperti beberapa bulan yang lalu, tepatnya bulan Januari, telah digelar Walikota Cup IV yang begitu semarak. Sambutan masyarakat begitu antusiasnya dan ini ngebuktiin kalo sepak bola masih aja menempati rating pertama di hati masyarakat.

Seperti halnya sepak bola, festival ini juga diharapkan mampu ngeraih perhatian yang cukup serius dari lapisan masyarakat dan pemerintah. Apalagi, saat ini industri musik Indonesia meningkat tajam. Hal ini ditandai dengan bermunculannya group band yang langsung melejit ke papan atas, begitu juga dengan penyanyi-penyanyi yang meniti karir dan penyanyi-penyanyi yang mengikuti acara pemilihan bakat di hampir seluruh stasiun televisi swasta yang terbuka lebar untuk seluruh lapisan masyarakat, dari kelas ekonomi rendah sampai kelas ekonomi atas. Begitu pula dengan produksi rekaman yang ikut bermunculan mengiringi kesuksesan para kontestan acara pemilihan bakat tersebut.

Sore itu, Bayu, Lucky, Maghdalena, Aida dan Melani keluar dari Altar Big Band setelah ngikuti pelajaran. Mereka berjalan di trotoar sambil ngobrol soal festival yang bentar lagi diadakan. Mereka ngobrol sambil bercanda dan ketawa-ketawa.

Ketika mereka sampai di persimpangan, pas ketika itu lampu berwarna merah, sehingga banyak kenderaan yang berhenti. Dari belakang, terdengar suara derit ban motor yang tiba-tiba di rem, hingga mereka menoleh.

“Eh, Bu May, tuh...” teriak Lucky ketika mengenal wanita yang ada di atas motor itu bersama seorang laki-laki yang gak begitu mereka kenal, karena wajahnya ditutupi helm.

“Wah, Bu May punya gebetan baru, nih. Tapi siapa, ya, cowok yang ama Bu May itu.” kata Aida.

Bayu menoleh May yang sedang mendekap laki-laki yang ada di depannya. Ketika pandangan mereka beradu, dilihatnya May segera melepaskan dekapannya.

Melihat itu, Bayu segera berpaling dan menoleh ke tempat lain dengan perasaan hancur.

Untunglah lampu udah berwarna hijau, sehingga kejadian itu gak terlalu lama disaksikannya. Ketika sepeda motor itu melewati mereka, sekali lagi diarahkannya pandangannya dengan perasaan luka. Di saat May menatapnya, dengan segera dialihkan pandangannya ke atas langit. Luka dan kecewa bercampur jadi satu menyesak dadanya.

“Kalau liat dari motornya, sih, gue bisa nebak.” kata Lucky.

“Siapa?” tanya Aida.

“Siapa lagi kalau bukan Bang Randy. Cuman dia kan yang punya motor kek begitu di kota ini.”

“Iya, lo benar.”

Bayu hanya mendengar kata-kata sobatnya kalau orang yang bersama May itu Bang Randy. Kata-kata sobatnya membuatnya semakin luka.

Bang Randy. Ya, siapa yang gak kenal Bang Randy. Orangnya tampan, baik hati, hidup mapan dan bekerja. Kedua orang tuanya anggota DPRD Kota Hamburgas dan dari partai yang berbeda. Dia anak tunggal dan satu-satunya pewaris kekayaan orang tuanya. Bayu hanya berharap, dugaan Lucky itu gak benar dan orang yang bersama May bukanlah Bang Randy.

Bayu mutusin lewat dari depan rumah May untuk mastiin siapa sebenarnya laki-laki yang bersama May tadi. Di depan rumah May, di atas trotoar ia berdiri. Harapannya kandas dan dugaan Lucky benar. Ternyata orang itu adalah Bang Randy. Ia mematung menyaksikan kemesraan keduanya, hingga sampai di rumah, ia ngerasa semua yang dirasakan semakin menyakitkan.

Kejadian itu membuat hari-harinya jadi suram, semangatnya hilang, impiannya padam dan ia berubah jadi sensitif, mudah tersinggung dan selalu marah-marah.

Semua sahabatnya merasa aneh melihat perubahan Bayu yang begitu drastis. Waktu latihan yang tinggal menghitung hari gak pernah dihadirinya, bahkan saat konferensi juga gak datang. Waktu libur membuat susah menemuinya. Di calling dia gak ngangkat. Di cari, gak ada yang tau ke mana ia pergi.

Mereka terus nyari Bayu hingga ketemu dan nanya apa masalah yang dihadapinya.

Aris, kakaknya Bayu, nyuruh mereka nanyain ama Bu May, tapi hubungan itu gak diceritakannya, karena setelah mereka damai, hal itu yang paling disesalkan Bayu ama kakaknya. Kenapa harus nyeritain soal itu ama bokap nyokap dan kenapa itu dijadikan sebagai penyebab pertengkaran mereka.

Maghdalena dan yang lain baru nyadar kalo akhir-akhir ini Bayu akrab banget ama Bu May. Tapi, setelah mereka nanya Bu May juga gak tau ke mana Bayu pergi.

Akhirnya Pak Handoko turun tangan untuk mengatasi masalah Bayu yang gak tau di mana, karena waktunya tinggal seminggu lagi.

Pak Handoko minta pada Aris untuk ngikuti ke mana Bayu pergi dan kalo ada, Pak Handoko minta pada Aris untuk ngasih tau segera padanya.

Ponsel Pak Handoko berbunyi dan Aris ngasih tau kalo Bayu ada di sebuah tempat sunyi di daerah kaki gunung.

Pak Handoko segera ngumpulin yang lain dan ngajak ke tempat di mana Bayu berada.

“Kamu kenapa, Yu?” tanya Pak Han.

Bayu menoleh dengan pelan dan kembali berpaling dengan ngembusin nafas berat.

“Kamu punya masalah apa?” tanya Maghdalena.

Bayu menoleh pelan dan kembali berpaling dengan ngembusin nafas dengan berat. “Gak apa-apa.”

“Kalau gak apa-apa, kenapa jadi begini. Festival Selasa depan, tapi akhir-akhir ini lo gak pernah ikut latihan, bahkan konferensi pun lo gak datang.”

“Kalau memang tak siap, kita gagalkan saja.” kata Pak Handoko.

“Saya sedang introspeksi diri akan semua dosa dan kesalahan saya, Pak. Atas semua pengkhianatan yang saya lakukan pada The Parlemant.”

“Maksud kamu?”

“Iya, Pak...!” Bayu akhirnya nyeritain semua pengkhianatan yang dilakukannya tentang hubungannya dengan seseorang yang akhirnya membuatnya kecewa.

Mendengar ceritanya, keempat sobatnya kaget dan kecewa. Mereka gak nyangka kalau selama ini Bayu pacaran secara diam-diam. Mereka ngerasa kecolongan.

“Siapa dia, Yu?” tanya Lucky dengan nada kecewa.

“Gak usah gue kasih tau. Gue malu ama kalian dan saat ini gue ngerasa bukan bagian dari kalian lagi. Itulah sebabnya, gue ngindar ke tempat ini dan gak ngangkat panggilan kalian.” balas Bayu.

“Lalu?” tanya Maghdalena.

“Gue pikir, lebih baik gue mundur. Pengkhianat gak pantas ada di antara kalian.”

“Bagaimana dengan festivalnya, Yu?” Melani ikut bicara.

“Ntahlah. Gue takut ngecewain kalian. Lebih baik Maghdalena yang jadi vocalis dan presiden The Parlement.”

“Dengan waktu yang sesingkat ini, Yu? Yang benar aja. Egois banget lo ngomong gitu.” kata Aida emosi. “Lo udah tau, kita ngejomblo bukan dengan alasan apa-apa, hal kek gini kan yang kita jaga. Tapi, lo tetap ngelanggarnya. Cuman ampe tamat SMA aja, setelah itu kita boleh pacaran secara terang-terangan.” Aida jadi kesal. “Sekarang lo liat, semunya jadi berantakan di saat waktu yang kita kejar ada di depan mata. Tujuh hari lagi, Yu. Seharusnya kita udah reses.”

“Maafin gue, Da!” pinta Bayu dengan penuh sesal.

“Kalo cuman maafin lo itu hal gampang, Yu. Yang masalah sekarang, gimana dengan The Parlement, sementara festival tinggal seminggu lagi. Hal ini yang membuat kesalahan lo gak bisa dikasih grasi.”

“Makanya gue pilih keluar aja dan nyerahin semua ama kalian.”

“Lo malah nambah kesalahan.”

“Udah, Da.” kata Maghdalena. Ia mendekati Bayu.

“Yu, belajar dari kegagalan adalah cara belajar yang penuh tantangan dan gue tau lo paling suka ama tantangan. Hubungan lo ama dia udah berakhir dan luka hati lo adalah nilai tambah buat The Parlement. Gue ngasih lo tantangan  baru dan unik. Lo bersedia, kan?” tanya Maghdalena.

“Tantangan apa?”

“Brani, nggak?”

“Brani!” ucap Bayu ke Maghdalena sambil senyum.

“Okey. Dengan suasana hati lo yang kek gini, gue nantang lo tampil minggu depan sebagai vokalis The Parlement.”

“Gak mungkin, Maghda. Gimana kalo gue gak bisa ngatasi emosi gue di pangung? Lebih-lebih kalo dia ada di antara ribuan pengunjung ama pacar barunya.” tolak Bayu.

“Lagu yang bakal kita nyanyiin semua bertajuk emosional. Kalo liat dia, lo bisa nunding dia pake ini...” kata Maghdalena nunjukin telunjuknya. “...dengan ekspresi lo. Dengan gitu, lo bakal ngerasa puas dan sakit hati juga kekecewaan lo ke dia bakal sedikit berkurang. Gue pikir lo bisa ngelakuinnya, kerena gue kenal banget ama lo. Bayu, gitu loh!”  kata Maghdalena ngasih motivasi ke Bayu sambil bercanda.

“Bapak pikir, Maghdalena benar, Yu. Itu adalah satu-satunya cara paling ampuh untuk ngatasi dan ngimbangi emosi di atas panggung.” kata Pak Handoko ikut memotivasi Bayu.

Bayu ngalihin pandangannya ke yang lain dan semua nganggukin kepala ngeyakinin Bayu.

Bayu akhirnya menyanggupinya dan ia pun minta maaf ama sobat-sobatnya atas pengkhianatannya. Mereka ninggalin tempat itu menuju SMA Pelita Bangsa untuk latihan terakhir.

* * *

WAKTU festival yang mereka nantikan udah tiba. Sepuluh group band udah hadir di tempat yang di sediakan oleh panitia.

Ketika masuk stadiun tadi, Bayu ngelihat May bersama Bang Randy sedang membeli karcis. Pandangan mereka sempat beradu, tapi Bayu segera ngalihin pandangannya ke tempat lain, memperhatikan keantusiasan para remaja menyambut festival itu.

Di panggung, MC sudah membuka acara dan nyerahin kepada Ketua Panitia Lokal, Sponsor dari pihak Class Mild, Ketua DPRD Kota Hamburgas, dan Walikota Hamburgas untuk memberikan sambutan.

Dalam sambutannya, walikota menyambut baik diadakannya festival seperti ini, beliau berharap masyarakat Hamburgas ikut pula meramaikan dunia blantika musik Indonesia dengan kehadiran band-band yang memiliki potensi dan atensi untuk siap bersaing di dunia blantika musik Indonesia layaknya band-band pendatang baru seperti Nidji, Letto dan band-band lain yang siap bersaing dengan band-band lama. Terakhir sekali, walikota membuka acara secara resmi.

MC kembali mengambil alih mikrofon dan berbicara di atas panggung utama dengan ketinggian 1,75 M, setelah Pak walikota turun dari podium yang berada di samping panggung utama, yakni panggung kehormatan.

“Baiklah hadirin sekalian, untuk mengawali acara kita ini, terlebih dahulu kami perkenalkan lima orang dewan juri. Di mana tiga orang di antaranya adalah rombongan pihak Class Mild.” kata MC bergema membelah gegap gempitanya suara para pengunjung yang berhadir memenuhi stadion Kaki Langit Hamburgas. MC memperkenalkan para dewan juri satu persatu yang berada di atas panggung kehormatan di antara undangan dari pemerintah kota.

MC selanjutnya membacakan urutan peserta yang akan tampil dan The Parlement menempati urutan kelima. Satu persatu group band tampil di atas panggung di mulai dari Rocket `86, Paduka 2000, Degradasi, dan New Cabinet.

Setelah New Cabinet turun dari panggung, MC kembali  berdiri di depan micerofone. “Berikutnya, kita panggilkan peserta kelima yang hadir dari SMA Pelita Bangsa, inilah dia The Parlement. Mereka tampil bersama lagu ciptaan mereka Untuk Sepasang Kekasih sebuah lagu hasil kreasi mereka yang diaransemen seorang musisi muda dari SMA Pelita Bangsa, dialah Maghdalena, sang gitaris  The Parlement.” kata MC beranjak dari tengah-tengah panggung.

Bayu dan sobat-sobatnya naik ke atas panggung dengan seragam khas yang dirancang oleh Bayu. Kemeja putih lengan panjang, dipadu dengan celana abu-abu panjang pake dasi, jas, peci dan sepatu spot putih, mirip anggota parlemen. Maghdalena naik dengan menyandang gitar kesayangannya.

Sebelum mereka mulai, mereka berdiri di depan panggung dan menundukkan kepala kepada segenap penonton dan tamu. Selesai itu mereka berpencar menuju posisi masing-masing. Maghdalena mendekati Bayu.

“Cewek lo ada, Yu?” tanyanya berbisik.

“Ada. Dia di pojok sana bersama Bang Randy.”

“Sontoloyo, lo. Itukan Bu May.”

“Ya. Dia emang Bu May.”

“Guruku Cantik Sekali?” delik Maghdalena. Bayu membalas dengan senyum.

“Lo udah siap?”

“Insya Allah. Gue terima tantangan lo.” balas Bayu. “Kalo gue berhasil, apa hadiahnya?”

“Ada, deh.” balas Maghdalena senyum sambil beranjak dari samping Bayu.

Musik Emotional Love Song segera mengalun sempurna di tangan mereka, begitu pula dalam lagu Seberapa Pantas milik SO7. Melani sangat maksimal saat menunjukkan melody. Bayu juga maksimal dengan ngikutin saran Maghdalena untuk nunding May di saat emosinya memuncak dan hasilnya sangat memuaskan.

Selesai lagu pilihan dari SO7, Bayu mundur ke belakang dan meraih gitar yang ada di depan Melani.

“Baiklah, lagu berikutnya saya serahkan pada rekan saya, sang gitaris, Maghdalena.” kata Bayu di depan micerofone setelah nyandang gitar itu.

“Terima kasih!” ucap Maghdalena di depan micerofone yang berdiri di depannya. “Baiklah semua hadirin yang berhadir, lagu berikutnya akan saya bawakan sendiri dengan judul Untuk Sepasang Kekasih. Lagu ini akan kami rencanakan sebagai hits single album kami yang pertama dengan judul Parlement Cinta yang Insya Allah akan kami usung beberapa bulan ke depan. Okey, inilah dia...Untuk Sepasang Kekasih dari kami The Parlement.” kata Maghdalena dengan penuh semangat.

Lucky mengawali musik dengan gebukan drum dan sejenak berhenti dan digantikan oleh Aida dengan libasan bass, setelah ia berhenti Melani mengambil alih dengan libasan melody yang atraktif, setelah itu Bayu dan Maghdalena barengan memainkan gitar dan semua berhenti beberapa jenak. Mereka memulai kembali secara bersama, memainkan intro lagu mereka

........................................................................................................................................

Beribu kisah telah berlalu

Mendekap dan menghujam ke dalam sanubari

Menepikan harapan buah hati sepasang kekasih dulu

Membawa duka...(duka...)

Membawa luka...(luka...)

Suka bahagia untuk diriku

 

(*)   Jalan terbentang

Kulalui dengan air mata

Menyisakan sejuta tanya

Siapakah daku yang sesungguhnya

 

REEF:

Duhai...

Untuk sepasang kekasih yang kurindui

Yang tak pernah kurasakan kasih sayangmu

Saat kumengerti arti kehidupan ini

 

Datang dan kembalilah wahai ayah

Tenanglah dikau  di sisi-Nya wahai bunda

Buah cintamu...

Wahai sepasang kekasih sungguh merindumu

 

Intro: back to (*), REEF

Sembah sujud ananda

Kukirim kecup di keningmu

Untuk sepasang kekasih

Yang begitu ku rindu

........................................................................................................................................

 

Tepuk tangan segera membahana membelah angkasa di malam itu selesai The Parlement nyanyiin lagu Untuk Sepasang Kekasih. Mata Maghdalena sudah berkaca-kaca akibat peresapan yang sangat mendalam dengan lagu tersebut.

Mereka kembali berdiri di pinggir panggung dan ngasih hormat kepada para penonton dan undangan. Selesai itu, mereka turun panggung dan gabung ama Prasetyo dan Sheila juga Pak Handoko dan istrinya. Sheila langsung menyongsongnya dan mendekap Maghdalena.

“Luar bisa! The Parlement benar-benar luar biasa!” ucap Sheila ketika mendekap Maghdalena.

MC kembali berdiri di atas panggung. “Itulah penampilan yang kelima dari The Parlement dari SMA Pelita Bangsa. Semoga impian untuk mengusung album segera terkabul dan bagi pihak-pihak yang ingin memberikan dukungan moril maupun materil, silakan menghubungi mereka ke SMA Pelita Bangsa.” kata MC pada para hadirin. MC memanggil peserta berikutnya, Beautiful Girl’s.

Di saat Beautiful Girl’s di atas panggung, Bayu pergi menyendiri dari teman-temannya. Melihat hal itu, Maghdalena mendekatinya.

Kedatangan Maghdalena gak membuat Bayu bisa ngelupain kejadian yang dilihatnya itu. May tanpa merasa berdosa, bergelayut manja dan mesra di lengan Bang Randy. Pandangan matanya terus mengarah ke tempat duduk May dan Randy. Maghdalena yang tau siapa yang dipandangi Bayu, hanya bisa ikut menoleh pada Bu May dan Bang Randy.

Dia ikut ngerasain apa yang dirasakan Bayu. Hati siapa yang gak hancur, ngelihat orang yang dicintainya, orang yang buat dirinya berkhianat ama sobat-sobatnya, kini malah asyik ama cowok lain.

Begitulah yang dirasakan Bayu, hampir aja ia gak mempu ngendaliin emosinya. Untunglah ia ingat pesan Maghdalena untuk nunding pake tunjuknya, hingga apa yang ia rasakan gak kek semula lagi. Ia ngerasa, sedikit kekecewaannya tertanggal.

Mata Maghdalena kembali diarahkannya kepada Bayu yang masih menatap kemesraan Bu May dan Randy. Di mata Bayu dilihatnya seberkas luka yang begitu dalam. Seketika di dengarnya Bayu menghembuskan nafas dengan berat sambil memejamkan matanya, dia seolah pengen ngelepasin sesuatu.

“Udahlah, Yu. Lupain aja semuanya. Bunga gak setangkai, kok.” kata Maghdalena akhirnya, ia nyoba nenangin perasaan Bayu.

“Kekecewaan gue gak seberapa, penyesalan gue, Maghda. Untung aja gue ingat untuk nunding dia, kalo nggak, semua bisa hancur.” kata Bayu. “Mungkin ini karma!” vonisnya terhadap dirinya sendiri dengan setengah mendesis.

“Kok, karma, Yu? Ih, serem banget, sih!” protes Maghdalena.

“Tapi itu tepat untuk seorang pengkhianat kek gue.” putus Bayu. “Mungkin selesai festival ini gue....”

“Keluar dari The Parlement? Gak, Yu.  Lo gak bakal keluar dari The Parlement. Kalo lo keluar, gue bakal ngerasa bersalah.”

“Kok, gitu?” Bayu heran.

“Ya, karena gue bakal ngerasa salah udah nolak cinta lo. Tapi, gue cuman gak pengen  ada keributan antara lo ama Lucky.”

“Udahlah, sekarang semua udah berlalu.”

“Gak, Yu, gue bakal tetap ngerasa bersalah. Kejadian ini gak bakal terjadi andai gue nerima cinta lo. Lo gak bakal terluka kek gini, lo gak bakalan sekecewa ini.” kata Maghdalena. Bayu hanya bisa menoleh Maghdalena. “Gimana, sih, ceritanya, ampe lo bisa suka ama Bu May dan jadian?” tanyanya ketus, seolah ia ikut benci ama May.

Bayu nyeritain semua yang terjadi antara dirinya dan Bu May. Gak ada satu kejadian yang tinggal termasuk tragedi pertengkaran ama kakaknya yang hampir lima bulan gak ada komunikasi termasuk keterlambatannya saat-saat latihan di malam Minggu.

Saat ceritanya selesai, terdengar suara MC manggil kelima dewan juri untuk naik ke atas panggung untuk mengumumkan peserta yang masuk lima besar dan tampil esok lusa di acara puncak HUT Kota Hamburgas.

Mendengar hal itu, Bayu dan Maghdalena menoleh ke arah panggung. Begitu juga orang-orang yang hadir di stadion.

Kelima dewan juri yang diwakili satu orang mengumumkan lima besar group band yang berhak melaju ke babak selanjutnya. Group band itu diumumkan menurut nomor urutnya Rocket `86, New Cabinet, The Parlement, Power Woman dan Black Forest. Mereka akan kembali berkompetisi dengan dua lagu bebas. Selanjutnya MC menutup acara dan para penonton bubar keluar dari stadion.

Bayu segera pamit pulang setelah ngobrol basa-basi dengan yang lain dan sobat-sobatnya pun ikut pulang.

Bayu terpaksa lewat dari kompleks rumah May, ketimbang jauh-jauh mutar. Ketika melintas di rumah May, ia masih mendengar tawa di teras rumah May. Di atas trotoar masih terparkir motor milik Bang Randy, di depan pagar yang terbuka beberapa centi saja.

Diperhatikannya May dan Randy yang sedang ngobrol sambil bercanda di atas teras. Keduanya duduk begitu berdekatan dan tangan Randy melingkar di bahu May. Melihat hal itu hatinya kembali emosi dan cemburu.

Tanpa pikir panjang, ia masuk ke pekarangan rumah itu tanpa minta izin. Ia berdiri di depan keduanya  tanpa sepengetahuan keduanya. Hatinya semakin panas ketika keduanya saling mengecup.

“Hm...hm....” Bayu berdehem ketika selesai ngabadiin keduanya dengan kamera ponselnya.

Keduanya terlonjak tanpa dapat nyembunyiin kekagetannya masing-masing. May lebih kaget lagi ketika ia mengetahui Bayu yang berdehem itu. Sedangkan Randy hanya bisa menatap Bayu dengan perasaan yang gak menentu. Kaget, marah dan heran nyampur jadi satu.

“Maaf, Bayu mo bicara ama Mbak sebentar.” kata Bayu setelah gak dengar apa-apa dari keduanya.

“Soal apa, ya? Apa gak bisa besok?” May pura-pura gak peduli ama Bayu.

“Gak usah gak pura-pura gak ngerti gitu, deh, Mbak. Pantas aja Mochtar ngecewain mbak, kek gini rupanya sikap mbak memperlakuin cowok.. mbak nyeritain Mochtar yang gak setia. Bayu udah tau dari Mbak Sapta dan sekarang Bayu jadi korban, lantas sekarang Bang Randy. Terus terang, Mbak, Bayu kecewa, gak nyangka kalau mbak tega jadiin Bayu korban keegoisan mbak, kejam banget, sih, jadi cewek. Padahal Bayu udah ngorbanin kesetiaan ama The Parlement demi mbak. Tapi apa balasannya? Selingkuh ama cowok lain. Bayu nyadar, ngapain juga suka ama guru sendiri, kek gak ada cewek lain. Padahal mbak masih kalah cantik dari Maghdalena.” kata Bayu ngungkapin kekecewaannya di depan May. “Sorry Mbak, Bayu terpaksa ngungkapin semuanya, karena Bayu tau Bang Randy orang baik dan gak pantas diberlakukan begitu.” jelasnya. “Maaf, Bang. Bayu gak ngada-ngada, kalau gak percaya, silakan hubungi 0815...793...8374.”

“Gak perlu, ucapan kamu sepertinya benar.” kata Randy tenang. “Aku percaya. Terima kasih.” ucapnya bangkit dan melangkah.

May segera bangkit dan ngejar Randy.

“Randy! Dengar dulu, kamu gak tau yang sebenarnya. Jangan percaya ama bocah ini.” kata May meraih tangan Randy, berusaha nyegah Randy.

“Cukup May. Aku udah tau semuanya dari Mochtar, dia suami Nita, sepupu aku. Awalnya aku gak percaya kamu kek gitu. Tapi setelah tau dia korban kamu, aku gak abis pikir, orang kek dia kamu mainkan sekejam itu, murid kamu sendiri. Nyadar May. Kamu itu cewek, tapi kamu menyalahgunakan kecantikan kamu yang diberi ama Allah. Asal kamu tau, kecantikan kamu gak bakal abadi.” kata Randy ngasih wejangan ke May.

“Tapi itu dulu, Ran. Setelah ketemu ama kamu, aku pengen berubah.” May bela dirinya.

“Maaf, aku udah gak simpatik ama kamu.” kata Randy pergi.

Motornya dinyalakan dan segera melaju kencang bagai kesetanan.

“Orang yang ingin semua akan kehilangan semua.” kata Bayu mengucapkan kata bijak seorang filsuf yang dibaca di perpus dua hari yang lalu.

Setelah berkata begitu, Bayu berlalu dari tempat itu diiringi tatapan penyesalan di mata May.

Pada saat final di festival band itu, Bayu nyanyiin lagu Karma dari Cokelat dan Merpati Tak Bersayap olahan Maghdalena. Dengan kedua lagu itu, mereka berhasil menjadi runner-up di belakang Power Woman dan di susul New Cabinet.

Setengah tahun berikutnya, The Parlement berhasil ngusung album perdana mereka dengan judul Parlement Cinta dengan hits single Untuk Sepasang Kekasih berhasil dibuat video clipsnya yang dibintangi dan disutradarai oleh Maghdalena sendiri. Sedangkan untuk lagu yang lain ditunda pembuatan video clipnya karena kekurangan dana. Namun dalam waktu yang singkat, album Parlement Cinta telah di copy ulang.

* * *

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler