Skip to Content

Pak Sujak naik Haji

Foto ARZapata

Siulan burung-burung mengawali pagi nan cerah...

kokok ayam jantan seakan membuka tabir awan gelap....

mimpi indah semalam menggubah syair-syair lagu....

senandung mengalun, melenakan isi kalbu....

 

Pak Sujak pagi ini begitu berharap kebahagiaan akan segera datang. Setelah berhari-hari bahkan berbulan-bulan John Jongos tidak segera kembali bersama anak gembel, Pak Sujak membuat `deadline` sendiri untuk memutuskan uang dan warisan dari almarhum akan diapakan.

"Ah..., saya rasa tidak ada salahnya bila setelah kuurus dokumen-dokumen ini, aku atasnamakan saja ke dalam rekening namaku. salahnya sendiri, ditunggu sekian lama tidak datang-datang, bukankah membiarkan sesuatu menjadi berlarut-larut menjadi tidak baik, bukankah kita dituntut untuk tidak menunda-nunda pekerjaan?," demikianlah Pak Sujak mulai tergoda dan mencoba melakukan pembenaran dalil-dalil. Pak sujak bukanlah orang yang bodoh, Pak Sujak mengenyam pendidikan Pondok Pesantren bertahun-tahun, bahkan ilmunya bertambah tinggi semenjak bergaul dengan orang-orang pengurus Masjid yang notabene memiliki ilmu tinggi-tinggi.

"Aku akan mengelola dana warisan ini sebagai dana abadi, akan kusimpan seluruh harta ini ke dalam rekening deposito, dan bunganya akan kumanfaatkan...."

Dari hari ke hari, kehidupan Pak Sujak mulai berubah, dari kehidupan rutin membersihkan masjid hingga menggantikan imam apabila tidak hadlir, menjadi Bos Masjid yang sanggup menggaji pekerja bersih-bersih masjid, bahkan menggaji imam dan khotib!....

Lalu bagaimana dan apa yang dilakukan Pak Sujak itu sendiri?

Pertama yang di lakukan Pak Sujak adalah mengikuti kursus-kursus Da`i, yang penyelenggaraannya oleh dia sendiri, dengan mengundang da'i-da'i kondang untuk bersedia menjadi narasumber dan pelatih....

Setelah dia merasa mampu menjadi Da'i, Pak Sujak membuka Biro Perjalanan Haji dan Umroh, lagi-lagi dengan kecerdikannya Pak Sujak menggandeng Perusahaan Jasa sejenis yang sudah populer di mata masyarakat.

Dalam waktu relatif singkat Pak Sujak sudah menyandang gelar Kyai Haji....

Pada tahap kenaikan Haji yang pertama, Pak Sujak sengaja menghajikan beberapa Pejabat yang memiliki pengaruh besar di kota....tentunya bukan tanpa pamrih, hal ini dilakukan semata-mata untuk mendongkrak kepopuleran dirinya....luar biasa!!!

Dalam waktu relatif singkat Pak Sujak telah menjadi da'i yang cukup disegani...Oh ya lupa, hari ini Pak Sujak telah menyandang nama baru yakni Muhammad Abdul Halim, keren!!, nama ini diperoleh dan sekaligus diterima dengan ikhlas dan senang, manakala Pak Sujak dengan beberapa pejabat sebelum pulang naik Haji, mampir ke Istana Kerajaan Arab Saudi.

Lebih lengkaplah ketenaran Pak Sujak, eh maaf KH. Muhammad Abdul Halim maksudku, ketika ada biduanita cantik yang bersedia menjadi istrinya!!! Kejadiannya sebelumnya begini, KH.Muhammad Abdul Halim sepulang dari tanah suci tidak langsung pulang ke kotanya, tetapi menginap di suatu Hotel berbintang atas rekomendasi dari seorang pejabat. Memang tepat apa yang dijadikan alasan oleh pejabat tersebut...

"Pak Kyai, Pak Kyai tentu lelah selepas perjalanan jauh, silakan mengaso terlebih dahulu disini. Segala sesuatunya biar diurus oleh orang-orang kami, bagaimana Pak Kyai?"

"hehehe....tentunya menolak rizki tidak baik, baiklah saya terima tawaran bapak, asal tidak memberatkan"

"Tentu saja tidak memberatkan kami Pak Kyai, malah kami sangat senang bisa menjamu Pak Kyai disini..."

"Mari kami antar Bapak istirahat...."

Setelah melalui jalan darat yang lancar tanpa hambatan, maklum rombongan Pak Kyai menggunakan jasa Patwal, semua jalan seolah kosong melompong.....

Hotel berbintang lima berdiri megah di tengah kota metropolitan, dengan pengawalan khusus dan disambut oleh petugas khusus, membawa sensasi kenyamanan bak raja dirasakan oleh KH. Muhammad Abdul Halim, seumur-umur baru kali ini Pak Kyai merasakan betapa indahnya dunia.

Pak Kyai tidak habis-habisnya mengagumi kemegahan dan keindahan Gedung Hotel beserta asesorinya, mulai dari menginjakkan kaki di pelataran, masuk sedikit ke ruang Hall dan receptionist, ruang tunggu yang disediakan kursi-kursi empuk berlapis beludru atau wol asli, akupun tak tahu.

"Bapak KH .Muhammad Abdul Halim?", seorang resepsionis memanggil.

Pak KH. Muhammad Abdul Halim segera beranjak dan akan menuju ke receptsionist, namun ada sesorang yang menahan, "Maaf Pak Kyai....biar saya saja..."

"??...baiklah silakan", Pak KH.Muhammad Abdul Halim berusaha mengatur wibawa.

"Ini pak kunci kamar 913.....", kunci diterima dan dilimpahkan kepada salah seorang office boy.

"Mari pak...", ujar office boy sopan sambil berjalan menuju lift ....

Sepeminum teh, Pak Kyai telah sampai di depan kamar. Office boy dengan cekatan membukakan pintu dengan menggesek kartu magnetik, dilanjutkan dengan penjelasan-penjelasan teknis bagaimana cara mematikan menghidupkan lampu, kran air, hingga bagaimana cara menghubungi operator apabila ingin bicara via telepon hotel. Mulut Pak Kyai benar-benar dibuat ternganga mendengar semua penjelasan tersebut. Di sepanjang hidupnya baru kali ini Pak Kyai menemui hal-hal baru dan sangat menyenangkan.

Sungguh berbeda sekali kebiasaan dahulu di serambi Masjid dengan kehidupan mewah di Hotel, Pak Kyai benar-benar menikmati segala kemewahan, berlama-lama di dalam bak mandi dengan kehangatan yang bisa diatur, diiringi musik stasiun TV HBO, menambah Pak Kyai terlena......

"Ah..hampir aku lupa, aku sudah shalat belum ya?", gumam Pak Kyai diteruskan,"Ah...tidak apa-apa terlambat, aku kan musafir biar nanti aku jama' saja...", logika Pak Kyai mulai bermain untuk memudahkan dia beribadah.

Bel telepon berdering, Pak Kyai bergegas menghampirinya, "Hallo...?"

"Maaf mengganggu Pak Kyai..., kami hanya ingin mengajak Pak Kyai menikmati hidangan makan malam jam 19.00, bagaimana Pak Kyai?"

"Boleh-boleh, aku tidak berkeberatan..."

"Terimakasih Pak Kyai..., nanti biar Bapak dijemput oleh kami..."

"Baik-baik..."

Sejurus kemudian....

tepat pukul 19.00, pintu diketuk oleh seseorang.,"Assalamu 'alaikum..."

"Wa alaikumussallam....," Pak Kyai membuka pintu dan keluar.

"Mari Pak Kyai...kita Dinning Room..."

Singkat kata, rombongan Pak Kyai telah sampai di ruang makan, disambut lantunan musik syahdu merayu, lembut ....

"Silakan duduk Pak Kyai..."

"Terimakasih..."

Teringat pesta-pesta pernikahan, adalah modal utama bagi Pak Kyai untuk menyesuaikan diri disini,

"untung dulu aku sudah mengenal peradaban orang kota, coba kalau aku di desa terus, mungkin aku akan kikuk disini...," kata Pak Kyai dalam hati.

Namun mata Pak Kyai tiba-tiba melihat kemolekan penyanyi, di depannya!!

Ya...seorang penyanyi mendekat dengan bau harum semerbak, menggoda, membuat jantung Pak Kyai berdegub....

"Bapak menginginkan lagu apa?", tiba-tiba penyanyi itu menawarkan.

"Hehehe...silakan lagu apa saja terserah adik..."

"Lagu cinta ya Pak?"

"boleh-boleh...."

Sepeninggal penyanyi, Pak Kyai nyeletuk, "Cantik juga..."

"Bapak menginginkan......, maaf maksud saya kalau bapak berkenan nanti bisa diatur..."

"Diatur bagaimana?", Pak Kyai benar-benar penasaran.

"Ya...sesuai syariat Islam Pak Kyai..."

"Wuah .....aku sih mau, tetapi apa tidak merepotkan bapak-bapak...", Pak Kyai basa basi.

"Jangankan satu, lebih dari satu kamipun sanggup...", pengiring seolah tertantang, " tentang lama perkawinannya juga terserah Pak Kyai...bisa diatur..", lanjut pengiring.

"maksudnya....hubungan ini hanya sewaktu aku disini saja?"

"Masalah itu bagaimana bapak saja...."

"Baiklah...."

Rupanya dunia telah meninabobokkan Pak Kyai, segalanya dapat diperoleh dengan mudah, dengan uang dan kekuasaan Pak Kyai merasakan manisnya kehidupan.

 

(bersambung ke `Pujian`)

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler