Skip to Content

penipu budiman

Foto ARZapata

kereta api komuter itu berjalan membelah kota metropolitan dengan gagahnya, walau pagi ini terlihat sepi penumpang. lebaran yang hampir dekat adalah alasan yang paling tepat bagi pejabat-pejabat perkeretaapian, jika ditanya mengapa pendapatan perusahaan kereta api bulan ini atau tepatnya hari ini turun. Begitulah.., ada penumpang atau tidak ada penumpang, keretaapi sebagai perusahaan transportasi negara, mau tidak mau harus melayani masyarakat. Mestinya pemerintah tidak mematok selalu untung untuk perusahaan jasa seperti ini. Bayangkan!, pada keadaan sepi seperti ini pejabat-pejabat top perkeretaapian pasti sport jantung, bagaimana tidak?, sudah sangat jelas dan gamblang, kerugian pasti akan dituai, jangan salahkan mutu pelayanan yang makin merosot, karena selalu dipaksa untung, banyak prasarana perkeretaapian tidak memadai, bahkan cenderung membahayakan...

Di sebuah stasiun kereta api berhenti menaikkan dan menurunkan penumpang, terlihat lelaki perlente memasuki gerbong....

"maaf pak, bapak yang duduk di sebelah sini?, tanya lelaki perlente

"betul dik, ada apa?", jawab lelaki tua

"oh ya, kebetulan disini tadi saya ketinggalan bungkusan berisi uang 10 juta rupiah", jelas lelaki perlente.

"maksudnya?", tanya lelaki tua

"ya jelas, pasti bungkusan itu diambil bapak", jawab lelaki perlente kalem.

"oo..begitu, baiklah, kira-kira berapa saya harus ganti?", jawab bapak tua tidak kalah tenang.

"tentunya sebanyak uang yang didalam bungkusan pak", ujar lelaki perlente

"baiklah, tetapi tidak sekarang saya ganti, kalau bersedia setelah kereta ini mencapai tujuan..", bapak tua berusaha mengulur waktu pembicaraan.

"kenapa pak?"

"adik ini gimana?, jelas kalau sekarang diminta saya tidak bawa uang sebesar itu, nah kalau adik ingin uang sebesar itu ya saya terpaksa harus ke ATM.."

"baiklah pak, terimakasih", lelaki perlente berusaha sopan.

"ngomong-ngomong seandainya saya tidak terima dengan tuduhan adik, kira-kira apa yang akan diperbuat adik?", bapak tua menyelidik.

"saya akan tuntut bapak di pengadilan.."

"semudah itu?"

"tidak, saya sudah punya dua saksi laki-laki yang akan memberatkan tuduhan kepada bapak"

"!!!", bapak tua terkejut, namun sebentar dan kembali tenang, dan dilanjutkan dengan pembicaraan.

"Okey, jadi intinya saya pasti kalah di pengadilan, begitu?"

"kurang lebih demikian..."

"ya sudahlah, bagiku uang sekecil itu tidak masalah bagiku, biarlah ini bagian dari perkenalan kita yang unik, setuju?"

"sangat setuju pak", tegas lelaki perlente dengan nada gembira, tak disangka bapak tua ini orang kaya yang baik hati, bisik dalam hatinya.

"dulu sekali, sebelum aku sukses seperti sekarang ini, kira-kira ya seumuran dengan adik, aku berjuang di kota metropolitan ini mulai dari nol, berbekal gelar sarjana dari kampung, tidaklah semudah sarjana-sarjana di ibukota, dalam hal mencari kerja. setiap hari dari pintu ke pintu, kutawarkan kesarjanaanku, agar aku diterima sebagai karyawan, namun setiap habis memeriksa KTPku selalu dijadikan alasan untuk menolak, hingga akhirnya aku putuskan untuk memperoleh KTP asli ibukota. Sungguh perjuangan yang berat bagiku yang tidak tahu barat-timurnya ibukota, untung ada orang yang berbaik hati menolongku, dia mengajari mulai dari nol untuk berusaha mandiri, tidak perlu menjadi karyawan atau pegawai, jadilah dirimu sendiri yang mandiri, jadilah raja bagi dirimu sendiri, tanpa harus diperintah oleh orang lain, demikian nasehat-nasehatnya yang kuterima dengan lapang dada...." lelaki tua itu menghentikan sejenak obrolannya.

"Jadi bapak berusaha dari nol ya pak?, lantas apa saja yang bapak lakukan hingga bapak menjadi sukses seperti sekarang?, tanya lelaki perlente penasaran.

"aku tidak keberatan untuk menyebarkan ilmuku ini, terutama kepada adik, cuma kalau boleh tahu adik dari mana dan mau kemana?", lelaki tua menjawab sekaligus bertanya.

"setelah mendengar cerita bapak, saya ingin berterusterang, kalau saya sebenarnya telah menipu bapak, bukan maksud saya ingin menipu tetapi karena keterpaksaan membuat pikiran saya kalut!"

"sudah saya duga, itulah kehidupan banyak celah untuk kita berbuat jahat, curang, culas, dan perbuatan tercela lainnya. kata karl marx, keadaan merubah pikiran..."

"ahh..ternyata bapak banyak memiliki kata-kata bijak.."

"salah...sekali lagi salah, karl marx bukanlah panutan kita, okey?"

"maaf pak, saya salah tangkap"

"adik lulusan apa?"

"saya pak?, saya lulusan S1, tepatnya sarjana hukum, seperti halnya bapak, saya beranggapan bahwa penerimaan pegawai sekarang lebih banyak diwarnai nuansa KKN"

"adik sudah mencoba?"

"belum pak"

"seberapa jauh adik mengetahui bahwa orang-orang yang diterima adalah produk KKN?"

"ya..kira-kira sekitar 80%nan pak"

"baik..., berarti masih ada kesempatan 20 % untuk adik, bukankah begitu"

"betul juga pendapat bapak"

"kenapa adik tidak coba merebut posisi yang lowong sebesar 20 %?, ahh...ini cuma hitungan matematika, yang tak selamanya cocok diterapkan di dunia nyata"

"setelah saya mendengarkan cerita bapak, saya lebih tertarik menjadi diri sendiri.."

"good.., itu baru keputusan tepat"

"tetapi, untuk memulainya itu yang saya belum bisa...",

"itu mudah, kalau kita tanamkan sesuatu niat yang kuat di sini", jawab bapak tua sambil menunjuk ulu hatinya.

"?"

"selanjutnya rencanakan hidup adik mulai dari sekarang....

pertama, kumpulkan harta benda yang adik punya, bisa itu berupa bpkb, stnk, sertifikat tanah, atau apa saja yang bisa dijadikan duit...

kedua, gadaikan harta benda itu, dan jadikan dalam bentuk tunai...

ketiga, kalau adik belum bisa kelola itu duit, boleh kok bapak bantu

keempat, transfer duit itu ke nomer rekening bapak..."

"nomer rekening bank bapak berapa pak?"

"sabar..., tunggu, jangan potong .."

"maaf pak"

"nah setelah itu, beri bapak nomer Hp adik, ini nomer HP bapak"

"baik pak"

"langkah selanjutnya akan kuberitahu setelah transfer uang dilaksanakan, ..."

"boleh tanya pak?"

"tidak ada larangan bertanya, silakan bertanya apa saja..."

"pak, apakah semua itu harus dijual?"

"jangan!!, apalagi keluargamu masih butuh rumah untuk berteduh, kendaraan untuk transportasi, cukup digadaikan, adapun kalau ada kurang-kurangnya biar saya bantu..."

"terimakasih banyak pak, barusan saya miscall, itu nomer HP saya pak..."

selang dua hari, uang yang dijanjikan sudah ditransfer ke nomer rekening bapak tua, sesuai janjinya pula lelaki perlente memberitahu bapak tua melalui SMS, tidak menghubungi via hubungan langsung. Semenit dua menit, satu jam dua jam, hingga keesokan harinya, SMS pemuda perlente baru dibalas...

"terimakasih ya dik kirimannya, seperti halnya adik, akupun penipu yang nyaris insyaf, hanya karena keahlianku menipu adik terapkan buatku, akhirnya dengan terpaksa tobatku kuundur hingga detik ini....selanjutnya nasehatku terakhir kali ... jangan percaya sama orang lain, apalagi sama karl marx, meski itu kelihatannya benar, tetapi sifatnya sesaat, atau minimal itu hanya berlaku bagi masyarakat yang buta, tuli, dan bisu, karena terbelenggu nafsu.

lunglai sudah tubuh lelaki perlente, disaksikan kereta api yang selalu setia menunggu......

 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler