Skip to Content

Pertemuan Singkat

Foto Nyda SiiPe

Pagi itu aku melangkah santai menuju kelas setelah memarkir motor kesayanganku.
Aku merasa aneh dengan pandanganku. Kabur. Ahh,, sepertinya kacamata tebal ini tak mampu lagi membantu penglihatanku. Berkali-kali aku mencoba memperjelas pandanganku dengan sedikit meicingkan mataku.

Braakk!!!

Aduh.. Aku menabrak sesuatu, bukan, seseorang. Bukunya berantakan. Tanpa memandangnya
aku langsung membantu merapikan bukunya.


"Maaf maaf ini salah saya, maaf"

Dia tidak menjawab dia hanya diam. Tangannya sibuk merapikan kertas-kertas yang berjatuhan gara-gara aku. Ku tebak pasti parfumnya bermerek ACT. Aku hafal betul dengan wangi parfum ini. Pekerjaan selesai aku bangkit dan ingi menyerahkan tumpukan buku ini.

Dak!!

"Auww"
"Auww"

Kepala kami berbentur satu sama lain. Aku menggosok-nggosok kepalaku dengan nyengir menahan sakit. Begitupun dia.

"Hhahaa"

Dia tertawa melihat ke arahku. Entah apa yang dia tertawakan. Lalu tersenyum.

"Nendra." katanya sambil mengulurkan tangan bermaksud meminta bukunya.
"Oh,, Larisa" kataku sambil membalas senyumnya. "Maa..."

Belum selesai aku meminta maaf dia berlalu begitu saja meninggalkanku. Berjalan santai ke arah yang berlawanan denganku. Aku nyengir sendirian. Dari kejauhan tampak dia melambaikan tangan dan tetap tidak berbalik arah. Aku bingung untuk siapa lambaian itu. Aku liat kanan kiri ku, tidak ada siapa-siapa. Untukku??
 
 ***

Seharian ini aku disibukkan dengan segala urusan perkuliahanku. Tugas inilah tugas itulah, laporan inilah, laporan itulah, huuftt capek. Pukul lima sore kuliah terakhirku selesai, lega rasanya, tapi di luar hujan. Jarak kelas dan tempat motorku lumayan jauh. Akhirnya kuputuskan untuk nekat menerobos hujan. Tak akan reda kalu hujannya gerimis ria seperti ini.

Kupeluk erat tas mungilku yang berisi laptop agar tidak basah. Aku berjalan menunduk. Jika tidak kacamataku pasti buram. Dan aku tidak suka itu, sanggat mengganggu penglihatanku.


Aku merasakan tidak ada air yang menyerbuku lagi. Terang kah? tidak, masih ada rintik air yang terjatuh di tnah. Lalu? apa ini? aku menengok kesamping. Orang itu lagi. Nendra. Dia memayungiku. Entah dari mana dia mendapatkan payung mungil tersebut. Aku bingung. Aku terdiam. Kulihat sekelilingku, memperhatikan kami. Ahh malunya. Aku mempercepat langkahku, berharap agar dia tidak memayungiku lagi. Tapi dia mengikuti langkahku.

"Kenapa nekat? kan hujan?"

Aku hanya tersenyum

"bawa jas hujan?"

Aku mengangguk

"Bisa aku numpang? ke Landungsari"

Aku kaget. Landungsari? bukankah itu? haku hanya memandanginya

"Tenang. Tidak lebih dari tempat kosmu."

Dia tahu kostku? Siapa dia sebenarnya?. Aku hanya mengangguk kebingungan.
Sampai tempat parkir dia langsung meminta kunci motorku.

"Dimana letaknya?"
"Itu didepan"
"Ada berapa jas hujan?"
"Hanya satu."
"Lalu?"

Aku bingung tak mungkin jika hanya salah satu yang memakainya. Belum selesai aku berfikir, Nendra sudah menyalakan mesin motorku.

"Ayo naik. Pengang ini."
"Jas hujannya?"
"Tak perlu. Kita hujan-hujan saja."

Apa? hujan-hujan? lalu mengapa dia membawakan payung jika akhirnya hujan-hujan juga? Aneh.

"Payungnya?"
"titipkan ke pos satpam."

Aku hanya memandangnya heran. Dia tertawa. Entah apa yang dia tertawakan.

***


"Hei Mer, itu punyamu? sambil menunjuk payung yang dipegang Meri.
"Iya, buat apa Ndra?"
"Aku pinjam, ini jas hujanku, pakailah", smbil merebut payung dan menyerahkan jas hujan.
"Lhoh kok?"
Nendra hanya tersenyum dan meninggalkan Meri dengan jas hujan di tangannya.

Komentar

Foto shaaliyah

ceritanya kok nggantung sih

ceritanya kok nggantung sih :(

Foto Nyda SiiPe

buat shaaliyah :)

iya, ini memang belum selesai,, bingung mau d buat gmna lg :D
kalo pengen nglanjutin monggo aku malah seneng, mau d kritik juga monggo :)

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler