Skip to Content

Pura-pura

Foto Gellis

Pagi ini benar-benar indah, matari kian bersahabat dengan alam, memberi secercah harapan bagi embun untuk bertahan hidup sebelum matari merangkak dari peraduan. Ketika jendela kamar dibuka lebar-lebar, udara masuk menyusuri sudut-sudut kamar yang pengap. Hatinya gundah gulana kala itu musabab sesuatu yang sulit diinterpretasi. Ya-ya, hatinya itu begitu lemah dan rapuh karena cintanya kepada sosok gadis yang entah siapa gerangan? Ia malu mengutarakan sejatinya ada di benak. Cintanya begitu mendalam pada sosok gadis surga yang begitu anggun mempesona. Ia tergila-gila di pagi, petang, siang, dan malam  gundah gelana. Ia terbayang paras ayu mengilhami mimpi yang entah apa mimpi itu menjadi real?

Menapaktilas di malam hari ketika ia tertidur sejenak teradapat ilham. Sosok gadis surga menghampirinya. Ia sempat menulis surat kepada wanita ayu. Wanita ayu yang diidam-idam. Ia begitu takut terjadi penolakan dari wanita ayu. Ia merindukan wanita ayu. Wanita yang menjadi dambaan hatinya. Wanita ayu itu adalah Fitriana Sani berprofesi sebagai pegawai perpustakaan. Ia baru dua minggu mengenalnya. Paras wajahnya ayu, mempesona membuat hatinya terpikat. Siang malam terbayang wajahnya bahkan terbawa ke dalam mimpi. Suatu ketika di bawah pohon ketapang ada beberapa kepala yang sedang duduk, bercengkerama ria, bersenda gurau entah apa yang diguraukan? Ya-ya, sesuatu yang membuat geli perut dan tertawa lepas. Mereka adalah Budi, Muslihat, Indah, Martini dan Fitriana.  Muslihat meminta Fitriana Sani untuk membaca suratnya yang ia tulis tempo dulu. Ya-ya, surat curahan hatinya, pengagumannya kepada wanita ayu, Fitriana Sani. Setelah surat itu diberikan, the facto Fitriana Sani mahpum. Fitriana menemuinya lantas bercerita panjang lebar sesuatu yang dirisaukan dan bersifat urgen. Fitriana Sani hamil musabah ditiduri Ketut teman akrabnya. Apa gerangan yang terjadi? Fitriana kurus kerempeng karena kekurangan gizi, lantas Ketut memberi beberapa upeti untuk Fitriana dengan syarat mencicipi tubuhnya yang indah. Bagaimana dengan Fitriana Sani? Ya-ya, keterpaksaan karena sesuatu hal yang membuat Fitriana melakukannya. Dirinya terpukul hebat lantas dipukulnya jendela dengan tangan kanannya sehingga jendela itu pecah berkeping-keping tidak karuan. Setelah itu Fitriana sujud di kakinya memohon khilaf dan meminta agar dimaafkan.

Tiba-tiba....

Fitriana tertawa terkekeh-kekeh..

Apa gerangan tertawa begitu?

Ternyata ia mempermainkan hatinya. Ia sengaja membuat gurauan yang meluluhlantakan hatinya. Ia pun ikut tertawa lantas Fitriana segera memeluknya. “Wanita ayu bak bidadari surga, aku merindukanmu..” batinya.

....


Terilham dari mimpi saban hari.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler