Ketika langit memendam perasaan nya
Alunan musik menghantar lamunan
Terbayang masa kecil ku yang penuh duka dan tawa
Bercanda dengan riuh nya alam
Mengotori tiap senti lantai dirumah ku
Rumah bilik ditengah desa
Dengan sang ayah
Yang terpekur dihari tua bermain main dengan bilah bilah gambar
Mencecap sebatang demi sebatang tembakau
Aroma yang kuat dan lekat dalam benak ku kala itu
Angin dingin mendesau diantara bambu bambu pagar jalanan
Rumah bilik ditengah hutan bambu
Ibuku yang terengah engah menapaki tanjakan rumah kami
Aku yang tiap tiap hari menanti beliau
Aku fikir beliau tak akan sadar bahwa aku terus menunggu nya
Berguling guling dihamparan benang sisa jahitan kakak ku
Yang menghiasi karpet hijau tua kami,
Kakaku yang beranjak menjemput hari hari gemilang nya terbungkuk bungkuk
Menggoes mesin jahit tua kami
Adik kecil laki laki ku yang berlari mengejar si jago dan brewok
Dengan kaki kecilnya
Ditengah si kecil hitam mengekori
Menjulurkan lidah
Meminta bermain dengan adik kecil ku
Tertawa dan kesal adalah hiasan sore ku
Di rumah bilik ditengah hutan bambu
Tiap tiap hari ahad pagi
Kami bersolek
Mengenakan pakaian kebesaran kami
Berangkat dengan harap sampai
Lonceng tua berdentang
Pukul 6 pagi tandanya
Kami tengok kerumah kami
Tampak samar bayang bayang bilik tua yang reyot
Dengan hiasan bendera merah dan putih
Yang kucuri dari hiasan sekolah ku
Sudah usang benar plastiknya
Merahnya telah pudar
Putihnya hampir tak tampak jikalau lampu kandang ayam kami tak menerangi
Hari belum terang benar.
Kami melangkah dari rumah bilik ditengah hutan bambu
Komentar
Tulis komentar baru